Tampilkan di aplikasi

Buku UGM Press hanya dapat dibaca di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.

Revolusi Nasional 1945 di Semarang

1 Pembaca
Rp 60.000

Patungan hingga 5 orang pembaca
Hemat beli buku bersama 2 atau dengan 4 teman lainnya. Pelajari pembelian patungan disini

3 Pembaca
Rp 180.000 13%
Rp 52.000 /orang
Rp 156.000

5 Pembaca
Rp 300.000 20%
Rp 48.000 /orang
Rp 240.000

Pembelian grup
Pembelian buku digital dilayani oleh penerbit untuk mendapatkan harga khusus.
Hubungi penerbit

Perpustakaan
Buku ini dapat dibeli sebagai koleksi perpustakaan digital. myedisi library

Berita suksesnya pemuda Surabaya melucuti seniata tentara Jepang pada tanggal 1 Oktober 1945, segera mendorong pemuda di berbagai daerah untuk bertindak serupa. Yang membedakan di Semarang, usaha tersebut meledak menjadi pertempuran sengit yang menelan banyak korban hingga ribuan pemuda dan ratusan tentara Jepang. Peristiwa yang dikenal dengan sebutan Pertempuran 5 Hari di Semarang itu tidak hanya menggemparkan masyarakat Jawa Tengah dan sekitarnya, tetapi juga seluruh masyarakat Indonesia dan dunia internasional. Banyak pihak yang penasaran, termasuk para ahli sejarah, mengapa pemuda Semarang menjadi begitu beringas melawan tentara jepang yang persenjataan dan kemahiran berperangnya jauh lebih unggul?

Keberanian pemuda Semarang melawan penjajah sebetulnya tidak datang tiba-tiba. Semangat pergerakan sudah mulai tumbuh di Semarang sejak lama. Perintisnya, antara lain Semaun yang sejak 1917 menjadi Ketua Sarekat Islam Cabang Semarang. Semaun tidak hanya berani mengkritik kebijakan pemerintah Belanda, tetapi juga berani memimpin serangkaian pemogokan. Sepak teriangnya sukses menarik simpati rakyat hingga pelosok desa. Hanya dalam waktu setahun, jumlah anggota Sarekat Islam melonjak hingga 10 kali lipat. Dalam hitungan bulan, Sarekat Islam berubah menjadi organisasi radikal dan menjadi lokomotif pergerakan pemuda Semarang.

Prinsip Semaun yang antikapitalisme dan antiimperialisme dengan cepat menular di kalangan pemuda. Boedi Oetomo yang semula moderat, sejak tahun 1926 menjadi lebih progresifsetelah dipimpin golongan muda. Melihat situasi ini, pemerintah Belanda melakukan penangkapan terhadap para aktivis, Akhirnya aktivis yang lolos dari penangkapan melanjutkan perjuangan secara ilegal, bergerak di bawah tanah. Lainnya menyamar dengan masuk organisasi yang tidak dilarang, seperti Parindra dan Gerindo.

Seiring berjalannya waktu, gerakan pemuda Semarang semakin solid dan matang. Pada tahun 1943, secara ilegal pemuda bulat menuntut Indonesia merdeka berdasarkan kedaulatan rakyat. Pada zaman pendudukan Inggris dan Belanda, pergerakan pemuda sudah terorganisasi dengan rapi. Purusara (sekarang RS Kariadi) menjadi pusat kegiatan para politisi. Mereka sepakat tidak mau Indonesia dijadikan barang inventaris yang setelah Jepang kalah perang akan diserahkan kembali ke Belanda. Maka, tidak heran ketika ada pihak-pihak yang mengganggu kemerdekaan Indonesia, pemuda Semarang serentak mati-matian melawan.

