Tampilkan di aplikasi

Buku UGM Press hanya dapat dibaca di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.

Pengantar Lahan Basah Suboptimal

Menuju Pertanian Berkelanjutan

1 Pembaca
Rp 84.000

Patungan hingga 5 orang pembaca
Hemat beli buku bersama 2 atau dengan 4 teman lainnya. Pelajari pembelian patungan disini

3 Pembaca
Rp 252.000 13%
Rp 72.800 /orang
Rp 218.400

5 Pembaca
Rp 420.000 20%
Rp 67.200 /orang
Rp 336.000

Pembelian grup
Pembelian buku digital dilayani oleh penerbit untuk mendapatkan harga khusus.
Hubungi penerbit

Perpustakaan
Buku ini dapat dibeli sebagai koleksi perpustakaan digital. myedisi library

Masa depan Indonesia pada hakikatnya ada di lahan basah. Pernyataan yang secara historis dibuktikan oleh raja-raja Nusantara yang menempatkan daerah kerajaannya di sepanjang aliran sungai-sungai besar, seperti Sungai Musi, Batanghari, Barito, Kapuas, Kahayan, dan lainnya. Sejak lama lahan basah yang merupakan dataran aluvial sungai dikembangkan menjadi daerah pertanian tanaman pangan dan perkebunan karena didukung oleh kesuburan tanah dan ketersediaan air yang melimpah. Secara historis, perta nian di lahan basah menjadi penghasil komoditas-komoditas penting dan strategis untuk pangan, pakan, papan, dan obat-obatan herbal. Namun, dalam perkembangannya, dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi "pengelolaan dan perlindungan" terhadap ekosistem lahan basah masih terbatas dan ke depan patut menjadi perhatian serius. Lahan basah sebagai pokok penelitian dan pengkajian atau center of excellence memerlukan dukungan semua pihak, termasuk perguruan tinggi.

Buku Pengantar Lahan Basah Suboptimal Menuju Pertanian Berkelanjutan merupakan bahan ajar yang dikemas menjadi buku teks (referensi) untuk memberikan gambaran secara komprehensif tentang pengembangan, pemanfaatan dan pengelolaan lahan basah untuk pertanian secara teoretis dengan contoh-contoh dan ilustrasi praktis. Buku ini terdiri atas enam bab, meliputi pendahuluan (Bab I), pengertian, pembagian, pemanfaatan lahan basah suboptimal (Bab II). pertanian di lahan rawa pasang surut (Bab III), pertanian di lahan rawa lebak (Bab IV), pertanian di lahan gambut (Bab V), serta arah dan kebijakan pengembangan sumber daya lahan basah ke depan (Bab VI). Pada Bab Bab IV, dan Bab V dikemukakan tentang karakteristik sumber daya lahan, kendala atau masalah yang dihadapi dalam pengembangannya, juga model pengelolaan lahan dan budi daya pertanian, perikanan, dan peternakan secara komprehensif dan holistik untuk masing-masing tipologi rawa, yaitu lahan pasang surut, lahan lebak, dan lahan gambut. Selain uraian yang sistematis, dilengkapi dengan referensi, juga diperkaya dengan ilustrasi sketsa, skema, foto, atau gambar yang menarik.

Di tengah upaya pemerintah untuk membangun food estate yang bertumpu pada lahan basah suboptimal (meliputi rawa pasang surut, rawa lebak, atau rawa gambut) maka dukungan informasi dan pengetahuan tentang lahan basah penting dan mutlak diperlukan. Oleh karena itu, buku ini patut dan penting untuk disimak dan didalami oleh para sivitas akademisi (pengajar, mahasiswa), periset (peneliti dan perekayasa), penyuluh, petugas lapang, penyusun kebijakan, dan para pemerhati pertanian umumnya, serta perta nian lahan basah suboptimal khususnya.

