Ikhtisar
Buku ini menjelaskan bahwa semua entitas, yang hidup atau yang mati, yang kecil atau yang besar, yang bersifat parsial atau integral, mulai dari atom hingga planet, semuanya menjadi bukti atas keberadaan dan keesaan Tuhan Pencipta semesta alam. Buku ini sangat cocok dibaca oleh semua kalangan, terutama mereka yang mengingkari wujud Tuhan atau yang masih ragu untuk beriman. Bukti-bukti yang dijelaskan dalam buku ini akan membungkam para pengingkar, meyakinkan orang yang masih ragu, menguatkan iman yang masih lemah, mengubah iman yang masih taklidi (rapuh) menjadi iman yang tahkiki (kukuh), meluaskan wawasan keimanan yang sudah kukuh, memberikan kepada iman yang luas tangga menuju makrifat Ilahi yang merupakan landasan kesempurnaan hakiki. Buku ini juga perlu dibaca secara keseluruhan, sebab kandungannya merupakan nutrisi spiritual bagi perangkat halus manusia, seperti roh, kalbu, akal, imajinasi dan yang lainnya. Membatasi bacaan hanya pada bagian tertentu saja membuat sebagian perangkat halus tersebut tidak mendapatkan apa yang menjadi kebutuhannya sehingga tingkatan spiritual yang tinggi akan sulit dicapai.
Pendahuluan / Prolog
Kata Pengantar
Segala puji bagi Allah SWT. Salawat dan salam semoga tercurah kepada Rasulullah SAW serta kepada para pengikutnya. Ammâ Ba’du: Saat berada di puncak usia muda Ustadz Badiuzzaman Said Nursi menyampaikan khutbah (pidato) ini dengan bahasa Arab di Masjid Jami Umawi Damaskus guna memenuhi keinginan dan permintaan para ulama Syam. Pidato tersebut didengar oleh banyak orang di mana jumlah mereka lebih dari 10 ribu orang. Mereka mendengar dan menyimaknya dengan penuh antusias. Maka dari itu, tidak aneh ketika pidato tersebut dicetak untuk pertama kalinya hanya dalam beberapa hari langsung habis sehingga harus dicetak ulang dalam waktu seminggu.
Hal itu terjadi pada musim dingin tahun 1911 M, yaitu sebelum Perang Dunia Pertama berkecamuk. Setelah itu, perang berdarah terus terjadi hingga bintang Daulah Utsmani lenyap dari peredaran. Kemudian masa-masa ujian mulai dihadapi oleh Ustadz Nursi lewat rangkaian penahanan, pengasingan, dan proses peradilan. Hal itu terus berlangsung sampai tahun 1950 M. Sepanjang tahun-tahun kesulitan tersebut, beliau tidak sempat menelaah ulang pidato di atas. Bahkan beliau tidak sempat melihatnya. Beliau baru melihat dan membacanya ketika diberi kiriman salinannya tahun 1951 oleh salah seorang sahabatnya di kota Van.
Ketika itu, Ustadz Nursi sedang berada dalam pengasingannya di Emirdag. Di saat itulah beliau melihat kembali pidato yang pernah disampaikan 40 tahun silam dan kemudian mulai menerjemahkannya ke dalam bahasa Turki. Atau lebih tepatnya direvisi kembali dan diedit ulang. Pidato tersebut ditambah dengan sejumlah alinea baru dan catatan kaki yang penting. Sementara bagian yang membatasi bentuk universalitasnya dihilangkan dan sejumlah persoalannya dialihkan ke berbagai bagian Risalah Nur, lalu diajarkan kepada sekelompok muridnya.
Isi pidato tersebut menjelaskan enam penyakit yang membelenggu umat Islam di saat orang-orang Eropa tengah mengalami kemajuan yang pesat dari berbagai aspek. Untuk mengobati keenam penyakit tersebut, Said Nursi menyuguhkan enam obat dari limpahan apotek al-Qur’an yang diyakini ampuh mengobati penyakit tersebut. Selain pidato di atas, ia juga melampirkan berapa tulisannya yang pernah dipublikasikan di berbagai media cetak dalam beragam tema. Semua itu dimaksudkan untuk memotivasi umat Islam agar bangun dari kasur kemalasan dan bantal khayalan demi mengejar ketertinggalan.
