Tampilkan di aplikasi

Buku Pustaka Obor Indonesia hanya dapat dibaca di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.

SDGs DESA

Percepatan Pencapaian Tujuan Pembangunan Nasional Berkelanjutan

1 Pembaca
Rp 70.000 30%
Rp 49.000

Patungan hingga 5 orang pembaca
Hemat beli buku bersama 2 atau dengan 4 teman lainnya. Pelajari pembelian patungan disini

3 Pembaca
Rp 147.000 13%
Rp 42.467 /orang
Rp 127.400

5 Pembaca
Rp 245.000 20%
Rp 39.200 /orang
Rp 196.000

Pembelian grup
Pembelian buku digital dilayani oleh penerbit untuk mendapatkan harga khusus.
Hubungi penerbit

Perpustakaan
Buku ini dapat dibeli sebagai koleksi perpustakaan digital. myedisi library

SDGs Desa adalah pembangunan total atas desa. Seluruh aspek pembangunan yang digagas PBB sejak pendirian hingga kini diterapkan, seluruh warga desa harus menjadi pemanfaatnya, tidak ada yang terlewat. Dan, kemajuan tiada akan berhenti, melainkan berkelanjutan bagi generasi-generasi mendatang. Mewujudkan desa tanpa kemiskinan, tanpa kelaparan, layak air bersih dan sanitasi, berenergi bersih dan terbarukan, infrastruktur dan inovasi sesuai kebutuhan. Warganya sehat dan sejahtera, menerima pendidikan berkualitas, perempuan berpartisipasi, menumbuhkan ekonomi merata, konsumsi dan produksi sadar lingkungan. Tinggal di permukiman yang aman dan nyaman, tanggap perubahan iklim, peduli lingkungan laut dan darat, damai berkeadilan, bermitra membangun desa. Dilengkapi tujuan khas SDGs Desa ke 18: kelembagaan desa dinamis dan budaya desa adaptif.

Tentang Penulis A. Halim Iskandar adalah Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi. Sebelum menjadi menteri, penulis mengemban amanah sebagai Ketua DPW PKB Jawa Timur dan Ketua DPRD Provinsi Jawa Timur. Lahir dan tumbuh besar di lingkungan Pesantren Denanyar Jombang, Jawa Timur, hingga saat ini penulis dikenal sebagai penggerak yang mendedikasikan hidupnya untuk pesantren dan Nahdlatul Ulama (NU). Pendidikan S-1 bidang filsafat dan sosiologi pendidikan penulis selesaikan di IKIP Negeri Yogyakarta (sekarang Universitas Negeri Yogyakarta/UNY), dan pendidikan S-2 penulis tamatkan di IKIP Negeri Malang (sekarang Universitas Negeri Malang/UNM). Pada tahun 2020 ia memperoleh gelar doktor kehormatan (HC) di bidang pemberdayaan masyarakat dari Universitas Negeri Yogyakarta.

Ikhtisar Lengkap   
Penulis: A. Halim Iskandar

Penerbit: Pustaka Obor Indonesia
ISBN: 9786024339838
Terbit: Desember 2020 , 199 Halaman

BUKU SERUPA










Ikhtisar

SDGs Desa adalah pembangunan total atas desa. Seluruh aspek pembangunan yang digagas PBB sejak pendirian hingga kini diterapkan, seluruh warga desa harus menjadi pemanfaatnya, tidak ada yang terlewat. Dan, kemajuan tiada akan berhenti, melainkan berkelanjutan bagi generasi-generasi mendatang. Mewujudkan desa tanpa kemiskinan, tanpa kelaparan, layak air bersih dan sanitasi, berenergi bersih dan terbarukan, infrastruktur dan inovasi sesuai kebutuhan. Warganya sehat dan sejahtera, menerima pendidikan berkualitas, perempuan berpartisipasi, menumbuhkan ekonomi merata, konsumsi dan produksi sadar lingkungan. Tinggal di permukiman yang aman dan nyaman, tanggap perubahan iklim, peduli lingkungan laut dan darat, damai berkeadilan, bermitra membangun desa. Dilengkapi tujuan khas SDGs Desa ke 18: kelembagaan desa dinamis dan budaya desa adaptif.

Tentang Penulis A. Halim Iskandar adalah Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi. Sebelum menjadi menteri, penulis mengemban amanah sebagai Ketua DPW PKB Jawa Timur dan Ketua DPRD Provinsi Jawa Timur. Lahir dan tumbuh besar di lingkungan Pesantren Denanyar Jombang, Jawa Timur, hingga saat ini penulis dikenal sebagai penggerak yang mendedikasikan hidupnya untuk pesantren dan Nahdlatul Ulama (NU). Pendidikan S-1 bidang filsafat dan sosiologi pendidikan penulis selesaikan di IKIP Negeri Yogyakarta (sekarang Universitas Negeri Yogyakarta/UNY), dan pendidikan S-2 penulis tamatkan di IKIP Negeri Malang (sekarang Universitas Negeri Malang/UNM). Pada tahun 2020 ia memperoleh gelar doktor kehormatan (HC) di bidang pemberdayaan masyarakat dari Universitas Negeri Yogyakarta.

