Ikhtisar
Buku ini memuat jawaban Said Nursi atas berbagai pertanyaan yang dilontarkan dari para murid-muridnya dengan cara langsung maupun lewat surat-menyurat.
Dalam buku ini termuat berbagai topik pembahasan keislaman yang menarik dan membuat akal tercerahkan. Dengan gaya bahasa yang lugas, tegas dan mengalir Said Nursi membahas berbagai persoalan yang terkait tentang tauhid, kenabian, ilmu kalam, ibadah, hukum Islam dan tasawuf.
Melalui bukunya ini Said Nursi ingin pembaca medapat pencerahan atas berbagai perkara syubhat yang mengotori pikiran serta meluruskan berbagai pemahaman menyimpang dan mengajak pembaca untuk lebih dalam lagi menyelami lautan samudra iman dan islam melalui kacamata al-quran agar tersingkap mutiara-mutiara hakikat cemerlang yang mengantarkan pada kesempurnaan penghambaan terhadap Tuhan Pencipta semesta alam.
Pendahuluan / Prolog
Al-Maktubat
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Salawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada Nabi Muhammad, keluarganya, para sahabatnya, dan seluruh pengikutnya hingga akhir zaman.
Buku al-Maktubat yang berada di tangan pembaca ini adalah hasil dari jawaban Said Nursi atas berbagai pertanyaan yang dilontarkan para muridnya dengan cara langsung maupun lewat surat- menyurat.
Dalam buku ini termuat berbagai topik pembahasan keislaman yang menarik dan mencerahkan akal. Dengan gaya bahasa yang lugas, tegas, dan mengalir, Said Nursi membahas berbagai persoalan yang terkait tentang tauhid, kenabian, ilmu kalam, ibadah, hukum Islam dan tasawuf
Penulis
Badiuzzaman Said Nursi - Ulama Turki yang hidup di masa akhir Turki Utsmani dan di awal republik Turki, Beliau adalah ulama yang berjuang untuk menguatkan iman dan akidah umat Islam di Turki. lewat karya beliau umat Islam seakan menemukan cahaya dalam kegelapan.
Editor
Irwandi - Penyunting buku karya Badiuzzaman Said Nursi, Beliau adalah lulusan dari Universitas Al-azhar Cairo Mesir yang pernah belajar langsung dengan ulama Turki
Daftar Isi
Cover Depan
Kata Pengantar
Daftar Pustaka
Surat Pertama: Jawaban Singkat atas Empat Pertanyaan
Pertanyaan Pertama: Apakah Nabi Khidir Masih Hidup?
Pertanyaan Kedua: Bagaimana Kematian Bisa Menjadi “Makhluk” dan Bagaimana Ia Dianggap sebagai “Nikmat”?
Pertanyaan Ketiga: Di Manakah Letak Neraka Jahannam?
Pertanyaan Keempat: Apakah Mungkin Cinta Majasi Manusia terhadap Dunia Berubah Menjadi Cinta Hakiki terhadap Allah?
Surat Kedua: Sebab-sebab yang Membuat Penulis Tidak Bisa Memikul Jasa Orang Lain dan Tidak Mau Menerima Hadiah
Surat Ketiga: Perenungan terhadap Sejumlah Ayat, serta Penjelasan tentang Susahnya Meniti Jalan Kesesatan dan Mudahnya meniti Jalan Ketauhidan
Surat Keempat: Pemerolehan Penulis atas Cahaya Manifestasi Nama al-Hakîm dan ar-Rahîm
Sebuah Risalah yang Membuat Bintang Bertutur
Surat Kelima: Perhatian terhadap Persoalan Keimanan di Zaman Sekarang Lebih Utama daripada Ribuan Dzauq
Surat Keenam: Sebuah Risalah yang Menjelaskan Ragam Keterasingan yang
Surat Ketujuh: Hikmah di Balik Pernikahan Rasulullah dengan Zaenab
Surat Kedelapan: Penjelasan tentang Rahasia Nama ar-Rahmân dan ar-Rahîm, serta Bagaimana Kasih Sayang Bisa Mengungguli “Cinta” Sebagaimana yang terdapat dalam Kisah
Surat Kesembilan: Perbedaan antara Ikram Ilahi, Karamah, dan Istidraj
Mengarahkan Kemauan Fitrah
Perbedaan antara Iman dan Islam
Surat Kesepuluh: Jawaban atas Dua Pertanyaan
Pertanyaan Pertama: Apa yang Dimaksud dengan Imam Mubin dan Kitab Mubin?
