Tampilkan di aplikasi

Buku Selaras Media hanya dapat dibaca di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.

Perilaku Prososial Bagi Revolusi Mental

Teori dan Internalisasinya di Sektor Publik

1 Pembaca
Rp 90.000 17%
Rp 75.000

Patungan hingga 5 orang pembaca
Hemat beli buku bersama 2 atau dengan 4 teman lainnya. Pelajari pembelian patungan disini

3 Pembaca
Rp 225.000 13%
Rp 65.000 /orang
Rp 195.000

5 Pembaca
Rp 375.000 20%
Rp 60.000 /orang
Rp 300.000

Pembelian grup
Pembelian buku digital dilayani oleh penerbit untuk mendapatkan harga khusus.
Hubungi penerbit

Perpustakaan
Buku ini dapat dibeli sebagai koleksi perpustakaan digital. myedisi library

Menyadari akan pentingnya perilaku prososial dalam meningkatkan kinerja organisasi yang didorong oleh dua faktor penentu yakni faktor religiusitas dan faktor budaya organisasi maka peran keduanya harus dihadirkan disetiap organisasi pemerintahan.

Peran kepemimpinan organisasi menjadi penentu agar kedua faktor tersebut dapat dijalankan. Peran kepemimpinan yang berketeladanan menjadi kunci sejauhmana efektifitas faktor religiusitas dan budaya organisasi dapat dihadirkan dalam lingkungan organisasi yang berubah seperti saat ini. Revolusi mental pun akhirnya sangat bergantung dari peran faktor penentu ini. Tanpa religiusitas dan perubahan budaya organisasi, revolusi mental dan perubahan karakter bangsa tidak akan beranjak baik, dan yang akan terjadi hanyalah wacana bahwa revolusi mental hanya sebagai konsep cerdas namun miskin implementasi.

Ikhtisar Lengkap   
Penulis: Mariman Darto
Editor: Chamim Thohari

Penerbit: Selaras Media
ISBN: 9786027379664
Terbit: Maret 2016 , 160 Halaman

BUKU SERUPA










Ikhtisar

Menyadari akan pentingnya perilaku prososial dalam meningkatkan kinerja organisasi yang didorong oleh dua faktor penentu yakni faktor religiusitas dan faktor budaya organisasi maka peran keduanya harus dihadirkan disetiap organisasi pemerintahan.

Peran kepemimpinan organisasi menjadi penentu agar kedua faktor tersebut dapat dijalankan. Peran kepemimpinan yang berketeladanan menjadi kunci sejauhmana efektifitas faktor religiusitas dan budaya organisasi dapat dihadirkan dalam lingkungan organisasi yang berubah seperti saat ini. Revolusi mental pun akhirnya sangat bergantung dari peran faktor penentu ini. Tanpa religiusitas dan perubahan budaya organisasi, revolusi mental dan perubahan karakter bangsa tidak akan beranjak baik, dan yang akan terjadi hanyalah wacana bahwa revolusi mental hanya sebagai konsep cerdas namun miskin implementasi.

Pendahuluan / Prolog

Kata Pengantar
Organizational Citizenship Behavior (OCB) didefinisikan sebagai kontribusi individu yang mendalam melebihi tuntutan peran di tempat kerja dan di-reward oleh perolehan kinerja tugas. Aldag & Resckhe (1997:1) memberikan penjelasan yang komprehensif terkait dengan OCB ini dimana OCB melibatkan beberapa perilaku meliputi perilaku menolong orang lain, menjadi volunteer untuk tugas-tugas ekstra, patuh terhadap aturan-aturan dan prosedur-prosedur di tempat kerja.

Perilaku-perilaku ini menggambarkan “nilai tambah” bagi pegawai dan merupakan salah satu bentuk prilaku prososial, yakni perilaku sosial positif, konstruktif dan bermakna membantu.

Prilaku prososial sebagaimana Aldag & Resckhe jelaskan di atas sebenarnya tidak selamanya dikaitkan dengan sistem reward. Hasil penelitian Organ (1988) menunjukkan bahwa OCB sebagai perilaku individu yang bebas, tidak berkaitan secara langsung atau eksplisit dengan sistem reward dan bisa meningkatkan fungsi efektif organisasi.

Bahkan Organ (1997) jug a mencatat bahwa OCB ditemukan sebagai alternative penjelasan pada hipotesis “kepuasan berdasarkan performance”.

