Tampilkan di aplikasi

Buku Pustaka Obor Indonesia hanya dapat dibaca di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.

Kemerdekaan Bagi Petani Kemerdekaan Untuk Semua

1 Pembaca
Rp 175.000 30%
Rp 122.500

Patungan hingga 5 orang pembaca
Hemat beli buku bersama 2 atau dengan 4 teman lainnya. Pelajari pembelian patungan disini

3 Pembaca
Rp 367.500 13%
Rp 106.167 /orang
Rp 318.500

5 Pembaca
Rp 612.500 20%
Rp 98.000 /orang
Rp 490.000

Pembelian grup
Pembelian buku digital dilayani oleh penerbit untuk mendapatkan harga khusus.
Hubungi penerbit

Perpustakaan
Buku ini dapat dibeli sebagai koleksi perpustakaan digital. myedisi library

Pertanyaan mendasar yang dicoba dijawab dalam buku ini adalah mengapa pertanian yang telah menjadi landasan perkembangan tingkat peradaban selanjutnya itu malah membuat kehidupan petaninya semakin sulit?

Buku ini menggunakan sudut pandang bahwa pembangunan pertanian perlu dipandang sebagai nilai dasar, maka dengan sendirinya nilai dasar lain seperti keadilan, kesetaraan, kesejahteraan dan keberlanjutan akan hadir dengan sendirinya. Proses pemerdekaan dan keberlanjutan akan hadir dengan sendirinya. Proses pemerdekaan menurut buku ini adalah proses pencapaian status dan sekaligus pula kemampuan petani untuk mencapai tingkat kehidupan yang lebih baik secara berkelanjutan. Tingkat kehidupan petani yang semakin baik akan menciptakan tingkat kehidupan masyarakat secara keseluruhan semakin baik. Kmerdekaan bagi pertani menciptakan kemerdekaan untuk semua.

Secara empiris isi kesimpulan di atas dapat dilihat dalam kehidupan masyarakat di negara maju. Surplus pertanian d negara maju tidak membuat petaninya menjadi petani marginal, walaupun harga-harga riil komodias pertanian terus menurun. Bahkan, menurut ukuran skala usahatani, petani di negara maju mengalami peningkatan skala lahan usaha secara signifikan. Kondisi terbalik terjadi pada petani di negara-negara berkembang termasuk Indonesia yaitu terjadinya proses guremisasi.

Tidak terjadinya proses marginalisasi petani di negara maju bukan akibat dari lingkungan pasar komoditas pertaninan yang sempurna tetapi lebih disebabkan oleh hadirnya negara dalam mengatasi kegagalan pasar. Lebih tepatnya negara dengan memangaatkan kemajuan industri membeli kelimpahan pangan. Ini merupakan proses pemerdekaan petani demi kemakmuran semua, Kelimpahan pangan menurunkan harga pangan tetapi tidak menurunkan tingkat kesejahteraan petaninya.

Buku ini mengajukan solusi pemerdekaan petani yang akan memerdekakan semua masyarakat, khususnya di negara berkembang. Penerapan dari pemikiran ini adalah dengan mengedepankan strategi pembangunan berdasarkan pola adaptasi jangka panjang berbasis pada keunikan sistem lingkungan di mana kegiatan pertanian itu dikembangkan. Keunikan adaptasi pohon jati untuk wilayah beriklim tropika kering dan pohon ek (oak) untuk wilayah iklim sedang dijadikan sebagai simbol keunggulan model pembangunan berdasarkan model pemerdekaan dan keberlanjutan sekaligus.

Ikhtisar Lengkap   
Penulis: Agus Pakpahan

Penerbit: Pustaka Obor Indonesia
ISBN: 9786233210768
Terbit: Juli 2021 , 478 Halaman

BUKU SERUPA













Ikhtisar

Pertanyaan mendasar yang dicoba dijawab dalam buku ini adalah mengapa pertanian yang telah menjadi landasan perkembangan tingkat peradaban selanjutnya itu malah membuat kehidupan petaninya semakin sulit?

Buku ini menggunakan sudut pandang bahwa pembangunan pertanian perlu dipandang sebagai nilai dasar, maka dengan sendirinya nilai dasar lain seperti keadilan, kesetaraan, kesejahteraan dan keberlanjutan akan hadir dengan sendirinya. Proses pemerdekaan dan keberlanjutan akan hadir dengan sendirinya. Proses pemerdekaan menurut buku ini adalah proses pencapaian status dan sekaligus pula kemampuan petani untuk mencapai tingkat kehidupan yang lebih baik secara berkelanjutan. Tingkat kehidupan petani yang semakin baik akan menciptakan tingkat kehidupan masyarakat secara keseluruhan semakin baik. Kmerdekaan bagi pertani menciptakan kemerdekaan untuk semua.

