Tampilkan di aplikasi

Buku UGM Press hanya dapat dibaca di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.

Demi Kemanusiaan dan Persaudaraan

Propaganda Indonesia Mengampanyekan Bantuan Beras untuk India Tahun 1946

1 Pembaca
Rp 54.000

Patungan hingga 5 orang pembaca
Hemat beli buku bersama 2 atau dengan 4 teman lainnya. Pelajari pembelian patungan disini

3 Pembaca
Rp 162.000 13%
Rp 46.800 /orang
Rp 140.400

5 Pembaca
Rp 270.000 20%
Rp 43.200 /orang
Rp 216.000

Pembelian grup
Pembelian buku digital dilayani oleh penerbit untuk mendapatkan harga khusus.
Hubungi penerbit

Perpustakaan
Buku ini dapat dibeli sebagai koleksi perpustakaan digital. myedisi library

Pada bulan April 1946, Perdana Menteri Sjahrir menawarkan 500.000 ton beras kepada India yang tengah dilanda kelaparan. Sebagian besar studi mengenai bantuan beras untuk India ini menekankan bahwa bantuan ini merupakan bukti keberhasilan diplomasi Sjahrir dalam mendapatkan pengakuan politik dari luar negeri. Namun, buku ini menunjukkan hal yang berbeda: pengakuan politik merupakan hal terakhir yang dipropagandakan Republik-atau dengan kata lain, dianggap sebagai hal yang minor. Yang paling awal dan paling sering dipropagandakan Republik ialah bahwa bantuan beras ini didasari oleh nilai-nilai yang lebih tinggi dari sekadar manfaat politik dan ekonomi-yakni kemanusiaan, persaudaraan, persahabatan, bahkan sebagai wujud perintah Tuhan. Di luar itu, ada pula tema seperti terjaminnya stok beras domestik dan kekejaman Belanda dalam menghalangi Indonesia membantu India.

Dengan menekankan pada wacana-wacana yang dikampanyekan kepada beragam audiens via berbagai media komunikasi, plus respons yang kemudian muncul, buku ini menunjukkan bahwa kesuksesan Republik dalam mengimplementasikan bantuan berasnya kepada India-dan kemudian memperoleh dukungan dan pengakuan internasional-sangat terbantu oleh strategi komunikasi persuasif yang mereka jalankan. Propaganda Republik berkontribusi mengubah persepsi publik dalam negeri dan dunia internasional dari pandangan bahwa Indonesia merupakan negara yang kacau, penuh dengan kekerasan, dan dikelola oleh ekstremis yang tidak kompeten, menjadi persepsi bahwa Indonesia adalah negara yang berperikemanusiaan, dermawan, profesional, dan berwawasan global.

Ikhtisar Lengkap   
Penulis: Muhammad Yuanda Zara

Penerbit: UGM Press
ISBN: 9786023863532
Terbit: Maret 2024 , 136 Halaman

BUKU SERUPA










Ikhtisar

Pada bulan April 1946, Perdana Menteri Sjahrir menawarkan 500.000 ton beras kepada India yang tengah dilanda kelaparan. Sebagian besar studi mengenai bantuan beras untuk India ini menekankan bahwa bantuan ini merupakan bukti keberhasilan diplomasi Sjahrir dalam mendapatkan pengakuan politik dari luar negeri. Namun, buku ini menunjukkan hal yang berbeda: pengakuan politik merupakan hal terakhir yang dipropagandakan Republik-atau dengan kata lain, dianggap sebagai hal yang minor. Yang paling awal dan paling sering dipropagandakan Republik ialah bahwa bantuan beras ini didasari oleh nilai-nilai yang lebih tinggi dari sekadar manfaat politik dan ekonomi-yakni kemanusiaan, persaudaraan, persahabatan, bahkan sebagai wujud perintah Tuhan. Di luar itu, ada pula tema seperti terjaminnya stok beras domestik dan kekejaman Belanda dalam menghalangi Indonesia membantu India.