Pendahuluan / Prolog

Prakata Penulis
Ketika diumumkan sebagai Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi oleh Presiden Joko Widodo, pada tanggal 23 Oktober 2019, dalam benak saya berguman, ini amanah yang sangat luar biasa dan tidak mudah menunaikannya. Saya harus menyelesaikan problem pembangunan di 74.953 desa, 270 kawasan perdesaan, 62 daerah tertinggal, dan 619 kawasan transmigrasi seluruh Indonesia, dengan cepat, produktif, dan berorientasi pada hasil nyata. Itulah beberapa pesan Presiden ketika memperkenalkan kami, anggota Kabinet Indonesia Maju, kepada rakyat Indonesia.

Sejatinya, kehidupan di desa dengan segala dinamikanya, sangatlah lekat pada saya. Selain lahir, tumbuh besar di sebuah kampung di Denanyar, Jombang, Jawa Timur, sejak lulus kuliah di IKIP Yogyakarta (sekarang Universitas Negeri Yogyakarta) pada tahun 1987, berbekal pengetahuan dan pengalaman yang didapatkan di pesantren dan kampus, saya memutuskan untuk hidup di desa, menyelami kehidupan orang desa, bersama-sama mereka mencari solusi atas berbagai permasalahan orang desa.

Pada tahun 1987, ketika kembali ke kampung halaman, jumlah penduduk miskin di perdesaan sebanyak 20 juta jiwa lebih. Padahal, jumlah penduduk miskin di perkotaan hanya 9 juta jiwa lebih. Pada tahun 2020, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), kemiskinan Indonesia pada bulan Maret 2020 sebanyak 26,42 juta orang atau 9,78 persen. Dari jumlah tersebut, sebanyak 15,26 juta orang atau 12,82 persen penduduk miskin ada di desa, dan 11,16 juta orang atau 7,38 persen penduduk miskin ada di kota.

Karena itulah, saya berkesimpulan bahwa akar permasalahan pembangunan di Indonesia ada di desa. Desa adalah sumber identifikasi masalah; kemiskinan terbesar ada di desa, penduduk dengan tingkat kesehatan rendah sebagian besar ada di desa, daya beli dan tingkat pendidikan yang rendah masih identik dengan warga desa. Karena itulah, saya berkeyakinan, bahwa untuk meningkatkan kualitas hidup rakyat Indonesia, untuk mewujudkan Indonesia Maju, harus dimulai dari desa.

Sejak diimplementasikannya Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2014 tentang Desa, pemerintah telah menyalurkan dana desa sebagai stimulus penyelesaian masalah pembangunan, oleh desa sendiri. Pada tahun 2015, pemerintah menyalurkan Rp 20,67 triliun, kemudian pada tahun 2016 meningkat menjadi Rp 46,98 triliun, meningkat lagi pada tahun 2017 dan 2018 masing-masing Rp 60 triliun, lalu pada tahun 2019 mengalami peningkatan menjadi Rp 70 triliun. Tahun 2020 ini telah dianggarkan sebesar Rp 71,19 triliun dan telah tersalur ke rekening desa sebesar Rp 55,45 triliun pada awal Oktober 2020.

Direncanakan, pada tahun 2021 dana desa sebesar Rp 72 triliun. Sampai saat ini, harus diakui penggunaan dana desa belum maksimal menyelesaikan permasalahan yang ada di desa. Penyebabnya tidak tunggal, mulai dari dukungan perangkat perencanaan pembangunan desa sampai kualitas SDM desa. Karena itulah, diperlukan kerangka arah kebijakan pembangunan desa, yang terfokus dan berorientasi pada hasil nyata.

Saya menggagas SDGs Desa sebagai upaya terpadu untuk percepatan pencapaian Tujuan Pembangunan Berkelanjutan sebagaimana diatur dalam Peraturan Presiden Nomor 59 Tahun 2017. Siapa yang tidak tertarik dengan konsep pembangunan terlengkap hingga saat ini? SDGs mencakup seluruh konvensi pembangunan yang pernah dipraktikkan dunia, seperti pembangunan ekonomi, sosial, lingkungan budaya, mitigasi bencana, dan sebagainya. SDGs juga memastikan tidak ada warga yang tertinggal dalam memanfaatkan hasil-hasil pembangunan.

Saya menambahkan satu tujuan pembangunan berkelanjutan yang khas bagi desa-desa di Indonesia. Sehingga SDGs Desa tidak sekadar melokalkan SDGs global, namun menempatkannya persis sebagai bagian integral kehidupan desa-desa di Indonesia sehari-hari. Itulah SDGs Desa Nomor 18: Kelembagaan desa dinamis dan budaya desa adaptif. Isinya berupa kearifan lokal desa-desa di Indonesia, agar pembangunan benar-benar dimaknai secara mendalam sebagai perbaikan kehidupan. Dengan 18 SDGs Desa ini, pembangunan desa, baik yang dilakukan oleh pemerintah desa, maupun intervensi yang dilakukan supradesa akan lebih terfokus dan memiliki arah yang jelas sesuai dengan kondisi riil desa, dan mencakup semua warga desa, No One Left Behind.

