Tampilkan di aplikasi

Buku Sidogiri hanya dapat dibaca di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.

Aswaja Untuk Pemula

Mengulas tentang Ahlusunah wal Jamaah dengan jelas, gamblang, lugas dan praktis.

1 Pembaca
Rp 50.000 60%
Rp 20.000

Patungan hingga 5 orang pembaca
Hemat beli buku bersama 2 atau dengan 4 teman lainnya. Pelajari pembelian patungan disini

3 Pembaca
Rp 60.000 13%
Rp 17.333 /orang
Rp 52.000

5 Pembaca
Rp 100.000 20%
Rp 16.000 /orang
Rp 80.000

Perpustakaan
Buku ini dapat dibeli sebagai koleksi perpustakaan digital. myedisi library

Buku ini sedang dibutuhkan oleh umat Islam secara umum, agar mereka bisa memahami garis-garis besar perihal peta pemikiran yang terjadi di tengah-tengah umat Islam. Dengan memahami garis garis besar pemikiran itu, diharapkan para pembaca bisa mengenali konsep-konsep pemikiran keislaman yang benar lalu mengikutinya, dan mengenali konsep-konsep pemikiran yang keliru untuk menghindarinya.

Ikhtisar Lengkap   
Penulis: Moh. Achyat Ahmad
Editor: Ahmad Rizqon

Penerbit: Sidogiri
ISBN: 9786025801068
Terbit: Februari 2021 , 196 Halaman

BUKU SERUPA










Ikhtisar

Buku ini sedang dibutuhkan oleh umat Islam secara umum, agar mereka bisa memahami garis-garis besar perihal peta pemikiran yang terjadi di tengah-tengah umat Islam. Dengan memahami garis garis besar pemikiran itu, diharapkan para pembaca bisa mengenali konsep-konsep pemikiran keislaman yang benar lalu mengikutinya, dan mengenali konsep-konsep pemikiran yang keliru untuk menghindarinya.

Pendahuluan / Prolog

Prakata
Dalam buku tipis dan sederhana ini, secara khusus penulis mendiskusikan sejumlah aspek dari konsep Ahlusunah wal Jamaah yang sudah populer dan sering dijadikan topik pembicaraan seputar Aswaja. Jadi penulis membatasi cakupan buku ini pada hal-hal konseptual saja, dan sama sekali tidak masuk pada pembicaraan unsur-unsur detail dari konsep-konsep itu.

Misalnya, penulis mendiskusikan kenapa Ahlusunah wal Jamaah punya konsep kewajiban untuk bermazhab bagi siapapun yang bukan mujtahid, namun penulis tidak membicarakan lebih jauh tentang bagaimana cara mujtahid berijtihad, atau bagaimana kita bertaklid pada salah satu mujtahid dalam suatu mazhab. Untuk aspek yang terakhir itu para pembaca bisa mendapatkan keterangan lebih lanjut dalam buku-buku terkait yang ditulis para ulama dengan keterangan yang panjanglebar (al-muṭawwalāt).

Buku ini membatasi diri dengan mendiskusikan aspek-aspek konseptual yang tampak di permukaan saja, dan tidak masuk pada detail persoalan yang mendalam, karena memang buku ini dikonsep sebagai pengantar untuk memahami dasar-dasar pemikiran Ahlusunah wal Jamaah, dan itu artinya buku ini juga ditujukan untuk para pembaca pemula. Itulah sebabnya kenapa penulis mengkonsep buku ini dalam bentuk yang sesederhana mungkin, dengan tanpa membikin pembagian pada sejumlah bab atau kelompok pembahasan sebagaimana buku-buku pada umumnya, melainkan pembaca akan langsung masuk pada tema diskusi suatu pokok persoalan. Penulis berasumsi bahwa konsep penyajian seperti ini akan lebih sederhana, khususnya untuk kelas pembaca pemula.

