Ikhtisar
Terlepas dari dugaan pandemi bermula dari konspirasi dan akan berakhir sebagai bisnis ‘dagang obat’, melalui buku ini Anda akan tahu hakikat pandemi menurut Islam dari sejumlah sudut pandang yang berbeda, seperti teologi, fikih, sejarah, dan ekonomi syariah.
Buku ini tidak hanya memberikan jawaban terkait pertanyaan pandemi Corona: Benarkah ada kesamaan antara virus Wuhan dan Wahn? Benarkah Allah sudah lebih dulu menyebut Corona dalam Alquran? Namun juga membahas pandemi-pandemi lain sebelumnya yang meresahkan dunia, entah sebagai hikmah pengetahuan atau inspirasi pemberantasan.
Sebagaimana kitab, buku ini hadir memberikan pencerahan terkait pandemi agar tidak mudah menjadi korban hoaks, atau turut serta menyebarkan kebencian dan ketakutan.
Ulasan Editorial
Tiga penulis cerdas (Rizal, Wahid, Nashr) yang dahulunya pernah hadir di kelas–kelas saya ketika mereka duduk di bangku S1 di Kampus Tazkia 10-15 tahun yang lalu, kini hadir di tengah pandemi mencoba memberikan solusi untuk umat. Dengan latar belakang sebagai pendidik, peneliti, konsultan dan da’i, tiga penulis ini mengupas soal pandemi yang pernah terjadi sebelumnya di masa awal Islam mulai berkembang dengan menghadirkan Rasulullah saw. dan para kaum cerdik pandai mulai dari Sayyidina Umar bin Khatab, Abu Bakar Al-Razi, Ibnu Khaldun dan lainnnya mengenai ijtihad mereka menghadapi pandemi
Rektor Institut Tazkia
/
Dr. Murniati Mukhlisin, M.Acc, CFP
Buku ini bisa memberikan ketenangan hati bagi pembacanya terutama disaat pandemi seperti ini. Buku ini mengajarkan bagaimana kita seharusnya menyikapi wabah secara islami. Tinjauan sejarah, fikih, dan aspek-aspek lainnya dikupas dengan baik oleh penulis
Direktur Bidang Pendidikan & Riset Keuangan Syariah Komite Nasional Ekonomi dan Keuangan Syariah (KNEKS)
/
Sutan Emir Hidayat
Di masa Pandemi Covid-19, Kitab Pandemi ini layak menjadi buku pilihan untuk dibaca khalayak ramai karena isinya memberikan wawasan yang komprehensif tentang penyebaran pandemik dan tawaran solusi yang telah terjadi dalam lintasan sejarah Islam dengan menggunakan tinjauan teologi dan pemikiran Islam, fikih, dan ekonomi Islam. Dari bacaan saya dari buku ini, gambaran pandemi yang terjadi di masa lalu merupakan pengulangan sejarah dengan kasus virus yang berbeda tetapi penanganannya yang ditawarkan oleh para cendekiawan muslim baik dari sisi teologi, fikih, kedokteran, masih sangat relevan dengan kondisi pandemic Covid-19 yang dihadapi manusia saat ini. Saya ucapkan selamat kepada karya adikadik saya ini!
Rektor Universitas Islam Sultan Agung (UNISULA)
/
Prof. Dr. Bedjo Santoso
Penanganan rasa takut oleh virus CORONA memerlukan pendekatan aspek sosio-kultural, khususnya bagi umat Muslim. Pembaca akan dibawa kepada situasi wabah yang pernah terjadi beberapa abad silam. Layak dibaca oleh Individu dan pemerintah dalam menangani pandemik CORONA. Membacanya bukan hanya dapat meluaskan wawasan tapi juga memercikkan ketenangan
Peneliti Psikologi Syaraf (Neuropsikolog
/
Ihshan Gumilar
Pendahuluan / Prolog
Sekapur Sirih Penulis
Segala puji bagi Allah, Tuhan yang Maha Esa dan Maha berkuasa atas seluruh alam ini yang telah menganugerahkan rezeki dan nikmatnya kepada seluruh Makhluknya di muka bumi ini. Dengan rahmat serta iradat-nya dalam masa pandemik Corona buku ini bisa selesai ditulis. Penulis berharap buku ini dapat dicatat sebagai salah satu amal baik penulis yang mendapatkan pahala serta rida-Nya.
Selawat serta salam kepada Nabi Muhammad saw., seorang Nabi, Rasul Allah serta pemimpin terbesar dalam sejarah peradaban dunia yang telah Allah jadikan sebagai contoh telah teladan bagi sekalian umat manusia. Darinya lah bagaimana seharusnya kita menghadapi suatu wabah yang menjangkit di suatu daerah yang telah diriwayatkan oleh sahabat-sahabatnya. Karena itu tidak lupa juga kepada keluarga, sahabat serta para tabiin yang telah menyebarkan dan mengajarkan Islam sehingga sampai kepada kita semua.
Buku yang ditulis dalam Covid-19 ini merupakan sumbangan santri ekonom yang mencoba menggambarkan wabah dalam perspektif teologi sejarah, fikih dan ekonomi Islam yang hubungannya dengan permasalahan wabah dan pandemik Corona yang tengah menjangkit hampir di seluruh penjuru dunia.