Dalam istilah lain Van Dyne, dkk (1995:218) mengusulkan konstruksi OCB sebagai extra-role behavior (ERB) yang secara prinsip tidak berbeda dengan konsep OCB sebelumnya. Menurut Dyne, konstruksi ERB adalah perilaku yang menguntungkan organisasi, secara sukarela dan melebihi apa yang menjadi tuntutan peran. Sayangnya, menurut Organ (1997) definisi ini tidak didukung penjelasan yang cukup, “peran pekerjaan” bagi seseorang adalah tergantung dari harapan dan komunikasi dengan pengirim pesan tersebut. Definisi teori peran ini menempatkan OCB atau ERB dalam realism fenomenologi, tidak dapat diobservasi dan sangat subyektif.

Dari berbagai definisi ini setidaknya ada tiga kesimpulan yang bisa diambil bahwa OCB merupakan (a) perilaku yang bersifat sukarela, bukan merupakan tindakan yang terpaksa terhadap hal-hal yang mengedepankan kepentingan organisasi; (b) perilaku individu sebagai wujud dari kepuasan berdasarkan kinerja tidak diperintahkan secara formal; dan (c) tidak berkaitan secara langsung dan terang-terangan dengan sistem reward yang formal.

Secara prinsip, konstruksi pemikiran OCB ini tidak bertentangan dengan prinsip gerakan revolusi mental nasional (GRMN, 2016) yang menempatkan prinsip revolusi mental sebagai gearakan gerakan sosial untuk bersama-sama menuju Indonesia yang lebih baik dan Nilai-nilai yang dikembangkan terutama ditujukan untuk mengatur moralitas publik (sosial) bukan moralitas privat (individual) yang dapat diukur dampaknya dan dirasakan manfaatnya oleh warga masyarakat.

Latar filosofisnya sangat jelas kenapa gerakan pro-sosial revolusi mental ini penting. Hasil-hasil survei internasional sering menunjukkan bahwa dalam hal yang baik, angka untuk Indonesia cenderung rendah, tetapi dalam hal yang buruk cenderung tinggi. Hal ini dapat dicontohkan dari data Tranparency International menunjukkan persepsi tentang tingkat korupsi di sektor publik, dari 177 negara dan dengan 177 skor, Indonesia berada di rangking 114 dengan skor 32. Hal ini berarti kita berada di bawah Ethiopia yang berada pada posisi 111.

Masyarakat Indonesia sendiri merasa resah melihat perilaku, sikap serta mentalitas kita yang saling serobot di jalan raya, tak mau antre, kurang penghargaan terhadap orang lain. Serangkaian FGD (kelompok diskusi terfokus) di Jakarta, Aceh, dan Papua yang dilakukan oleh Kelompok Kerja Revolusi Mental Rumah Transisi juga menggambarkan keresahan masyarakat tentang karakter kita sebagai bangsa. FGD ini melibatkan 300 orang budayawan, seniman, perempuan, netizen, kaum muda, pengusaha, birokrat, tokoh agama/ adat, akademisi dan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM).

Kesimpulan yang didapat adalah kita memang butuh mengubah mentalitas secara revolusioner karena adanya gejala : (a) krisis nilai dan karakter; (b) krisis pemerintahan: pemerintah ada tapi tidak hadir, masyarakat menjadi obyek pembangunan; (c) krisis relasi sosial : gejala intoleransi.

Keresahan masyarakat kita ini harus dijawab dan diberikan solusi sebelum berjalan lebih jauh lagi. Bila sejak merdeka kita sibuk dengan pembangunan fisik, maka saatnya kita bangun pula sikap mental kita.

Pembangunan ini akan kita lakukan dengan berbagai gerakan bersama, kolaborasi antara masyarakat dan swasta yang didukung oleh pemerintah. Perubahan dimulai saat ini dan berawal dari diri sendiri, dilakukan bersama untuk Indonesia yang lebih baik.

Lahirnya buku ini semoga menjadi menjadi kontribusi penting penulis untuk menyakinkan masyarakat Indonesia bahwa secara konsep revolusi mental memiliki dukungan teoritis yang penting dan memiliki implikasi yang sangat besar untuk membentuk dan membangun karakter bangsa yang lebih prososial.

Buku ini tidak mungkin hadir dihadapan pembaca, jika Alloh SWT tidak membimbing penulis hingga akhir perjalanan proses penelitian mulai dari awal hingga akhir. Karena itu rasa syukur tak terhingga penulis panjatkan kepada-Nya.

Secara khusus ucapan terimakasih tak terhingga saya sampaikan kepada ibunda tercinta, Hj. Dami, seorang motivator hidup yang tidak pernah berhenti mendoakan penulis untuk selalu bermanfaat bagi sesama, yang tanpa henti mendorong dan mengarahkan saya untuk mampu memaknai hakikat kehidupan dan selalu mencerahkan saya hingga selesainya karya besar ini.