Semoga dengan buku ini, pembaca dapat mereguk obat mujarab yang disuguhkan Penulis dan dapat merealisasikan cita-cita umat yang diharapkan, Amin.
Penulis
Badiuzzaman Said Nursi - Ulama Turki yang hidup di masa akhir Turki Utsmani dan di awal republik Turki, Beliau adalah ulama yang berjuang untuk menguatkan iman dan akidah umat Islam di Turki. lewat karya beliau umat Islam seakan menemukan cahaya dalam kegelapan.
Editor
Irwandi - Penyunting buku karya Badiuzzaman Said Nursi, Beliau adalah lulusan dari Universitas Al-azhar Cairo Mesir yang pernah belajar langsung dengan ulama Turki
Daftar Isi
Sampul
Pedoman Transliterasi
Kata Pengantar
Daftar Isi
Pendahuluan Penulis
Pendekatan Dakwah Risalah Nur
Isi Pidato
Penyakit yang Membelenggu Umat Islam
Kata Pertama: Harapan
Potensi Islam untuk Menggapai kemajuan Spiritual
Potensi Islam untuk Menggapai Kemajuan Material
Kesimpulan
Kata Kedua: Putus Asa adalah Penyakit yang Mematikan
Kata Ketiga: Kejujuran adalah Prinsip Dasar Ajaran
Kata Keempat: Cinta
Kata Kelima: Kebaikan dan Keburukan yang Berlipat Ganda
Kata Keenam: Musyawarah
Lampiran: Mendiagnosa Penyakit
Tambahan untuk Lampiran:
Hiduplah Syariat yang Mulia
Sebuah Hakikat
Gema Hakikat
Hiduplah Syariat Muhammad ﷺ
Catatan Khusus
Menjawab Sejumlah Tuduhan Keliru
Bagian Terakhir dari Tambahan untuk Lampiran
Kepada Prajurit Kami yang Pemberani
Pesan untuk Prajurit
Profil Penulis
Kutipan
Jendela Pertama
Kita menyaksikan pada seluruh entitas, terutama pada makhluk hidup, adanya kebutuhan dan impian terhadap beragam hal yang jumlahnya tak terhingga. Semua kebutuhan tersebut terpenuhi secara tak terduga. Impian itu juga terwujud pada waktu yang tepat. Padahal, kemampuan si pemilik kebutuhan tak mampu menggapai kebutuhan yang paling kecil sekalipun, apalagi yang paling luas dan besar. Engkau bisa merenungkan dirimu. Ia tak mampu memenuhi banyak hal yang dibutuhkan oleh indra lahiriahmu, atau tak mampu memenuhi keinginan batiniahmu.
Kiaskan seluruh makhluk hidup dengan dirimu dan cermati, engkau pasti menyadari bahwa kefakiran dan kebutuhan seluruh makhluk hidup yang tak sanggup mereka penuhi menjadi saksi atas keberadaan Sang Wajibul wujud dan menjadi petunjuk atas keesaan-Nya, sebagaimana secara keseluruhan menjadi petunjuk atas-Nya seperti sinar matahari yang menjadi petunjuk atas matahari itu sendiri serta menjelaskan kepada akal yang objektif bahwa Allah Maha Pemurah, Maha PenPengasih, dan Maha Mengatur.
Sungguh kebodohanmu sangat buruk dan kelalaianmu demikian terkutuk wahai yang bodoh, lalai, dan sombong.
Bagaimana engkau menafsirkan aktivitas yang penuh hikmah dan kasih sayang ini? Apakah dengan alam yang tuli atau kekuatan yang buta? Ataukah proses kebetulan yang serampangan atau dengan sejumlah sebab tak bernyawa yang sangat le