Secara empiris isi kesimpulan di atas dapat dilihat dalam kehidupan masyarakat di negara maju. Surplus pertanian d negara maju tidak membuat petaninya menjadi petani marginal, walaupun harga-harga riil komodias pertanian terus menurun. Bahkan, menurut ukuran skala usahatani, petani di negara maju mengalami peningkatan skala lahan usaha secara signifikan. Kondisi terbalik terjadi pada petani di negara-negara berkembang termasuk Indonesia yaitu terjadinya proses guremisasi.

Tidak terjadinya proses marginalisasi petani di negara maju bukan akibat dari lingkungan pasar komoditas pertaninan yang sempurna tetapi lebih disebabkan oleh hadirnya negara dalam mengatasi kegagalan pasar. Lebih tepatnya negara dengan memangaatkan kemajuan industri membeli kelimpahan pangan. Ini merupakan proses pemerdekaan petani demi kemakmuran semua, Kelimpahan pangan menurunkan harga pangan tetapi tidak menurunkan tingkat kesejahteraan petaninya.

Buku ini mengajukan solusi pemerdekaan petani yang akan memerdekakan semua masyarakat, khususnya di negara berkembang. Penerapan dari pemikiran ini adalah dengan mengedepankan strategi pembangunan berdasarkan pola adaptasi jangka panjang berbasis pada keunikan sistem lingkungan di mana kegiatan pertanian itu dikembangkan. Keunikan adaptasi pohon jati untuk wilayah beriklim tropika kering dan pohon ek (oak) untuk wilayah iklim sedang dijadikan sebagai simbol keunggulan model pembangunan berdasarkan model pemerdekaan dan keberlanjutan sekaligus.

Pendahuluan / Prolog

Pengantar
Mengapa pertanian baik bagi peradaban tetapi justru tidak bagi petani? Mengapa setelah lebih dari 7.000 tahun pertanian berkembang, kehidupan petani justru semakin menderita? Persoalan penting yang diangkat dalam buku ini ialah kemerdekaan.

Saya mengambil posisi bahwa kemerdekaan merupakan benih untuk menentukan langkah lanjutan bagi peradaban. Ia menjadi langkah pertama untuk memulai ribuan langkah yang lain ke depan. Kemerdekaan merupakan akar bagi kelangsungan hidup dan menjadi tahapan untuk pembangunan di masa mendatang.

Tanpa kemerdekaan, kita tidak bisa bertahan hidup. Penjelasan ini sejatinya benar bagi petani. Petani tidak akan dan tidak bisa bertahan jika mereka menjadi objek eksploitasi. Pada gilirannya, seluruh peradaban akan merosot jika sebagian dari rantai sosial ini punah.

Eksploitasi petani sama seperti eksploitasi terhadap sumber penghidupan kita. Kita tahu bahwa eksploitasi berlebihan terhadap sumberdaya akan menghancurkan peradaban kita. Pemahaman yang sama juga bisa digunakan untuk eksploitasi terhadap petani. Sekali saja kemerdekaan petani itu ada, maka jawaban atas keadilan, kesetaraan, dan kesejahteraan manusia akan langsung menyertainya.

Publikasi ini tidak akan mungkin terjadi tanpa dukungan seluruh pihak yang telah membantu. Saya ingin berterima kasih kepada Agus Supriono (almarhum) atas segala semangatnya. Kontribusi Dr. P. Lovell, Prof. A.A. Schmid, Prof. R. Bernstein, dan Prof. L Manderscheid juga tidak ternilai. Prof. S. Baharsjah, Prof. G. Kartasasmita, Prof. B. Saragih dan Dr. M. Nasution telah memberi kesempatan bagi saya untuk mengeksplorasi pengetahuan yang saya yakini menjadi sumber kekuatan bagi masa depan pertanian yang lebih baik. Diskusi dengan R. Wibowo, Subiyono, S.Y. Harris telah menantang garis pemikiran saya dalam menuliskan buku ini.