Dengan menekankan pada wacana-wacana yang dikampanyekan kepada beragam audiens via berbagai media komunikasi, plus respons yang kemudian muncul, buku ini menunjukkan bahwa kesuksesan Republik dalam mengimplementasikan bantuan berasnya kepada India-dan kemudian memperoleh dukungan dan pengakuan internasional-sangat terbantu oleh strategi komunikasi persuasif yang mereka jalankan. Propaganda Republik berkontribusi mengubah persepsi publik dalam negeri dan dunia internasional dari pandangan bahwa Indonesia merupakan negara yang kacau, penuh dengan kekerasan, dan dikelola oleh ekstremis yang tidak kompeten, menjadi persepsi bahwa Indonesia adalah negara yang berperikemanusiaan, dermawan, profesional, dan berwawasan global.

Pendahuluan / Prolog

Kata Pengantar
Tema soal arti penting beras dalam masa revolusi, khususnya bantuan beras ke India hampir selalu ada di berbagai kajian yang membahas perkembangan politik dalam dan luar negeri Indonesia tahun 1946. Akan tetapi, sejauh ini diskusi tersebut hanya terbatas pada aspek-aspek tertentu Sir Henry Knight menempatkan bantuan beras Indonesia untuk India dalam konteks usaha India memenuhi kebutuhan berasnya pascaperang.

Menurutnya, beras Indonesia sangat diperlukan untuk India yang kekurangan beras, serta lantaran sedikitnya impor beras dari dua negara tetangganya yang mengekspor beras, Burma dan Siam. Sementara itu, Yong Mun Cheong menegaskan bahwa pengiriman beras Republik ke India merupakan sebuah “diplomasi beras” untuk mencapai dua tujuan, yakni mematahkan blokade Belanda serta sebagai tanda ucapan terima kasih Republik atas dukungan India. Beberapa kajian lain, antara lain dari David Webster, Pierre van der Eng, Rushdy Hoesein, Jennifer Lindsay, dan Maya H.T. Liem (ed.), serta Ari Rahmad Hidayat dan Aminuddin Kasdi, juga menekankan bahwa bantuan beras Republik berisi misi diplomatik plus solidaritas kepada India. Tulisan Robert Cribb, “The External Rice Trade of the Indonesian Republic, 1946– 1947”, merupakan studi paling mutakhir yang mengulas soal bagaimana beras menjadi pangkal pertikaian politik antara pihak Republik dengan Belanda. Pada hakikatnya, Cribb juga berpendapat bahwa hal itu merupakan sebuah strategi diplomatik serta sebagai sebuah upaya untuk mendapatkan barang konsumsi untuk Indonesia. Di luar soal akademik, tema beras untuk India juga merupakan salah satu elemen memori yang kerap dihidupkan kembali pascarevolusi guna mengingatkan publik Indonesia tentang betapa murah hatinya Republik, bahkan di masa Republik masih mengalami kesulitan mengurus dirinya sendiri. Salah satu situs media daring yang paling banyak dibaca di Indonesia, okezone.com, pada 18 Mei 2015 menurunkan sebuah berita berjudul “Sjahrir Tembus Blokade Belanda dengan Diplomasi Beras”. Pada pokoknya, tulisan ini melihat bahwa aksi beras Sjahrir merupakan aksi diplomasi.