Ikhtisar Lengkap   
Penulis: Muhammad Noor / Riza Adrianoor Saputra / Rabiatul Wahdah / Ronny Mulyawan

Penerbit: UGM Press
ISBN: 9786233591461
Terbit: Maret 2024 , 234 Halaman

BUKU SERUPA










Ikhtisar

Masa depan Indonesia pada hakikatnya ada di lahan basah. Pernyataan yang secara historis dibuktikan oleh raja-raja Nusantara yang menempatkan daerah kerajaannya di sepanjang aliran sungai-sungai besar, seperti Sungai Musi, Batanghari, Barito, Kapuas, Kahayan, dan lainnya. Sejak lama lahan basah yang merupakan dataran aluvial sungai dikembangkan menjadi daerah pertanian tanaman pangan dan perkebunan karena didukung oleh kesuburan tanah dan ketersediaan air yang melimpah. Secara historis, perta nian di lahan basah menjadi penghasil komoditas-komoditas penting dan strategis untuk pangan, pakan, papan, dan obat-obatan herbal. Namun, dalam perkembangannya, dukungan ilmu pengetahuan dan teknologi "pengelolaan dan perlindungan" terhadap ekosistem lahan basah masih terbatas dan ke depan patut menjadi perhatian serius. Lahan basah sebagai pokok penelitian dan pengkajian atau center of excellence memerlukan dukungan semua pihak, termasuk perguruan tinggi.

Buku Pengantar Lahan Basah Suboptimal Menuju Pertanian Berkelanjutan merupakan bahan ajar yang dikemas menjadi buku teks (referensi) untuk memberikan gambaran secara komprehensif tentang pengembangan, pemanfaatan dan pengelolaan lahan basah untuk pertanian secara teoretis dengan contoh-contoh dan ilustrasi praktis. Buku ini terdiri atas enam bab, meliputi pendahuluan (Bab I), pengertian, pembagian, pemanfaatan lahan basah suboptimal (Bab II). pertanian di lahan rawa pasang surut (Bab III), pertanian di lahan rawa lebak (Bab IV), pertanian di lahan gambut (Bab V), serta arah dan kebijakan pengembangan sumber daya lahan basah ke depan (Bab VI). Pada Bab Bab IV, dan Bab V dikemukakan tentang karakteristik sumber daya lahan, kendala atau masalah yang dihadapi dalam pengembangannya, juga model pengelolaan lahan dan budi daya pertanian, perikanan, dan peternakan secara komprehensif dan holistik untuk masing-masing tipologi rawa, yaitu lahan pasang surut, lahan lebak, dan lahan gambut. Selain uraian yang sistematis, dilengkapi dengan referensi, juga diperkaya dengan ilustrasi sketsa, skema, foto, atau gambar yang menarik.

Di tengah upaya pemerintah untuk membangun food estate yang bertumpu pada lahan basah suboptimal (meliputi rawa pasang surut, rawa lebak, atau rawa gambut) maka dukungan informasi dan pengetahuan tentang lahan basah penting dan mutlak diperlukan. Oleh karena itu, buku ini patut dan penting untuk disimak dan didalami oleh para sivitas akademisi (pengajar, mahasiswa), periset (peneliti dan perekayasa), penyuluh, petugas lapang, penyusun kebijakan, dan para pemerhati pertanian umumnya, serta perta nian lahan basah suboptimal khususnya.

Pendahuluan / Prolog

Kata Pengantar
Indonesia dikenal sebagai salah satu negara yang dinilai berhasil dalam penggunaan dan pengelolaan lahan basah. Indonesia memiliki lahan basah sekitar 43 juta hektar atau 23% dari daratan seluas 191 juta hektar. Amerika Serikat merupakan negara paling luas yang memiliki lahan basah, yaitu sekitar 111 juta hektar atau 14% dari 800 juta hektar lahan basah di dunia. Pemanfaatan lahan basah di Indonesia yang tersebar di berbagai wilayah Nusantara sangat beragam, tetapi umumnya untuk pertanian, antara lain sebagai sawah irigasi, tadah hujan, sawah pasang surut, sawah lebak, tambak, kolam, embung, bendung, dan long storage.

Selainnya, lahan basah dipertahankan sebagai rawa alami, rawa monoton, perairan umum, sungai, danau, creek, beje, dan kubangan rawa. Lahan basah merupakan sistem lingkungan yang menghasilkan biomassa (termasuk tanaman pertanian) paling produktif dibandingkan sistem daratan (terrestrial) atau sistem perairan dalam sehingga merupakan sumber daya alam sekaligus aset penting bagi rakyat dan negara.

Sejak tahun 1999, Universitas Lambung Mangkurat (ULM) sebagai perguruan tinggi tertua di Kalimantan yang didirikan pada tahun 1958 memilih lahan basah sebagai bidang kajian unggulannya. Kini, ULM mempunyai 12 fakultas, termasuk pascasarjana, dan 108 bidang studi yang terdiri dari diploma D-3, strata S-1, S-2, dan S-3 dengan jumlah mahasiswa yang terdaftar sebanyak 37.100 orang (58% perempuan dan 42% laki-laki). Pilihan lahan basah sebagai bidang kajian unggulan ULM memiliki beberapa alasan, antara lain sebagai berikut.