Pertanyaan Kedua: Di Mana letak padang Mahsyar?
Surat Kesebelas: Penjelasan tentang Empat Persoalan
Persoalan Pertama: Obat bagi orang yang terserang penyakit was-was
Persoalan Kedua: Hasil renungan di padang rumput Barla
Persoalan Ketiga: Keadilan mutlak dan kasih sayang dalam bagian warisan anak
Persoalan Keempat: Keadilan mutlak dan hak dalam bagian warisan ibu
Surat Kedua Belas: Jawaban atas Tiga Pertanyaan
Pertanyaan Pertama: Apa hikmah dikeluarkannya Adam dari surga?
Pertanyaan Kedua: Mengapa setan dan keburukan diciptakan? Untuk apa para Nabi diutus?
Pertanyaan Ketiga: Di manakah keadilan ketika musibah dan bencana terjadi?
Surat Ketiga Belas: Jawaban atas Tiga Pertanyaan
Pertanyaan Pertama: Bagaimana kabarmu? Apakah engkau baik-baik saja?
Pertanyaan Kedua: Mengapa engkau tidak memohon untuk mendapatkan surat putusan bebas?
Pertanyaan Ketiga: Mengapa sejauh ini engkau .......tidak memiliki perhatian kepada kondisi politik dunia saat ini?
Surat Keempat Belas: Belum Ditulis
Surat Kelima Belas: Jawaban atas Enam Pertanyaan
Pertanyaan Pertama: Mengapa para sahabat tidak menyingkap kaum perusak di tengah-tengah masyarakat?
Pertanyaan Kedua: Apa hakikat dari berbagai kejadian yang menimpa barisan umat Islam di masa Ali?
Pertanyaan Ketiga: Apa hikmah di balik musibah memilukan dan perlakuan buruk yang menimpa
Pertanyaan Keempat: Pertanyaan tentang Turunnya Nabi Isa dan Terbunuhnya Dajjal di Akhir Zaman
Pertanyaan Kelima: Apakah ruh-ruh yang kekal ikut merasakan kedahsyatan kiamat?
Pertanyaan Keenam: Apakah ayat كُلُّ شَيْءٍ هَالِكُ إِلَّا وَجْهَهُ meliputi akhirat, surga, neraka, dan penghuninya, atau tidak?
Surat Keenam Belas: Penjelasan tentang Lima Poin
Poin Pertama: Mengapa Anda meninggalkan pentas politik?
Poin Kedua: Mengapa “Said Baru” sangat menghindari politik?
Poin Ketiga: Bagaimana engkau bisa menanggung tekanan dan kesulitan yang ada?