Ikhtisar Lengkap   
Penulis: Moehkardi

Penerbit: UGM Press
ISBN: 9786023869855
Terbit: Maret 2024 , 170 Halaman

BUKU SERUPA










Ikhtisar

Berita suksesnya pemuda Surabaya melucuti seniata tentara Jepang pada tanggal 1 Oktober 1945, segera mendorong pemuda di berbagai daerah untuk bertindak serupa. Yang membedakan di Semarang, usaha tersebut meledak menjadi pertempuran sengit yang menelan banyak korban hingga ribuan pemuda dan ratusan tentara Jepang. Peristiwa yang dikenal dengan sebutan Pertempuran 5 Hari di Semarang itu tidak hanya menggemparkan masyarakat Jawa Tengah dan sekitarnya, tetapi juga seluruh masyarakat Indonesia dan dunia internasional. Banyak pihak yang penasaran, termasuk para ahli sejarah, mengapa pemuda Semarang menjadi begitu beringas melawan tentara jepang yang persenjataan dan kemahiran berperangnya jauh lebih unggul?

Keberanian pemuda Semarang melawan penjajah sebetulnya tidak datang tiba-tiba. Semangat pergerakan sudah mulai tumbuh di Semarang sejak lama. Perintisnya, antara lain Semaun yang sejak 1917 menjadi Ketua Sarekat Islam Cabang Semarang. Semaun tidak hanya berani mengkritik kebijakan pemerintah Belanda, tetapi juga berani memimpin serangkaian pemogokan. Sepak teriangnya sukses menarik simpati rakyat hingga pelosok desa. Hanya dalam waktu setahun, jumlah anggota Sarekat Islam melonjak hingga 10 kali lipat. Dalam hitungan bulan, Sarekat Islam berubah menjadi organisasi radikal dan menjadi lokomotif pergerakan pemuda Semarang.

Prinsip Semaun yang antikapitalisme dan antiimperialisme dengan cepat menular di kalangan pemuda. Boedi Oetomo yang semula moderat, sejak tahun 1926 menjadi lebih progresifsetelah dipimpin golongan muda. Melihat situasi ini, pemerintah Belanda melakukan penangkapan terhadap para aktivis, Akhirnya aktivis yang lolos dari penangkapan melanjutkan perjuangan secara ilegal, bergerak di bawah tanah. Lainnya menyamar dengan masuk organisasi yang tidak dilarang, seperti Parindra dan Gerindo.

Seiring berjalannya waktu, gerakan pemuda Semarang semakin solid dan matang. Pada tahun 1943, secara ilegal pemuda bulat menuntut Indonesia merdeka berdasarkan kedaulatan rakyat. Pada zaman pendudukan Inggris dan Belanda, pergerakan pemuda sudah terorganisasi dengan rapi. Purusara (sekarang RS Kariadi) menjadi pusat kegiatan para politisi. Mereka sepakat tidak mau Indonesia dijadikan barang inventaris yang setelah Jepang kalah perang akan diserahkan kembali ke Belanda. Maka, tidak heran ketika ada pihak-pihak yang mengganggu kemerdekaan Indonesia, pemuda Semarang serentak mati-matian melawan.

Pendahuluan / Prolog

Kata Pengantar
Embrio dari naskah buku ini adalah skripsi S-1 penulis di Universitas Kristen Satyawacana Salatiga pada tahun 1968 yang berjudul “Perjuangan Kemerdekaan di Semarang tahun 1945”, yang kemudian ditulis ulang dan disertakan dalam lomba mengarang yang bertema “Sejarah Perjuangan Bangsa” pada tahun 1975. Dalam lomba tersebut, naskah tersebut menjadi naskah terbaik sehingga penulis mendapatkan juara pertama tingkat nasional, serta memperoleh piala dan surat penghargaan langsung dari Presiden Republik Indonesia. Dengan berkembangnya berbagai literatur baru selama dua puluh tahun terakhir, sejak tahun 2008, naskah ini diperdalam dan dikembangkan berdasarkan sumber-sumber baru yang relevan sehingga menjelma menjadi buku ini.

