Tampilkan di aplikasi

Buku Pustaka Obor Indonesia hanya dapat dibaca di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.

Kekuasaan - Sebuah Analisis Sosial dan Politik

Betrand Russell

1 Pembaca
Rp 125.000 30%
Rp 87.500

Patungan hingga 5 orang pembaca
Hemat beli buku bersama 2 atau dengan 4 teman lainnya. Pelajari pembelian patungan disini

3 Pembaca
Rp 262.500 13%
Rp 75.833 /orang
Rp 227.500

5 Pembaca
Rp 437.500 20%
Rp 70.000 /orang
Rp 350.000

Pembelian grup
Pembelian buku digital dilayani oleh penerbit untuk mendapatkan harga khusus.
Hubungi penerbit

Perpustakaan
Buku ini dapat dibeli sebagai koleksi perpustakaan digital. myedisi library

Tesis Bertrand Russell dalam buku ini sangat menarik, bahwa jika energi merupakan konsep dasar gerak benda-benda dalam ilmu fisika, maka konsep dasar dalam gerak ilmu-ilmu sosial adalah KEKUASAAN dan bagaimana membaca pola-polanya. Sebab energi menggerakkan benda-benda, sementara kekuasaan menggerakkan interaksi dan perilaku manusia.

Kekuasaan dan bagaimana merebutnya lalu menjadi perkara politik. Dan partai politik adalah sarana yang dimungkinkan oleh demokrasi dalam Pemilu untuk merebut kekuasaan itu untuk mempengaruhi kebijakan-kebijakan negara yang dihasilkan. Sementara hukum memberikan aturan-aturan bagaimana cara merebut kekuasaan itu secara sah, legitim dan beradab.

Buku Russel ini, meski terbit sudah sejak tahun 1938, namun analisisnya tetap merupakan salah satu yang paling komprehensif tentang apa itu Kekuasaan dan dinamikanya sejak zaman Yunani, Romawi, hingga abad ke-20; bagaimana merebutnya yang tampak dalam bentuk-bentuk kekuasaan yang wajib kita cermati, adakah itu etika kekuasaan, dan bagaimana menjinakkan kekuasaan dalam dialektikanya yang terus menerus (ketegangan abadi) dengan hukum. Kepada mereka yang menggumuli ilmu-ilmu politik, hukum, ekonomi, pemerintahan, militer, psikologi massa, filsafat, maupun praktisi dilapangan, buku lama yang "hidup kembali" ini layak menjadi rujukan.

Ikhtisar Lengkap   
Penulis: Bertrand Russel

Penerbit: Pustaka Obor Indonesia
ISBN: 9786024337902
Terbit: Desember 2019 , 353 Halaman










Ikhtisar

Tesis Bertrand Russell dalam buku ini sangat menarik, bahwa jika energi merupakan konsep dasar gerak benda-benda dalam ilmu fisika, maka konsep dasar dalam gerak ilmu-ilmu sosial adalah KEKUASAAN dan bagaimana membaca pola-polanya. Sebab energi menggerakkan benda-benda, sementara kekuasaan menggerakkan interaksi dan perilaku manusia.

Kekuasaan dan bagaimana merebutnya lalu menjadi perkara politik. Dan partai politik adalah sarana yang dimungkinkan oleh demokrasi dalam Pemilu untuk merebut kekuasaan itu untuk mempengaruhi kebijakan-kebijakan negara yang dihasilkan. Sementara hukum memberikan aturan-aturan bagaimana cara merebut kekuasaan itu secara sah, legitim dan beradab.

Buku Russel ini, meski terbit sudah sejak tahun 1938, namun analisisnya tetap merupakan salah satu yang paling komprehensif tentang apa itu Kekuasaan dan dinamikanya sejak zaman Yunani, Romawi, hingga abad ke-20; bagaimana merebutnya yang tampak dalam bentuk-bentuk kekuasaan yang wajib kita cermati, adakah itu etika kekuasaan, dan bagaimana menjinakkan kekuasaan dalam dialektikanya yang terus menerus (ketegangan abadi) dengan hukum. Kepada mereka yang menggumuli ilmu-ilmu politik, hukum, ekonomi, pemerintahan, militer, psikologi massa, filsafat, maupun praktisi dilapangan, buku lama yang "hidup kembali" ini layak menjadi rujukan.

Pendahuluan / Prolog

Kata Pengantar
Buku “Kekuasaan” oleh filsuf Bertrand Russell ini merupakan sebuah kupasan dan analisis mengenai makna kekuasaan yang sudah menjadi klasik. Dengan tajam dan mendalam, Russell berhasil menghadapkan pembaca pada berbagai wajah dan penjelmaan kekuasaan, bukan semata-mata pada kekuatan militer atau politik, tetapi juga peran dan kedudukan kekuasaan serta dampaknya pada manusia dan masyarakat.