Namun demikian, tentu konsep-konsep Ahlusunah wal Jamaah yang didiskusikan di dalam buku ini sebagian kecil saja, dan buku ini telah melewatkan begitu banyak konsep-konsep detail pemahaman dan keilmuan Ahlusunah wal Jamaah untuk didiskusikan. Apa yang didiskusikan di sini adalah konsep-konsep Ahlusunah wal Jamaah dasar dan paling banyak dibicarakan, termasuk di kalangan masyarakat awam, yang karena itu penulis juga berkesempatan ‘menjangkau’ diskusi-diskusi tersebut.

Adapun untuk konsep-konsep lain yang lebih mengakar dan mendalam, semacam konsep seputar ayat-ayat mutasyābihāt, ta’wīl dan tafwīd, pembicaraan falsafi seputar sifat-sifat Allah, dan yang semisalnya, saya pikir itu merupakan menu lanjutan yang bukan untuk pemula, sehingga tidak perlu kita diskusikan di dalam buku pengantar ini – di samping karena penulis juga belum menjangkau sepenuhnya akan materi-materi itu.

Bagaimanapun, penulis tidak berpretensi bahwa buku ini telah menyelesaikan diskusi-diskusi yang mendasar seputar konsep-konsep Ahlusunah wal Jamaah. Penulis hanya berusaha memberikan sedikit refleksi seputar tema-tema tersebut, dengan merujuk kepada para ulama dan kitab-kitab yang otoritatif, meskipun untuk alasan penyederhanaan, penulis tidak menampilkan sumber-sumber itu dalam catatan-catatan kaki, di samping karena embrio dari buku ini kebanyakan adalah artikel-artikel lepas yang penulis muat di blog pribadi, yang kemudian penulis susun ulang secara berkesinambungan menjadi buku sebagaimana yang Anda baca saat ini.

Penulis berharap semoga buku ini bisa memainkan perannya sebagai pengantar yang berguna bagi para pemula, untuk memahami konsep dasar pemikiran dan keilmuan Ahlusunah wal Jamaah, untuk kemudian mereka bisa mendalami diskusi-diskusi seputar konsepkonsep itu pada bacaan-bacaan lanjutan yang lebih luas, lebih serius dan lebih mendalam, di dalam kajian-kajian para ulama dan karya-karya mereka yang luar biasa.

Semoga pula penulis dikarunia keikhlasan dalam menulis dan menghidangkan buku ini ke hadapan pembaca sekalian, sehingga manfaatnya tidak hanya bisa dipetik di dunia, namun juga bisa abadi di alam akhirat, baik manfaat yang kembali pada penulis, para pembaca, dan siapapun yang mengambil manfaat dari sebagian maupun keseluruhan isi buku ini.

Dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan terima kasih kepada teman-teman Annajah Center Sidogiri (ACS) yang telah terlibat dalam proses penerbitan buku ini, dengan memberikan sumbangsih pemikiran dan kreatifitas mereka, sehingga yang semula naskah buku ini acak-acakan menjadi buku yang layak dinikmati oleh pembaca sekalian. Mereka antara lain; Ahmad Rizqon sebagai editor, M. Zaki Ghufron, Maksum Ahmadi, dan M. Habibullah sebagai pemeriksa naskah, serta Muhammad Ibnu Ramli sebagai proofreader. Tak lupa pula kepada Imam Abd. Rosyid sebagai cover designer yang telah membikin buku ini hadir dengan tampilan yang sangat menarik. Penulis juga berterima kasih kepada KH. Qoimuddin selaku Dewan Pakar Annajah Center Sidogiri, yang di tengah-tengah kesibukannya yang sangat padat, beliau masih berkenan membaca dan mengoreksi naskah buku ini, bahkan juga bersedia memberikan sambutan untuk buku yang teramat sederhana ini. Sejujurnya, jika tanpa ada koreksi dari beliau, penulis masih ragu apakah buku ini layak untuk dihidangkan ke tengah-tengah pembaca sekalian ataukah tidak. Pembacaan dari beliau telah memberikan garansi bahwa buku ini telah layak dihadirkan ke tengah-tengah masyarakat.