Demikian juga ucapan terimakasih yang teramat dalam saya sampaikan pada istri tercinta, dr. Siti Nuriyatus Zahrah, MKM dan anakanakku tersayang Firsty Aisyah Izzati, Farah Aini Fatimah dan Musthafa Ahmad Al-Ghifary yang selalu menginspirasi dan mendorong saya untuk menyelesaikan karya besar yang sangat bersejarah bagi penulis ini.

Demikian juga ucapan terimakasih kami sampaikan pada Prof. Dr. H. Djoko Setyadi, M.Sc, Prof. Dr. Sukisno S Riadi, SE., MM, Dr. Sugeng Hariyadi, SE., MBA., masing-masing sebagai Promotor dan Co- Promotor I & II.

Ucapan terimakasih juga penulis sampaikan kepada Prof. Dr. Agus Dwiyanto, MPA, Guru Besar Universitas Gajahmada dan mantan Kepala Lembaga Administrasi Negara RI yang selalu mendorong Penulis untuk konsisten melahirkan karya terbaik, karena disertasi ini adalah karya monumental yang boleh jadi sebagai karya satu-satunya karya terbaik penulis selama hidup; Dr. Adi Suryanto, M.Si yang selalu memotivasi penulis untuk menyelesaikan disertasi tepat waktu; serta kepada Dr. H.

Joni Dawud, DEA, Kepala Pusat Kajian dan Pendidikan dan Pelatihan Aparatur I (PKP2A I) LAN Bandung, Dr. Muhammad Firdaus, MBA Kepala x PKP2A II LAN Makassar, Ir. Faisal Ardiansyah, M.Si, Kepala PKP2A IV LAN Aceh yang telah memberikan perhatian dan dukungan khusus pada penulis untuk melakukan penelitian di seluruh PKP2A LAN.

Kepada rekan-rekan peneliti serta seluruh pegawai di lingkungan PKP2A LAN, semoga atas segala bantuan yang tidak ternilai harganya itu menjadi amal jariyah yang akan terus mengalir hingga kelak kita telah meninggalkan dunia ini. Demikian pula terhadap disertasi ini semoga dapat memberikan manfaat bagi penulis, keluarga, masyarakat dan bangsa Indonesia. Amiin.

Samarinda, Februari 2016

Penulis

Penulis

Mariman Darto - Dr. Mariman Darto, M.Si lahir di Cepu (Blora) pada 7 Februari 1972. Ia adalah Peneliti Madya dengan kepakaran bidang kebijakan publik pada Lembaga Administrasi Negara (LAN) Jakarta. Sejak November 2014 menjadi Kepala Pusat Kajian dan Pendidikan dan Pelatihan Aparatur III (PKP2A III) LAN Samarinda, yang sebelumnya menjadi Kepala Bidang Kajian Kebijakan dan Inovasi Administrasi Negara pada tempat yang sama. Karir PNS-nya dimulai sejak 1 Januari 2005 di LAN yang ditempatkan di Pusat Kajian Manajemen Kebijakan (PKMK) LAN Jakarta.

Daftar Isi

Cover Depan
Judul Dalam
Halaman Hak Cipta
Kata Pengantar
Daftar Isi
Prolog
Bagian Pertama: Pendahuluan
     1.1 Pengantar
     1.2 Transformasi di Lembaga Administrasi Negara
     1.3 Beberapa Penelitian Terdahulu
Bagian Kedua: Tinjauan Teoritis Perilaku Prososial
     2.1 Perilaku Organisasi di Era yang Berubah
     2.2 OCB : Definisi dan Berbagai Dimensinya
     2.3 Kepemimpinan Transformasional
     2.4 Religiusitas
     2.5 Kepuasan Kerja
     2.6 Budaya Organisasi
Bagian Ketiga: Tinjauan Empiris Perilaku Prososial
     3.1 Hubungan Kepemimpinan Transformasional dengan OCB
     3.2 Hubungan Religiusitas Pegawai dengan OCB
     3.3 Hubungan Kepuasan Kerja dengan OCB
     3.4 Hubungan Budaya Organisasi dengan OCB
     3.5 Hubungan OCB dengan Kinerja Pegawai
Bagian Keempat: Perilaku Prososial di Sektor Publik: Pengalaman di LAN
     4.1 Kepemimpinan Transformasional
     4.2 Religiusitas
     4.3 Kepuasan Kerja
     4.4 Budaya Organisasi
     4.5 Implikasi Penelitian
     4.6 Keterbatasan Penelitian
Bagian Kelima: Penutup
     5.1 Signifikasi pengaruh
     5.2 Faktor penentu
Epilog: Religiusitas dan Budaya Organisasi sebagai Penentu Perilaku Prososial dan Revolusi Mental
Biodata Penulis
Daftar Pustaka
Indeks
Cover Belakang