Sangat menarik bahwa Russell mengatakan, bahwa dorongan motivasi bagi seorang manusia berbuat sesuatu bukanlah dorongan seks sebagaimana dikatakan Freud, akan tetapi dorongan untuk berkuasa. Menariknya pula dorongan untuk berkuasa itu berbentuk eksplisit pada pemimpin yang ingin berkuasa, dan implisit pada manusia yang bersedia mengikuti sang pemimpin. Jadi seorang pemimpin berhasil berkuasa, karena dorongan hendak berkuasa dalam dirinya sendiri membawanya memegang kekuasaan, sementara dalam diri massa pengikut ada pula dorongan hendak berkuasa, tetapi cukup dengan menjadi pendukung atau pengikut sang penguasa.

Dengan berbuat begini, para pendukung dan pengikut merasa diri mereka juga ikut berkuasa, dan dorongan pada kekuasaan dalam diri mereka pun terpenuhi.

Russell juga menjelaskan bahwa dorongan untuk berkuasa ini seakan tak kenal batas. Kenyataan inilah yang melahirkan pemimpinpemimpin dari zaman dulu hingga zaman modern untuk coba mengabadikan atau meluaskan kekuasaan mereka selama dan seluas mungkin. Kaisar-kaisar Romawi yang meluaskan imperium ke manamana; Napoleon yang mencoba menaklukkan seluruh Eropa, hingga tampilnya Hitler sebelum Perang Dunia II merupakan beberapa contoh sejarah.

Menarik pula membaca analisisnya mengenai perkembangan sejarah kekuasaan di Eropa, yang pernah mengalami kekuasaan sewenang-wenang dalam berbagai bentuk, antara lain: kekuasaan raja yang mutlak, yang memberi monopoli kepada kalangan aristokrat bangsawan dan sebagainya. Kekuasaan membawa pesona pada orang yang berkuasa.

Jika dalam memenuhi kebutuhan biologis seperti makan, minum, seseorang merasa kenyang, lalu berhenti namun tidak demikian dengan kekuasaan. Nafsu untuk berkuasa tak ubahnya seperti nafsu hendak kaya, berkembang terus sampai tak ada batas sama sekali.

Untunglah Russell memberikan pula analisis mengenai bagaimana kekuasaan itu dijinakkan, agar kekuasaan tidak berkembang jadi tanpa batas. Mungkin bab penjinakan kekuasaan merupakan bab terpenting buku ini. Bab ini dimulai dengan sebuah cerita, yang menarik.

“Ketika melalui sisi Gunung Thai, Kong-hu Chu melihat seorang perempuan, yang sedang menangis dekat sebuah kuburan. Kong-hu Chu membelokkan kudanya dan mendekatinya. Dia menyuruh Tzelu menanyai perempuan itu mengapa menangis. Jawab sang wanita, “Dulu ayah suamiku disergap harimau di sini hingga mati. Kemudian suamiku juga diterkam sang harimau.

Nah sekarang anak lelakiku mengalami nasib sama.” Kong-hu Chu bertanya, “Jika demikian mengapa Anda tidak meninggalkan tempat ini?” Jawab sang perempuan, “Karena di sini tidak ada pemerintah yang menindas.” Lalu Kong-hu Chu berkata, “Ingat ini anak-anakku: pemerintah yang menindas jauh lebih mengerikan daripada harimau.” Russell menulis buku ini dengan bahasa yang sederhana dan jelas, dan pasti pembaca tidak akan mengalami kesulitan untuk mengikuti uraiannya. Semoga buku ini dapat membantu menjelaskan dan menjernihkan pada kita akan makna kekuasaan dan bagaimana kekuasaan itu harus dikelola dan dipertanggungjawabkan.

Daftar Isi

Sampul
Daftar Isi
Pengantar Cetakan I, 1988
Kata Pengantar Cetakan Kedua, 2019
Bab I Dorongan Untuk Berkuasa
Bab II Antara Pemimpin dan Pengikut
Bab III Bentuk-Bentuk Kekuasaan
Bab IV Kekuasaan Religius
Bab V Kekuasaan Raja
Bab VI Kekuasaan Tanpa Persetujuan
Bab VII Kekuasaan Revolusioner
Bab VIII Kekuasaan Ekonomi
Bab X Keyakinan Sebagai Sumber Kekuasaan
Bab XI Kekuasaan Dalam Jaringan Organisasi
Bab XII Kekuasaan Dan Bentuk Pemerintahan
Bab XIII Organisasi Dan Individu
Bab XIV Persaingan
Bab XV Kekuasaan Dan Moralitas
Bab XVI Filsafat Kekuasaan
Bab XVII Etika Kekuasaan
Indeks
Perihal Penulis