Tampilkan di aplikasi

Buku Sidogiri hanya dapat dibaca di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.

Sidogiri Menolak Pemikiran KH. Said Aqil Siroj

Diskusi tanggapan pemikiran yang tertuang dalam buku “Tasawuf Sebagai Kritik Sosial”

1 Pembaca
Rp 55.000 60%
Rp 22.000

Patungan hingga 5 orang pembaca
Hemat beli buku bersama 2 atau dengan 4 teman lainnya. Pelajari pembelian patungan disini

3 Pembaca
Rp 66.000 13%
Rp 19.067 /orang
Rp 57.200

5 Pembaca
Rp 110.000 20%
Rp 17.600 /orang
Rp 88.000

Perpustakaan
Buku ini dapat dibeli sebagai koleksi perpustakaan digital. myedisi library

Mengenai beberapa pemikiran K.H. Said Aqiel Siradj yang keliru, sebenarnya saya sudah tabayun langsung kepada beliau. Akan tetapi, menurut saya, tetap perlu adanya buku tanggapan seperti ini. Sebab, sebuah buku memang seharusnya ditanggapi dengan buku, supaya sama-sama bisa dibaca dengan seksama oleh masyarakat kita. Yang terpenting bahwa adanya bukunya dilandasi oleh niat yang ikhlas dan tulus untuk tawashau bil-haq. Bukan untuk menjatuhkan, apalagi untuk menimbulkan kebencian dan permusuhan. Kita sudah terbiasa berbeda pikiran, tapi kita harus tetap saling menghormati satu sama lain sebagaimana teladan yang dicontohkan oleh para ulama salaf dulu.

Ikhtisar Lengkap   
Penulis: Tim Penulis Pondok Pesantren Sidogiri
Editor: Ahmad Muntahal Hadi

Penerbit: Sidogiri
ISBN: 9789792604481
Terbit: Februari 2016 , 208 Halaman

BUKU SERUPA










Ikhtisar

Mengenai beberapa pemikiran K.H. Said Aqiel Siradj yang keliru, sebenarnya saya sudah tabayun langsung kepada beliau. Akan tetapi, menurut saya, tetap perlu adanya buku tanggapan seperti ini. Sebab, sebuah buku memang seharusnya ditanggapi dengan buku, supaya sama-sama bisa dibaca dengan seksama oleh masyarakat kita. Yang terpenting bahwa adanya bukunya dilandasi oleh niat yang ikhlas dan tulus untuk tawashau bil-haq. Bukan untuk menjatuhkan, apalagi untuk menimbulkan kebencian dan permusuhan. Kita sudah terbiasa berbeda pikiran, tapi kita harus tetap saling menghormati satu sama lain sebagaimana teladan yang dicontohkan oleh para ulama salaf dulu.

Pendahuluan / Prolog

Prakata
PADA bulan Ramadan 1427 H., atau September 2006, penerbit Mizan menerbitkan buku yang berjudul “Tasawuf Sebagai Kritik Sosial; Mengedepankan Islam Sebagai Inspirasi Bukan Aspirasi” karya Dr. K.H. Said Aqil Siroj. Buku dengan editor Ahmad Baso ini terdiri dari 473 halaman. Lalu pada tahun 2012, buku tersebut kembali diterbitkan, kali ini oleh Lajnah Ta’lif wan-Nasyr Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (LTN PBNU).

Sejak buku tersebut diterbitkan untuk pertama kalinya, memang sudah ada sorotan dari sebagian tokoh Nahdlatul Ulama (NU) mengenai sebagian isi yang terkandung di dalamnya, yang dinilai tidak ekuivalen dengan nilai-nilai asasi yang dianut oleh NU dan tidak berkesuaian dengan ajaran Islam yang lurus. Karena itu setelah melakukan tabayyun, memberikan saran, masukan, dan kritik membangun kepada penulisnya, sebagian tokoh NU itu kemudian merekomendasikan kepada penulisnya untuk merevisi sebagian isi buku tersebut, dan konon penulisnya sanggup untuk merevisinya. Namun hingga buku tersebut dicetak ulang dan diterbitkan oleh LTN PBNU, ternyata belum ada revisi apapun yang dilakukan oleh penulisnya.

Maka berkenaan dengan hal itu, melalui buku ini kami berikhtiar untuk ikut serta dalam mendiskusikan Kembali sejumlah poin pemikiran yang tertuang dalam buku “Tasawuf Sebagai Kritik Sosial” itu, yang dianggap tidak berkesuaian dengan ruh NU dan ajaran Islam. Namun sebagai tambahan rujukan guna semakin memperjelas pokok persoalan, pada buku ini kami juga menggunakan bahan lain selain buku “Tasawuf Sebagai Kritik Sosial”, yang juga merupakan karya Dr. K.H. Said Aqil Siroj, baik itu buku, disertasi, wawancara, makalah, ceramah, dan semacamnya.