1. Kalimantan sebagai site tempat tumbuh berkembangnya ULM dilimpahi anugerah hamparan lahan basah yang sangat luas dan beragam dengan berbagai sumber daya alam dan budaya yang berkembang.

2. ULM berdiri di tengah kekayaan “budaya” lahan basah, dialiri sungai-sungai besar, seperti Barito, Kahayan, Kapuas, Mahakam, dan ribuan anak-anak sungainya sehingga dikenal dengan berbagai sebutan—sebagai kota seribu sungai, kota air, kota seribu handil— yang melahirkan “kebudayaan sungai” atau “kebudayaan air”.

Sistem bercocok tanam yang dikenal dengan sebutan Banjarese System dan sistem pengelolaan lahan basah (sebagai kearifan lokal) antara lain tajak, handil, anjir, baruh, pasang pandit, ambul, watun, surung, rintak, dan sebagainya.

3. Sejarah panjang pembukaan dan pengelolaan lahan basah dimulai di Kalimantan Selatan sehingga patut menjadi tempat pembelajaran dan pembiakan masalah. Dimulai sejak tahun 1886 dengan dibangunnya Anjir Serapat; tahun 1950 dibangunnya Polder Alabio; tahun 1967–1985 dibukanya Persawahan Pasang Surut dengan sistem garpu—terdapat sekitar 50 UPT atau DIR di Kalimantan Selatan dan Tengah; tahun 1995–1999 direncanakannya Pembukaan Lahan Gambut (PLG) Sejuta Hektar di Kalimantan Tengah; yang kemudian tahun 2020–2023 dilanjut sebagai bagian dari kawasan food estate.

4. Konsep-konsep pengelolaan lahan basah muncul di wilayah kisaran ULM, antara lain Proyek Kanalisasi oleh Ir. Pangeran Mohammad Noor, Proyek Polder oleh H.J. Schophuys dan H. Idak, Proyek Sungai Barito (Barito Basin), Proyek Riam Kanan, dan sekarang yang sedang berjalan adalah Proyek Riam Kiwa dan gagasan adanya “Kawasan Strategis Batang Banyu” yang sedang dirancang.

Gagasan-gagasan tersebut perlu kiranya mendapatkan apresiasi dari kita semua.

Selain itu, kekayaan lahan basah juga sangat besar dan beragam di bidang perikanan, peternakan, kehutanan, lingkungan hidup, dan keteknikan (engineering) yang cukup menarik perhatian, yang kiranya patut menjadi kajian untuk pengembangan ilmu dan teknologi pada ekosistem lahan basah ke depan.

Kajian tentang potensi keanekaragaman hayati di lahan basah sudah cukup banyak. Kiranya masing-masing fakultas di lingkungan ULM perlu memusatkan perhatiannya kepada lingkungan lahan basah. Lahan basah sebagai pokok penelitian dan pengkajian atau “center of excellence” dari civitas akademika ULM adalah bekal dalam menyongsong masa depan Indonesia. “Masa depan Indonesia ada di lahan basah” adalah sebuah pernyataan yang tidak berlebihan dan pertanian di lahan basah menjadi penting untuk masa depan Indonesia.

Buku Pengantar Lahan Basah Suboptimal Menuju Pertanian Berkelanjutan yang ditulis oleh Saudara Muhammad Noor, Riza Adrianoor Saputra, Rabiatul Wahdah, dan Ronny Mulyawan, selaku staf pengajar mata kuliah tentang Teknologi Pengelolaan Sumber Daya Lahan Basah Sub-Optimal pada bidang studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, ULM, ini memberikan gambaran yang cukup komprehensif tentang bagian dari lahan basah, yaitu lahan rawa, yang dikenal juga sebagai lahan suboptimal, khususnya untuk pengembangan pertanian.

Contoh-contoh model pengelolaan lahan basah antara lain lahan rawa pasang surut sulfat masam, lahan rawa gambut, dan lahan rawa lebak mengemukakan tentang nilai praktis yang dapat dilakukan bagi petani, pengusaha, atau pengembang pertanian.

Buku ini sekaligus untuk menjawab pertanyaan yang sering muncul tentang apakah pertanian di lahan basah suboptimal dapat berkelanjutan.