Terakhir, penulis juga menyampaikan terima kasih yang tak berhingga kepada Mas d. Nawawy Sadoellah, Katib Majelis Keluarga Pondok Pesantren Sidogiri (PPS), yang telah memberikan bimbingan, arahan, masukan dan solusi-solusi terbaik, baik kepada penulis secara khusus, maupun kepada kami di lembaga ACS secara umum, sehingga perjalanan kami bisa terarah, serta bisa melakukan koreksi, perbaikan-perbaikan dan bisa berkembang menjadi lebih baik lagi, insyā-Allāh. Namun kesediaan beliau untuk memberikan kata sambutan di buku ini telah membikin buku ini memiliki nilai tersendiri di hati penulis.

Semoga segala tindak langkah kita bersamaan dengan petunjuk dan pertolongan Allah SWT. Āmīn yā Rabbal-‘ālamīn.

Pasuruan, 7 Rabiul Awal 1442 H

Penulis

Moh. Achyat Ahmad - Lahir di Pasuruan 22 tahun yang lalu (17-02-1984). Menempuh jenjang pendidikan Ibtida’iyah di Madrasah Miftahul Ulum (MMU) Oyoran Rembang Pasuruan, dan tingkat Tsanawiyah di MMU Kangkungan Rembang Pasuruan. Ia baru nyantri di Pondok Pesantren Sidogiri pada tahun 1421 H. / 2000 M. Satu tahun kemudian, ia menjalani tugas mengajar pada Madrasah Miftahul Hidayah, Banyualet Tanah Merah Bangkalan Madura. Selepas tugas mengajar, ia meneruskan thalab al-‘ilm-nya ke tingkat Aliyah di pesantren yang sama hingga selesai.

Daftar Isi

Sampul
Pedoman transliterasi
Daftar isi
Sambutan Katib Majelis Keluarga Pondok Pesantren Sidogiri
Sambutan Dewan Pakar Annajah Center Sidogiri
Prakata
Hakikat Ahlusunah wal Jamaah
     A. Kesulitan Mencerna Makna
     B. Langsung To The Point
     C. Aswaja Adalah Mayoritas Umat
     D. Aswaja Bukan Sebuah Firkah
Mengapa Asya'irah-Maturidayyah?
Kenapa memakai nama Ahlusunah?
Kenapa harus Al-Jama'ah?
Kenapa Wahabi bukan Ahlusunah?
Kebenaran diukur secara kuantitas?
Maksud Aswaja itu Moderat
Keniscayaan Bermazhab
Anti Mazhabisme dan Fanatisme Mazhab
Konsep beragama dalam Aswaja
Ijtihad para Mujtahid sekedar opini?
Tentang hadis perpecahan umat
Bagaimana Aswaja menilai kelompok lain?

Kutipan

Hakikat Ahlusunah wal Jamaah
Kesulitan Mencerna Makna Tidak sedikit dari umat Islam Ahlusunah wal Jamaah yang belum benar-benar memahami apa itu hakikat Ahlusunah wal Jamaah. Bahkan tidak sedikit pula dari mereka yang malah tidak tahu apa-apa tentang Ahlusunah wal Jamah. Sementara bagi mereka yang telah memiliki pengetahuan tentang Ahlusunah wal Jamaah, tidak sedikit dari mereka yang masih gagal paham dengan pengetahuannya itu, dalam arti bahwa pemahaman mereka tentang Ahlusunah wal Jamaah masih belum benar-benar menemui sasaran; masih melenceng ke kanan atau ke kiri.

Bagaimanapun, ini sungguh ironis. Namun jika kita mencoba mencari akar persoalannya, barangkali penyebab gagal pahamnya umat Islam awam tentang hakikat Ahlusunah wal Jamaah ini, karena mereka kesulitan mencerna penjelasan para penulis yang terbiasa menguraikan Ahlusunah wal Jamaah dari sisi kosa kata: bahwa Ahlusunah wal Jamaah merupakan gabungan dari kata “Ahl”, “as-Sunnah”, dan “al-Jamā‘ah”.