Selanjutnya, interaksi dengan pimpinan Asosiasi-asosiasi Petani Perkebunan Indonesia telah menciptakan pemahaman tak ternilai tentang kehidupan petani yang berkontribusi pada pemahaman saya secara signifikan dalam penyusunan buku ini. Versi terakhir telah direviu secara eksternal oleh sahabat Dr. E.M. Lokollo. Komentar serta saran yang rinci dan konstruktif telah mendorong perbaikan lanjutan di sepanjang naskah ini, yang mana saya sangat bersyukur untuk itu.

Saya juga berterima kasih kepada seluruh keluarga: Nadina, Angga, Miryani, Andya dan Abinendro, serta cucu-cucu: Keira, Rania dan Akiano, untuk segala kasih sayang mereka. Untuk Cholik, Ninie, dan H. Amin, saya berterima kasih atas bantuan mereka dalam membuat kehidupan saya lebih mudah. Bagaimanapun juga, jika ada kesalahan yang terjadi, hal itu merupakan tanggung jawab saya.

Daftar Isi

Sampul
Pengantar
Daftar isi
Daftar tabel dan kotak
Daftar gambar
Bab 1 Pendahuluan
     Evolusi Pertanian
     Kemerdekaan Petani Telah Diambil Dunia yang Melampaui Mereka
     Mengubah Sejarah
     Pertanian, Sumberdaya Alam, dan Kontrol terhadap Sumberdaya
     Susunan Buku
Bab II Kelangsungan Hidup dan Kemerdekaan Petani: Meningkatkan Kesejahteraan Petani Melalui Pertanian Berkelanjutan
     Sifat Dasar dari Kelangsungan Hidup dan Kemerdekaan
     Membebaskan Petani dari Sangkar
     Kemerdekaan, Pembangunan Pertanian, dan Ketahanan Pangan
     Kesimpulan
Bab III Sebuah Studi Kasus Proses Evolusi Dalam Perencanaan Pembangunan Pertanian
     Evolusi Kebijakan Nasional dalam Perencanaan Pembangunan Pertanian di Indonesia: Repelita I-Repelita VI
     Latar Belakang Sejarah
     Perencanaan Pembangunan Pertanian Repelita I Sampai Repelita VI9
          Repelita I (1969/70-1973/74)
          Repelita II (1974/75-1978/79)
          Repelita III (1978/80-1983/84)
          Repelita IV (1984/85-1988/89)
          Repelita V (1989/91-1993/94)
          Repelita VI (1994/95-1998/99)
     Perencanaan Pertanian Pasca-Krisis Ekonomi
     Kesimpulan
Bab IV: Sebuah Studi Kasus: Evolusi Pertanian Indonesia
     Proses Evolusi dari Produksi Beras
     Proses Evolusi Produksi Non-Padi
     Gambaran Integratif dari Produksi Pertanian Indonesia
     Evolusi Proses Konsumsi Pangan
     Pangsa Pengeluaran Pangan dan Permintaan untuk Keanekaragaman Pangan
     Proses Evolusi dalam Penggunaan Sumberdaya Pertanian Indonesia
     Evolusi dari Belanja Publik dalam Pembangunan Pertanian
     Kesimpulan
Bab V: Studi Kasus Gambaran Pertanian Global Meneguhkan Perspektif
     Indikator Tekanan
     Tekanan Ekonomi pada Pertanian: Pertumbuhan Lambat dan Kemiskinan
     Kesimpulan
Bab VI: Memperbaharui Visi: Kerangka Berpikir
     Gambaran dari Kenyataan
          Posisi
          Jarak
          Hierarki
          Jaringan
          Nilai-nilai
     Pertanian
     Visi: Sebuah Kerangka Berpikir
Bab VII: Kemerdekaan, Keadilan, Kesejahteraan, dan Kesetaraan
     Negara-negara Maju
     Negara-negara Berkembang
     Kesejahteraan
     Kemerdekaan sebagai Asal Mula
     Kesimpulan
Bab VIII: Dunia Yang Melampaui Kita: Dari Sudut Pandang Petani
     Matriks dan Batasan
     Menghapus Kebiasaan Berpikir Lama
     Kesimpulan
Bab IX: Membuat yang Tidak Mungkin Menjadi Mungkin
     Awal Mula
     Beberapa Wawasan
     Beberapa Pemikiran
     Masalah Mikro
     Masalah Nasional
     Masalah Global
     Kesimpulan
Bab X: Epilog Pohan Jati (Teak) dan Pohan Ek (Oak)
Daftar Pustaka
Indeks
Tentang Penulis