Masalah lahan basah suboptimal ini sudah diajarkan di bidang studi Agroekoteknologi, Fakultas Pertanian, ULM, sejak tahun 2007. Belum terlalu lama sebenarnya, namun seiring dengan perhatian terhadap lahan basah yang semakin menarik dan popular.

Selaku pimpinan dan civitas akademika ULM, saya mengucapkan terima kasih dan memberikan apresiasi yang setinggi-tingginya kepada para penulis yang masih sempat menyediakan waktunya untuk menyusun materi pengajaran menjadi sebuah buku teks. Buku ini patut dan penting untuk disimak dan dipahami bagi mahasiswa, peneliti, penyuluh, pemerhati, pelaksana lapangan, dan pembuat kebijakan yang menggeluti tentang lahan basah. Buku ini juga dapat menjadi rujukan bagi pengembangan pertanian umumnya dan lahan basah atau lahan rawa secara khusus ke depan agar tercapai keberlanjutan yang diharapkan.

Semoga terbitnya buku ini juga dapat memberikan inspirasi kepada kita semua untuk menuliskan berbagai pengetahuan dan pengalamannya menjadi sebuah buku yang dapat dibaca oleh khalayak sehingga menambah khazanah pustaka tentang lahan basah yang belum banyak diketahui oleh masyarakat umum. Semoga apa yang disajikan dalam buku ini bermanfaat dan bermakna untuk pengembangan lahan basah ke depan.

Banjarbaru, 18 Februari 2022

Prof. Dr. H. Sutarto Hadi, M.Si., M.Sc.

Penulis

Muhammad Noor - Prof. (Riset) Dr. Ir. Muhammad Noor, M.S., lahir di Banjarmasin, Kalimantan Selatan, 21 November 1957. Pendidikan S-1 ditempuh di Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Gadjah Mada Yogyakarta (lulus tahun 1984); S-2 pada Fakultas/ Program Pascasarjana Institut Pertanian Bogor (1989); dan S3 pada Program Doktor Universitas Gadjah Mada (2004). Dikukuhkan sebagai Profesor Riset ke-451 LIPI pada Bidang Kesuburan Tanah dan Biologi Tanah pada tahun 2014. Bekerja sebagai peneliti pada Balai Penelitian Pertanian Lahan Rawa (Balittra) di Banjarbaru. Menghasilkan karya tulis ilmiah (KTI) yang tersebar di berbagai jurnal, prosiding, buletin ilmiah, dan majalah ilmiah.

Daftar Isi

Cover
Halaman Judul
Halaman Hak Cipta
Prakata
Kata Sambutan
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Tabel
Daftar Gambar
Daftar Singkatan dan Akronim
Bab 1 Pendahuluan
     1.1. Sejarah Pengembangan Lahan Basah
     1.2. Kontroversi dalam Pemanfaatan
     1.3. Perspektif Pertanian Lahan Basah
Bab 2 Pengertian dan Pemanfaatan Lahan Basah Suboptimal
     2.1. Pengertian Lahan Basah dan Suboptimal
     2.2. Pembagian Lahan Basah Suboptimal
     2.3. Luas dan Sebaran Lahan Basah Suboptimal
     2.4. Reklamasi dan Pemanfaatan Lahan Basah
Subopti
Bab 3 Pertanian di Lahan Rawa Pasang Surut
     3.1. Karakteristik Wilayah
     3.2. Kendala Pengembangan
     3.3. Model Pertanian Pasang Surut
     3.4. Model Perikanan dan Peternakan
Bab 4 Pertanian di Lahan Rawa Lebak
     4.1. Karakteristik Wilayah
     4.2. Kendala Pengembangan
     4.3. Model Pertanian Rawa Lebak
     4.4. Model Peternakan Rawa Lebak
     4.5. Model Perikanan Rawa Lebak
Bab 5 Pertanian di Lahan Gambut
     5.1. Karakteristik Wilayah
     5.2. Kendala Pengembangan
     5.3. Model Pertanian Lahan Gambut
Bab 6 Kebijakan dan Arah Pengembangan Lahan Basah Suboptimal
     6.1. Potret Kondisi Lahan Basah Suboptimal pada
Saat Ini
     6.2. Kebijakan dan Arah Pengembangan Pertanian
Lahan Basah ke Depan
     6.3. Tantangan Pengembangan Pertanian Lahan Basah.
Daftar Pustaka
Indeks
Tentang Penulis