Ketika mereka disuguhi penjelasan dari sisi itu, mereka belum berhasil menangkap hakikat Ahlusunah wal Jamaah itu sendiri. Pikiran mereka perihal Ahlusunah wal Jamaah malah menjadi bercabang dan kabur, alih-alih mereka memahami apa itu sesungguh-nya Ahlusunah wal Jamaah. Di benak mereka malah muncul pertanyaan: kenapa harus memakai nama seperti itu? Kenapa kok tidak cukup dengan nama “Islam” saja? Kenapa memakai nama “Ahlusunah”, kok bukan “Ahlul-Qur’ān”? Dan pertanyaan-pertanyaan turunan lain yang semacamnya.

Bahkan mungkin umat awam juga kesulitan menangkap hakikat Ahlusunah wal Jamaah ketika para penulis menjelaskan Ahlusunah wal Jamaah dari sisi rumusan para ulama: bahwa Ahlusunah wal Jamaah itu adalah paham keagamaan (Islam) yang dalam akidah mengikuti Asyā‘irah-Māturīdiyyah, dalam fikih mengikuti salah satu dari Mazhab Empat (Ḥanafiyyah, Mālikiyyah, Syāfi‘iyyah dan Ḥanābilah), dan dalam tasawuf mengikuti al-Junaid atau al-Gazālī.

Ketika umat awam menerima penjelasan seperti itu, di benak mereka justru muncul beragam kejanggalan baru, misalnya: jika akidah yang benar itu adalah sebagaimana dirumuskan al-Imām al-Asy‘arī pada abad ketiga hijriah, sehingga Ahlusunah wal Jamaah berarti adalah orang-orang yang mengikuti beliau dalam segi akidah, lalu bagaimana dengan masa-masa sebelum beliau? Pertanyaan yang sama juga berlaku dalam aspek fikih dan tasawuf. Berarti periode-periode sebelum imam-imam tersebut masih belum Ahlusunah wal Jamaah? Setelah itu, mereka juga mempertanyakan signifikansinya: tidakkah dengan rumusan itu, orang justru lebih sreg dengan mereka yang langsung mengikuti Nabi , atau langsung kembali pada al-Quran dan hadis ketimbang harus kembali pada para imamimam tersebut? Lebih dari itu, sebagian penulis juga ada yang berusaha memberikan pemahaman tentang apa itu Ahlusunah wal Jamaah dari sisi kesejarahan. Mereka biasanya memulai penjelasannya dari peristiwa terpecahbelahnya umat Islam secara politis pada akhir pemerintahan Sayidina ‘Uṡmān bin ‘Affān , berlanjut pada friksi politik pada masa pemerintahan Sayidina ‘Alī bin Abī Ṭālib  dan seterusnya, hingga dari situ kemudian lahirlah firkah-firkah akidah dari dalam tubuh umat Islam, seperti Syiah, Khawarij, Muktazilah dan seterusnya, hingga kemudian muncul al-Imām Abul- Ḥasan al-Asy‘arī merumuskan akidah Ahlusunah wal Jamaah, menjadi pemahaman seperti yang kita kenal pada saat ini.

Namun cukup disayangkan, uraian dari sisi kesejarahan seperti itu, di samping masih memantik munculnya kemuskilan lanjutan sebagaimana telah dipaparkan di muka, pertanyaan yang justru muncul dari umat awam dari penjelasan ini adalah: kenapa Ahlusunah wal Jamaah malah muncul dari kekacauan umat semacam itu? Bukankah mereka adalah para sahabat Nabi, tapi kenapa kok sampai terjadi pertikaian semacam itu di kalangan mereka? Ini memang merupakan pertanyaan-pertanyaan yang sungguh ironis; mereka belum menyerap apapun tentang apa itu Ahlusunah wal Jamaah, tapi malah mempertanyakan hal lain dari aspek kesejarahan, yang tentu membutuhkan penjabaran lain yang lebih kompleks.