Semoga kehadiran buku ini bisa memberikan manfaat kepada umat Islam, terutama bagi mereka yang sudah membaca buku-buku Dr. K.H. Said Aqil Siroj. Kami berharap buku ini bisa menjadi bacaan pembanding bagi siapapun yang selama ini sudah akrab dengan pemikiran-pemikiran Dr. K.H. Said Aqil Siroj, baik dari kalangan NU maupun yang lain. Amin.

Daftar Isi

Sampul
Pedoman Transliterasi
Daftar Isi
Sambutan Pengasuh Pondok Pesantren Sidogiri
Prakata
Bagian I: Motif Dakwah Nabi
     Uraian
     Tanggapan
Bagian II
     Uraian
     Tanggapan
Bagian III: Muktazilah dan Ahlul-Bait
     Uraian
     Tanggapan
Bagian IV: Syiah dan Ahlusunah
     Uraian
     Tanggapan
Bagian V: Pluralisme Agama
     Uraian
     Tanggapan
Bagian VI: Ukhuwah Islamiyah
     Uraian
     Tanggapan
Bagian VII: Stereotype Syariat Islam
     Uraian
     Tanggapan
Bagian VIII: Di Balik Pemikiran
     Pemikiran Kontroversial
     Pemikiran Khas Wahabisme
          a. Terpengaruh Ibnu Taimiyah
          b. Kritik Sufi Khas Wahhabi
     Pemikiran Pro Syiah
          a. Komentar Buruk pada Sahabat
          b. Titik Temu Sunni-Syiah
          c. Menjadi Dai Syiah Sejati
Sumber Rujukan

Kutipan

Pluralisme Agama
Uraian

Dalam buku Tasawuf sebagai Kritik Sosial, KH. Said Aqil Siroj juga memiliki pemikiran pluralisme agama, yakni menganggap dan meyakini bahwa agama-agama selain Islam juga merupakan agama yang benar dan sama-samamengantarkan pemeluknya pada jalan kebenaran. Dalam hal ini KH. Said Aqil Siroj menulis: Dalam al-Quran, Allah kerap mengulang seruan “Ya ayuhalladzina amanu...”, Wahai orang-orang yang beriman, sebanyak tujuh puluh kali. Sementara seruan “Ya ayyuhalladzina aslamu...”, Wahai orang-orang Islam, tidak satu pun ditemukan dalam kitab suci umat Islam itu.

Selain itu, di antara nama-nama dan asmaasma Allah yang berjumlah 99 itu salah satunya adalah “Al-Mu’min”. Dan tidak ada “Al-Muslim”, yang ada justru adalah “As-Salam”, Mahadamai, sebagai salah satu asma-Nya. Poin-poin ini menarik untuk dicermati dalam kaitannya dengan interaksi antar umat beragama, terutama antara umat Islam dan kaum Nasrani dalam mengelola kerukunan dan perbedaan di Indonesia.” Selanjutnya KH. Said Aqil Siroj berkata: Allah sebagai Rabbul ‘alamin, penguasa alam semesta dan seisinya, mengajarkan umat-Nya untuk menjadi umat yang inklusif, toleran dan terbuka.

Hakikat keimanan mencakup berbagai macam keimanan dan kepercayaan. Keimanan pada hakikatnya lebih inklusif daripada keislaman. Ayat yang dikutip di atas mengingatkan kita, bahwa umat beriman itu bukanlah monopoli umat Islam. Baik kaum Yahudi, Kristiani, Shabi’in, penganut Budha, Hindu, Konghuchu, maupun kepercayaan lainnya, semuanya adalah umat beriman–sepanjang dalam keyakinan mereka terselip butir-butir keimanan kepada Allah, Tuhan, Sang Hyang Widi atau apa pun namanya.

Tanggapan

Pernyataan KH. Said Aqil Siroj di atas sulit dinalar secara ilmiah. KH. Said Aqil Siroj hanya mengambil penggalan ayat, dan meninggalkan penggalan berikutnya, lalu membuat kesimpulan yang luar biasa besar. Kejanggalan-kejanggalan dalam pernyataan di atas dapat dijelaskan sebagai berikut: yuhallażīna āmanū...” (Wahai orang-orang yang beriman), sebanyak tujuh puluh kali, ada kaitannya dengan interaksi antar-umat beragama, terutama antara umat Islam dan kaum Nasrani dalam mengelola kerukunan dan perbedaan di Indonesia, jelas tidak benar dan tidak berdasar.

Para ulama menjelaskan, seruan dengan “Yā ayuhallażīna āmanū...”, adalah seruan pujian kepada penduduk Madinah, yaitu orang-orang yang beriman dan melakukan hijrah dari Mekkah. Sedangkan kandungan seruan “Yā ayuhallażīna āmanū...”, kebanyakan berkaitan dengan rincian-rincian syariat Islam (tafaṣīlusy-syarī‘ah), bukan syariat agama lain seperti Yahudi dan Kristen.