TEMPO termasuk media pertama di Indonesia di era pascarevolusi yang membangun citra tentang kuatnya faktor diplomasi di balik bantuan beras Indonesia pada India. Ini terlihat saat TEMPO pada 25 April 1987 menerbitkan resensi buku P.R.S. Mani, The Story of Indonesian Revolution, 1945–1950. Resensi yang ditulis oleh Rosihan—seorang wartawan senior dan pengagum Sjahrir—ini menekankan arti penting tawaran beras Sjahrir bagi usaha Indonesia mencari pengakuan luar negeri. “Selain menyingkapkan bahwa Belanda tidak berkuasa di wilayah RI,” tulis Rosihan, “bantuan beras Indonesia juga sekaligus menampilkan republik muda ini sebagai pelaku aktif dalam politik internasional”. Pada bulan Maret 2009 TEMPO menerbitkan sebuah edisi khusus tentang Soetan Sjahrir. Sjahrir disebut sebagai salah satu Bapak Revolusi Indonesia yang berperan penting dalam membangun diplomasi luar negeri melalui tawaran beras yang ia kemukakan. Tema soal bantuan beras untuk India ini masuk pula dalam buku sejarah untuk siswa sekolah menengah. Ini tampak pada buku Sejarah untuk SMA Kelas XII. Dalam subbab tentang “Usaha Menembus Blokade Belanda”, disebutkan “diplomasi beras ke India”. Sama seperti teks-teks yang telah dikemukakan, ini merupakan sebuah aksi politik luar negeri yang bermanfaat bagi Indonesia karena kemudian India menjadi negara Asia yang paling aktif memberikan bantuan kepada Republik di level internasional. Ringkasnya, dapat dikatakan bahwa hampir seluruh kajian ilmiah maupun laporan media massa sepakat bahwa tawaran beras Republik kepada India merupakan sebuah langkah politik yang dimaksudkan agar Indonesia memperoleh pengakuan diplomatik resmi dari India.

Penulis

Muhammad Yuanda Zara - Muhammad Yuanda Zara adalah dosen Jurusan Sejarah Universitas Negeri Yogyakarta. Ia memperoleh gelar Sarjana dari Universitas Gadjah Mada pada tahun 2007 dan gelar Master dari Universitas Leiden pada tahun 2010. Ia memperoleh gelar PhD pada tahun 2016 dari Universiteit van Amsterdam dengan disertasi berjudul Voluntary Participation, State Involvement: Indonesian Propaganda in the Struggle for Maintaining Independence, 1945-1949.

Minat penelitiannya berfokus pada isu kolonialisme dan penjajahan Jepang di Indonesia, Revolusi Indonesia, media dan propaganda, dan Islam di Indonesia pada abad kedua puluh. Karya-karyanya telah diterbitkan dalam jurnal-jurnal seperti Media History, Southeast Asian Studies, BMGN-Low Countries Historical Review, Tijdschrift voor Geschiedenis, Bijdragen tot de Taal-, Land-en Volkenkunde, Wacana, Journal of Indonesian Islam, Al-Jami’ah: Journal of Islamic Studies, Advance in Southeast Asian Studies, dan Studia Islamika.

Daftar Isi

Sampul
Halaman Judul
Halaman Hak Cipta
Kata Pengantar
Daftar Isi
Bab 1 Bantuan Beras Indonesia Kepada India: Sebuah Konteks
     Krisis Politik di Indonesia Akhir 1945–Medio 1946
     Propaganda, Diplomasi, dan Problem Indonesia diDunia Internasional
     Kelaparan di India dan Tawaran Indonesia
     Pengiriman Dimulai
Bab 2 Dari Kemanusiaan Hingga Barter
     Kemanusiaan demi Perdamaian Abadi dan KeadilanSosial
     Beras untuk Persaudaraan dan Persahabatan
     Membantu dan Dibantu: Barter
Bab 3 Dukungan Publik Dan Kemampuan Republik
     Memersuasi Masyarakat Indonesia
     Dukungan yang Terus Mengalir
     Profesionalisme dalam Pengiriman Beras
     Pengakuan Orang Asing
Bab 4 Terjaminnya Stok Beras Dalam Negeri
     Indonesia Panen Raya
     Penurunan Jumlah Penduduk
     Kebutuhan Penduduk dan Diversifikasi Makanan
     Indonesia Kelaparan?
Bab 5 Belanda Menghalangi Bantuan Republik
     Sikap Anti-Bantuan Beras oleh NICA
     Belanda Merampas dan Menghancurkan Beras
     “Van Mook Menggigit Djari”: Ancaman dari India
Bab 6 Pesan Politik Di Balik Beras
     Beras dan Perjuangan Bangsa Terjajah
     Menjustifikasi Republik dan Menegasi Belanda
     Perjanjian Beras dan Pengakuan Politik dari India
     Terima Kasih kepada India
     Terima Kasih kepada India
Kesimpulan
Daftar Pustaka
Profil Penulis
Untitled