Poin Keempat: Jawaban atas sejumlah pertanyaan yang mendatangkan keraguan
Poin Kelima: Terkait dengan lima persoalan kecil
Lampiran Surat Keenam Belas
Surat Ketujuh Belas: Belasungkawa atas Kepergian Seorang Anak Kecil
Poin Pertama: Maksud dari ayat (وِلْدَانٌ مُخَلَّدُونَ )
Poin Kedua: Perumpamaan yang layak dijadikan bahan renungan
Poin Ketiga: Anak yang meninggal adalah makhluk Allah Sang Pemilik hakiki
Poin Keempat: Perpisahan tidak abadi, namun di waktu mendatang akan ada pertemuan kembali
Poin Kelima: Kasih sayang merupakan wujud rahmat Ilahi yang paling lembut
Surat Kedelapan Belas: Terdiri dari Tiga Persoalan Penting
Persoalan Pertama: Perkara yang dibahas oleh para wali terkemuka itu tidak terlihat di alam nyata
Persoalan Kedua: Jalan yang ditempuh oleh para sahabat
Persoalan Ketiga: Persoalan penting yang tidak bisa dipecahkan dengan akal serta tidak bisa disingkap oleh
Surat Kesembilan Belas: Risalah Mukjizat Nabi Muhammad
Catatan tentang riwayat yang ada
Petunjuk Pertama: Urgensi kenabian Muhammad
Petunjuk Kedua: Mukjizat merupakan bentuk pembenaran Tuhan semesta alam terhadap pernyataan Rasul-Nya
Petunjuk Ketiga: Hikmah di balik keragaman mukjizat Rasul
Petunjuk Keempat: Prinsip-prinsip dalam memahami perkara gaib yang Allah ajarkan kepada Rasul-Nya
Petunjuk Kelima: Informasi Rasul mengenai musibah
Petunjuk Keenam: Mukjizat Nabi yang terkait dengan pemberitaan masa mendatang
Petunjuk Ketujuh: Mukjizat Nabi yang terkait dengan keberkahan makanan
Petunjuk Kedelapan: Mukjizat Nabi yang terkait dengan air
Petunjuk Kesembilan: Mukjizat Nabi yang terkait dengan pohon
Petunjuk Kesepuluh: Mukjizat “rintihan batang pohon”
Petunjuk Kesebelas: Mukjizat Nabi yang terkait dengan benda mati
Petunjuk Kedua Belas: Berbagai contoh yang terkait dengan petunjuk sebelumnya
Petunjuk Ketiga Belas: Mukjizat Nabi yang terkait dengan kesembuhan orang sakit
Petunjuk Keempat Belas: Mukjizat Nabi yang terkait dengan doa
Petunjuk Kelima Belas: Terdiri dari tiga cabang
Petunjuk Keenam Belas: Sejumlah peristiwa luar biasa yang terjadi sebelum beliau diutus sebagai nabi
Petunjuk Ketujuh Belas: Mukjizat Nabi yang terkait dengan pribadi, syariat, dan peristiwa mi’raj
Petunjuk Kedelapan Belas: Mukjizat Nabi yang terkait dengan al-Qur’an
Petunjuk Kesembilan Belas: Kebenaran dan aspek petunjuk beliau yang mengarah kepada tauhid
Surat Kedua Puluh
Pendahuluan: Penjelasan tentang Urgensi Iman, Makrifat, dan Cinta kepada Allah
Kedudukan Pertama: Kabar Gembira Tauhid dalam Sebelas Frasa
Kedudukan Kedua: Petunjuk Singkat tentang Tauhid Dilihat dari Ismul A’zham
Surat Kedua Puluh Satu: Pentingnya Memelihara Hak Orang Tua dan Orang Lansia
Surat Kedua Puluh Dua: Terdiri dari Dua Pembahasan
Pembahasan Pertama: Mengajak Orang-orang Beriman untuk Menjalin Rasa Persaudaraan dan Mencintai di Antara Sesama (dalam enam aspek)
Pembahasan Kedua: Tamak adalah Penyakit yang membahayakan Kehidupan Islam
Penutup: Gibah (Bergunjing)
Surat Kedua Puluh Tiga: Terdiri dari Tujuh Pertanyaan
Pertanyaan Pertama: Bagaimana seharusnya doa seorang mukmin untuk saudara mukmin lainnya?
Pertanyaan Kedua: Bolehkah menyebut “radhiyallâhu ‘anhu” kepada selain sahabat?
Pertanyaan Ketiga: Mana yang lebih utama; para imam mujtahid atau para wali qutub?
Pertanyaan Keempat: Apa hikmah dan tujuan dari firman Allah yang berbunyi: (إِنَّ اللَّهَ مَعَ الصَّبِرِينَ ) ?
Pertanyaan Kelima: Bagaimana Nabi beribadah sebelum diutus sebagai nabi?
Pertanyaan Keenam: Apa hikmah diutusnya Rasul pada usia 40 tahun?