Buku yang ditulis ini mencoba menjawab bagaimana wabah yang telah terjadi dalam lintasan sejarah Islam dan bagaimana Rasulullah saw. dan para sahabat serta para cendekiawan muslim menjawab permasalahan tentang wabah yang menular. Fikih pun menjadi salah satu pembahasan utama untuk menjawab bagaimana orang-orang muslim dapat tetap beribadah dan bermuamalah dalam kondisi pandemik Covid-19 ini.
Dalam penanganan wabah penyakit dan Covid-19 saat ini ada dua masalah utama yang harus diselesaikan yaitu Kesehatan dan Ekonomi.
Selain pembahasan terkait aspek Kesehatan, masalah ekonomi pun tidak luput dalam buku ini karena latar belakang pendidikan penulisnya berasal dari jurusan ekonomi Islam yang merupakan Alumni dari Institut Agama Islam Tazkia.
Buku ini mencoba memberikan bahasan yang komprehensif tentang wabah dan Corona yang bersumber dari Alquran, Sunnah, dan pemikiran sarjana muslim dahulu yang direlevansikan dalam keadaan menjangkitnya pandemik Corona. Hadirnya buku ini untuk memberikan pencerahan ilmiah terkait isu wabah dahulu saat ini sebagai counter argument dari ilmu cocoklogi dalam Alquran dan hadis.
Semoga Allah selalu memberikan kita kekuatan dan istikamah dalam berjuang terhadap Islam di segala bidang kehidupan manusia. Khususnya dalam buku ini dapat memberikan kemanfaatan bagi kita semua agar kita dapat mengambil ibrah (pengalaman) masa lalu dan saat ini untuk kehidupan yang lebih baik di masa mendatang.
Daftar Isi
Sampul Buku Depan
Hak Cipta
Kata pengantar
Sekapus sirih penulis
Daftar isi
Bab I Mukadimah
Covid-19: Perspektif Teologi Islam
Bab II Inspirasi Sejarah Penanganan Wabah Dalam Islam Terkaitcorona
Bahaya Virus Wahn dan Wuhan
Apakah Covid-19 adalah Ta’un dalam Islam?
Belajar pada Umar bin Khattab dalam Penanggulangan Wabah
Ibrah Menangani Wabah dari Abu Bakar Al-Razi
Inspirasi Penanganan Wabah Ta’un Menurut Ibnu QayyimAl-Jawziyyah
Refleksi Maqasid Syari’ah dalam Penanganan Covid-19
Bab III Problematika Corona Dalamtinjauan Fikih
Apakah Alkohol dalam Hand Sanitizer Najis?
Apakah Menimbun Masker dan Alat Kesehatan lain termasukIhtikar yang Haram?
Perihal Anjuran tidak Salat Jamaah di Masjid
Apakah Korban Meninggal Covid-19 adalah Syahid?
Bahaya Ilmu Cocoklogi di Masa Corona
Benarkah Hadis telah Memprediksi Akhir Pandemi Corona?
Hukum Salat Id di Rumah pada Masa Pandemi Corona
Bab IV Corona Dalam Perspektifekonomi Syariah
Batas Kedermawanan di Masa Pandemi Covid-19
Pentingnya Sedekah Nasional untuk Negara dalam MenanganiPandemi
Peran Modal Sosial di Masa Pandemi
Belajar pada Imam Syaibani dan Ibnu Sina terkait PerencanaanKeuangan di Pandemi Corona
Imam Syaibani
Ibn Sīnā
Bab V Khatamah Bab
Ibnu Khaldun, Corona, dan Masa Depan Kemanusiaan
Referensi
Biodata Penulis
Testimoni Para Pembaca
Kutipan
Covid-19: Perspektif Teologi Islam
Pandemi Corona yang sedang berlangsung saat ini tidak hanya berdampak terhadap aspek kesehatan, tetapi sudah jauh melebar ke permasalahan sosio-ekonomi. Aspek peribadatan juga turut menjadi “korban”. Kegiatan keagamaan yang mengumpulkan masa tidak diperkenankan, termasuk salat Jumat bagi umat Islam.
Oleh karenanya, timbul pertanyaan tentang bagaimana perspektif teologi Islam atau tauhid menyikapi hal ini? Tauhid yang dimaksud adalah mengesakan Allah dalam ibadah (tawhid uluhiyah), meyakini bahwa Allah adalah pencipta langit dan bumi beserta segala isinya (tawhid rububiyah), serta meyakini bahwa Allah memilki nama dan sifat yang tidak dapat ditandingi oleh makhluknya (tawhid asma’ wa shifat).
Tawhid uluhiyah yakni meyakini bahwa tidak ada Tuhan yang patut disembah kecuali Allah Swt.. Manusia diciptakan adalah untuk beribadah kepada Nya yang dijelaskan dalam Surat al-Dzariyat: 56: “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka mengabdi kepada-Ku.” (QS.Al-Dzariat [51]: 56)
Pandemi merupakan salah satu ujian yang Allah turunkan kepada hamba Nya untuk menguji apakah bertambah ataukah berkurang ibadah kepada Allah Swt..
Tata cara beribadah mungkin sedikit berubah, misalnya tidak bisa ke masjid untuk beribadah, terutama salat Jumat yang diganti dengan salat Zuhur atau tidak bisa melaksanakan ibadah salat tarawih di masjid yang rutin tiap Ramadhan. Perubahan tata cara ibadah ini, apakah akan mengurangi ataukah menambah level keimanan.