Penulis memilih Kota Semarang sebagai pokok pembahasan karena kota ini dinilai berperan penting dalam era Pergerakan Nasional. Di Semaranglah Sarekat Islam berkembang menjadi gerakan nasional yang radikal antiimperialis dan kapitalis, yang memengaruhi Sarekat Islam secara nasional menjadi radikal pula: menentang penjajahan. Pada masa Revolusi Nasional tahun 1945, Kota Semarang juga tercatat sebagai daerah yang paling awal menyatakan diri di media massa sebagai bagian dari wilayah Republik Indonesia pada tanggal 18 Agustus 1945, lebih cepat dibandingkan dengan Surabaya (3 September 1945), Yogyakarta (19 Agustus 1945), dan daerah lainnya.

Akhirnya, penulis tak lupa pula mengucapkan terima kasih kepada Perpustakaan Nasional di Jakarta dan Perpustakaan Daerah di Yogyakarta, serta berbagai perpustakaan lain yang tak bisa penulis sebut satu per satu, yang telah memberi fasilitas sumber kepustakaan selama penulis melakukan riset. Terima kasih juga penulis sampaikan kepada para narasumber pelaku sejarah yang telah berkenan menerima wawancara penulis selama melakukan penelitian.

Yogyakarta, Desember 2017

Moehkardi

Penulis

Moehkardi - Drs. Moehkardi adalah pensiunan Dosen Sejarah di Akademi Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (AKABRI) Magelang (1969–1986).

Ia yang dilahirkan di Kendal pada 11 April 1930, memperoleh gelar S-1 di Universitas Kristen Satyawacana, Salatiga, pada tahun 1968.

Pengalaman menulis diperoleh di majalah Intisari dan harian Kompas serta media massa lainnya sejak tahun 1970. Dalam “Lomba Mengarang Sejarah Perjuangan” tahun 1975, karangannya yang berjudul “Pertempuran Lima Hari di Semarang, Oktober 1945”, memenangkan juara pertama tingkat nasional dan memperoleh piala dan piagam penghargaan dari Presiden Soeharto.

Karya tulisnya yang berupa buku adalah Sejarah AKABRI (1971); Akademi Militer Yogya dalam Perjuangan Fisik 1945–1949 (1977); Pendidikan Perwira TNI-AD di Masa Revolusi (1979); Pendidikan Pembentukan Perwira TNI-AD 1950–1956 (1981); Mohamad Said Reksohadiprodjo Hasil Karya dan Pengabdiannya (1982); Magelang Berjuang (1983); Pelajar Pejuang TGP 1945–1950 (1983); Sekolah Kadet Surabaya di Mojoagung (1988); R.

Mohamad dalam Revolusi 1945 Surabaya Sebuah Biografi (1993); Mengulang Jejak Sepanjang Tiga Jaman, Sebuah Otobiografi (tidak terbit); Ex Tentara Genie Pelajar Pasca Perang Kemerdekaan (tidak terbit); Bunga Rampai Sejarah Indonesia dari Borobudur hingga Revolusi 1945 (2008); Sendratari Ramayana Prambanan, Segi Seni dan Sejarahnya (2010); Revolusi Nasional 1945 di Semarang (2012); dan Revolusi Nasional 1945 di Surabaya (2012, belum terbit).

Daftar Isi

Cover
Halaman Judul
Halaman Hak Cipta
Kata Pengantar
Daftar Isi
Daftar Foto
Bab 1 Pendahuluan: Kota Semarang
     1.1 Latar Belakang Geografi dan Sosial Ekonomi
     1.2 Latar Belakang Sejarah
Bab 2 Perjuangan Kemerdekaan pada Masa Pendudukan Jepang: Perang Pasifik
Bab 3: Pertempuran Lima Hari Semarang
     3.1 Peristiwa yang Mendahului Pertempuran
     3.2 Berkobarnya Pertempuran
     3.3 Korban Keganasan
     3.4 Berakhirnya Pertempuran
     3.5 Analisis
Bab 4 Perjuangan Mempertahankan Kemerderkaan di Semarang
     4.1 Pendudukan Inggris dan Belanda di Semarang
     4.2 Pertempuran Melawan Tentara Inggris
Daftar Pustaka
Lampiran
Biodata Penulis