Pertanyaan Ketujuh: Maksud dari hadis, “Sebaik-baik pemuda adalah yang menyerupai orang tua, sementara seburuk-buruk orang tua adalah yang menyerupai anak
Surat Kedua Puluh Empat: Konsekuensi dari nama Allah ar-Rahîm, al-Hakîm, dan al-Wadud sejalan dengan kematian dan musibah yang terjadi di alam ini
Kedudukan Pertama: Terdiri dari lima rambu
Kedudukan Kedua: Terdiri dari Pendahuluan dan Lima Petunjuk
Surat Kedua Puluh Lima: Belum Ditulis
Surat Kedua Puluh Enam: Terdiri dari Empat Bahasan
Bahasan Pertama: Argumen al-Qur’an yang Membungkam Setan dan Sekutunya
Bahasan Kedua: Tiga Kepribadian Said Nursi
Bahasan Ketiga: Tujuh persoalan
Bahasan Keempat: Sepuluh Persoalan
Surat Kedua Puluh Tujuh: Al-Malâhiq (Kumpulan Lampiran), diterbitkan dalam Jilid Tersendiri
Surat Kedua Puluh Delapan: Terdiri dari Delapan Persoalan
Surat Kedua Puluh Sembilan: Terdiri dari Sembilan Bagian
Bagian Pertama: Sembilan Nuktah
Bagian Kedua: Risalah Ramadhan dan penjelasan tentang hikmah puasa dalam sembilan nuktah
Bagian Ketiga: Sembilan Persoalan
Bagian Kelima: Penjelasan tentang salah satu cahaya surah an-Nur
Bagian Keenam: Peringatan bagi para murid al-Qur’an agar tidak terperangkap oleh tipu daya setan
Bagian Ketujuh: Tujuh Petunjuk
Bagian Kedelapan: Delapan Simbol (diterbitkan ....dalam jilid tersendiri)
Bagian Kesembilan: Sembilan Talwih yang membahas tentang tarekat kewalian
Surat Ketiga Puluh: Bagian Kesembilan: Sembilan Talwih yang membahas
Surat Ketiga Puluh Satu: Tiga puluh satu cahaya yang terkumpul dalam buku al-Lama’ât
Surat Ketiga Puluh Dua: Risalah al-Lawami’ yang tercantum pada penutup buku al-Kalimât
Surat Ketiga Puluh Tiga: Risalah “Jendela Tauhid” yang dicantumkan dalam buku al-Kalimât
Benih-Benih Hakikat
Profil Penulis
Cover Belakang
Kutipan
Surat kesembilan belas
Contoh Ketujuh: Air yang tadinya pahit berubah menjadi manis dan segar serta menghembuskan aroma harum berkat doa dan sentuhan Nabi .
Berikut adalah sebagian contohnya: 1. Al-Baihaqi dan para imam hadis meriwayatkan bahwa sumur Quba kadangkala kering. Lalu beliau menuang bekas sisa wudhunya di sumur Quba. Setelah itu, sumur tersebut tidak pernah kering.274 2. Abu Nu`aim dalam Dalâ’il an-Nubuwwah dan para perawi hadis meriwayatkan bahwa di dalam rumah Anas terda pat sebuah sumur. Kemudian Nabi meludah di dalamnya seraya berdoa.
Sesudah itu, tidak ada di kota Madinah sumur yang lebih segar daripada sumur tersebut.275 3. Ibnu Majah meriwayatkan bahwa Nabi diberi satu ember air zam-zam. Beliau meludahi air tersebut sehingga ia menjadi lebih harum daripada minyak kesturi.276 4. Imam Ahmad ibn Hambal meriwayatkan bahwa Nabi diberi satu ember air dari sumur. Lalu beliau meniupnya kemudian menuang ke dalam sumur tadi. Seketika sumur tersebut lebih harum daripada minyak kesturi.277 5. Hammâd ibn Salamah, salah seorang tokoh terpercaya yang Imam Muslim mengambil riwayat darinya, menceritakan bahwa Nabi mengisi sebuah wadah air setelah berdoa padanya.
Kemudian beliau memberikan wadah tersebut kepada para sahabat mulia serta menyuruh mereka untuk membukanya hanya untuk berwudhu. Saat waktu shalat tiba, mereka membukanya, ternyata ia berisi susu segar berikut krim di atasnya