Seri buku Trilogi SDGs Desa terdiri atas:
1. Buku tentang konsep dan pemikiran, yaitu buku ini.
2. Buku tentang metode pengukuran SDGs Desa.
3. Buku tentang hasil-hasil SDGs Desa.

Buku ini hadir di depan pembaca, oleh karena barokah do’a dari “pusaka” penulis, Ibunda Ny. Hj. Muhassonah Hasbullah (Nyai H. Iskandar), keikhlasan isteri tercinta Dra. Lilik Umi Nasriyah, M.Pd., beserta anak, menantu, dan cucu kami yang telah dengan ikhlas mengorbankan banyak waktunya bersama penulis, dalam proses kreatif dan kritis penulis menuangkan ide dan gagasan menjadi sebuah buku yang layak dibaca. Semoga ikhtiar ini menjadi inspirasi untuk sesama, dan menjadi jariyah yang terus mengalirkan pahala hingga yaumil qiyamah.

Kepada banyak pihak yang telah membantu terbitnya buku ini, penulis haturkan banyak terima kasih kasih. Yazakumullah Khairan Katsira. Sebagai sebuah gagasan anak desa, yang direfleksikan dari kerja-kerja pengabdian, cita-cita, khidmat serta perjuangan penulis selama ini, sepenuhnya penulis dedikasikan buku ini untuk desa di seluruh Indonesia. Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa banyak kelemahan dalam buku ini. Harapan penulis, buku ini menjadi bahan diskusi yang dinamis dan konstruktif untuk masa depan desa yang lebih baik. Karenanya, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca untuk kesempurnaan buku ini.

Selamat membaca.
Wallahul Muwaffiq Ilaa Aqwamith Thariiq.

Jakarta, Oktober 2020
Penulis

A. Halim Iskandar

Daftar Isi

Cover
Prakata Penulis
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Gambar
1. Agenda Pembangunan Desa
     1.1. Respons Masyarakat Dunia
     1.2. Dari MDGs ke SDGs
     1.3. Dari Global ke Indonesia
     1.4. SGDs Desa Mendukung SDGs
2. SDGs dalama Pembangunan Desa
     2.1. Pembangunan Desa di Indonesia
     2.2. Pembangunan Desa Era UU Desa
3. Urgensi SDGs Desa
     3.1. Tiga Level Pembangunan Desa
     3.2. Menurunkan Konsep Pembangunan Desa
     3.3. Kekurangan Ukuran Pembangunan Desa
     3.4. Posisi SDGs
     3.5. Urgensi SDGs Desa
4. Melokalkan SDGs sebagai SDGs Desa
     4.1. Globalisasi Pembangunan
     4.2. Melokalkan Pembangunan melalui Partisipasi Warga
     4.3. Melokalkan SDGs sampai ke Desa
5. SDGs Desa
     5.1. Aksi SDGs Desa
     5.2. SDGs Desa 18: Kelembagaan Desa Dinamis dan Budaya Desa Adaptif
     5.3. Dimensi SDGs Desa
     5.4. SDGs Desa 01: Desa Tanpa Kemiskinan
     5.5. SDGs Desa 02: Desa Tanpa Kelaparan
     5.6. SDGs Desa 03: Desa Sehat dan Sejahtera
     5.7. SDGs Desa 04: Pendidikan Desa Berkualitas
     5.8. SDGs Desa 05: Keterlibatan Perempuan Desa
     5.9. SDGs Desa 06: Desa Layak Air Bersih dan Sanitasi
     5.10. SDGs Desa 07: Desa Berenergi Bersih dan Terbarukan
     5.11. SDGs Desa 08: Pertumbuhan Ekonomi Desa Merata
     5.12. SDGs Desa 09: Infrastruktur dan Inovasi Desa sesuai Kebutuhan
     5.13. SDGs Desa 10: Desa Tanpa Kesenjangan
     5.14. SDGs Desa 11: Kawasan Pemukiman Desa Aman dan Nyaman
     5.15. SDGs Desa 12: Konsumsi dan Produksi Desa Sadar Lingkungan
     5.16. SDGs Desa 13: Desa Tanggap Perubahan Iklim
     5.17. SDGs Desa 14: Desa Peduli Lingkungan Laut
     5.18. SDGs Desa 15: Desa Peduli Lingkungan Darat
     5.19. SDGs Desa 16: Desa Damai Berkeadilan
     5.20. SDGs Desa 17: Kemitraan untuk Pembangunan Desa
     5.21. SDGs Desa 18: Kelembagaan Desa Dinamis dan Budaya Desa Adaptif
6. SDGs Desa 18: Kelembagaan Desa Dinamis dan Budaya Desa Adaptif
     6.1. Beragam Kemunculan SDGs Nomor 18
     6.2. Urgensi SDGs Desa Nomor 18
     6.3. Kelembagaan Desa Dinamis
     6.4. Budaya Desa Adaptif
7. Epilog: Desa Harapan
Daftar Pustaka
Indeks
Tentang Penulis