Tampilkan di aplikasi

Buku Penerbit Forum hanya dapat dibaca di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.

Pos-Islamisme

Melihat Turki dalam Persimpangan Agama dan Politik

1 Pembaca
Rp 75.000

Patungan hingga 5 orang pembaca
Hemat beli buku bersama 2 atau dengan 4 teman lainnya. Pelajari pembelian patungan disini

3 Pembaca
Rp 225.000 13%
Rp 65.000 /orang
Rp 195.000

5 Pembaca
Rp 375.000 20%
Rp 60.000 /orang
Rp 300.000

Pembelian grup
Pembelian buku digital dilayani oleh penerbit untuk mendapatkan harga khusus.
Hubungi penerbit

Perpustakaan
Buku ini dapat dibeli sebagai koleksi perpustakaan digital. myedisi library

Berbicara tentang Turki, tentu bentangan sejarah yang dihadirkannya sangat panjang. Berawal dari penyerangan Konstantinopel pada 1453 oleh Sultan Mahmud II (Al-Fatih) sehingga Byzantium jatuh ke tangan umat Islam dan Turki Utsmani menjadikannya pusat pemerintahan sampai kejatuhannya oleh sekularisme, sejarah Turki telah membelalakkan mata dunia, la berjaya sekian abad hingga menjadi raksasa yang sakit, Turki Utsmani kemudian berubah dari kesultanan menjadi republik ketika runtuh. Setelah itu, wajah Turki dihiasi dengan sekularisme yang sangat ketat sehingga simbol-simbol agama menjadi hal yang terlarang. Pemisahan antara agama dengan negara diterapkan begitu tegas oleh Mustafa Kemal Attaturk yang berimbas pada pergolakan panas di antara masyarakatnya. Kehadiran Recep T. Erdogan dengan partainya, AKP, membawa angin segar sehingga menggeser Turki dalam persimpangan agama dan politik pada suasana yang harmonis. Agama diakomodasi dalam politik; meskipun dipisahkan dalam kadar tertentu, agama tidak serta-merta disingkirkan Buku ini mengajak para pembaca untuk menelusuri Turki modern dalam suatu rihlah ilmiah yang menyenangkan. Persimpangan agama dan politik yang membentuk wajah Turki kini tidak hanya menarik dikaji, tetapi juga menjadi pelajaran penting mengingat Turki di waktu ini mampu berbicara banyak di kancah internasional.

Ikhtisar Lengkap   
Penulis: Firmanda Taufiq

Penerbit: Penerbit Forum
ISBN: 9786020753348
Terbit: Desember 2020 , 134 Halaman

BUKU SERUPA










Ikhtisar

Berbicara tentang Turki, tentu bentangan sejarah yang dihadirkannya sangat panjang. Berawal dari penyerangan Konstantinopel pada 1453 oleh Sultan Mahmud II (Al-Fatih) sehingga Byzantium jatuh ke tangan umat Islam dan Turki Utsmani menjadikannya pusat pemerintahan sampai kejatuhannya oleh sekularisme, sejarah Turki telah membelalakkan mata dunia, la berjaya sekian abad hingga menjadi raksasa yang sakit, Turki Utsmani kemudian berubah dari kesultanan menjadi republik ketika runtuh. Setelah itu, wajah Turki dihiasi dengan sekularisme yang sangat ketat sehingga simbol-simbol agama menjadi hal yang terlarang. Pemisahan antara agama dengan negara diterapkan begitu tegas oleh Mustafa Kemal Attaturk yang berimbas pada pergolakan panas di antara masyarakatnya. Kehadiran Recep T. Erdogan dengan partainya, AKP, membawa angin segar sehingga menggeser Turki dalam persimpangan agama dan politik pada suasana yang harmonis. Agama diakomodasi dalam politik; meskipun dipisahkan dalam kadar tertentu, agama tidak serta-merta disingkirkan Buku ini mengajak para pembaca untuk menelusuri Turki modern dalam suatu rihlah ilmiah yang menyenangkan. Persimpangan agama dan politik yang membentuk wajah Turki kini tidak hanya menarik dikaji, tetapi juga menjadi pelajaran penting mengingat Turki di waktu ini mampu berbicara banyak di kancah internasional.

Pendahuluan / Prolog

Kata Pengantar
Pada dua dekade terakhir, Turki kembali jadi aktor yang di- per hitung kan dunia khususnya dunia Arab dan Islam setelah sekitar satu abad peranan regional dan internasional negara itu me nurun tajam. Turki kembali memiliki pengaruh cukup kuat di sejum lah negara berpenduduk muslim, bahkan negara itu kendati belum sukses menjadi bagian penuh dari Uni eropa, memiliki peran kuat sebagai jangkar yang menghubungkan antara dunia Barat dan dunia Islam. Posisi geografisnya yang strategis memang me mungkin kan negara ini memainkan peranan vital tersebut.

Seiring proses perubahan yang terjadi di sejumlah negara Arab, Turki juga memperkuat “kehadirannya” di hampir semua negara Arab khususnya negara-negara musim semi Arab. Keputusan untuk “masuk” arena ini tentu dapat dimengerti sebab aktor-aktor kawasan dan internasional lain seperti Amerika Serikat, Rusia, Iran, Arab Saudi, Qatar, Uni emirat Arab, dan juga Inggris dan Perancis, pun mem per kuat kehadirannya secara signifikan di negara-negara yang meng hadapi proses perubahan menentukan itu. Turki bahkan sempat jadi aktor kawasan yang disegani di negara-negara yang rakyatnya berhasil menjatuhkan rezim Arab autoritarian. Suaranya sangat diperhitungkan, bahkan negara ini sempat menjadi salah satu model yang diperhitungkan bagi masa depan negara-negara Arab itu. Kehadiran erdogan di mana-mana sempat memperoleh perhatian begitu besar dan memperoleh sambutan luas dari publik Arab. di permukaan, Turki pada perkembangannya kemudian terlihat sebagai negara yang sangat ideologis, yaitu berdiri tegak untuk memimpin dan membela para sekutu Islamisnya seperti Qatar, “Maroko” (pemerintahannya), rezim Al-Basyir di Sudan, Kelompok Al-Ikhwan Al-Muslimun di Mesir, Fajr Libya, Hamas, dan lainnya.

Kata Maroko sengaja ditandai dengan dua tanda petik sebab pemerintahan dan rezim negara itu berbeda, rezim adalah monarki sedangkan pemerintahan hasil pemilu berada di tangan Partai Keadilan dan Kesejahteraan (Hizb Al-Adalah wa Al-Tanmiyah) yang merupakan kelompok Islamis sebagaimana AKP, bahkan nama keduanya sebenarnya sama. Turki membela mati-matian kelompok Al-Ikhwan Al-Muslimun di Mesir meskipun kelompok itu tetap gagal mempertahankan kekuasaan setelah memperoleh durian runtuh dari proses jatuhnya Mubarak yang di sana peranan mereka dipertanyakan. Permusuhan Turki dengan rezim Mesir yang menjatuhkan pemerintahan Morsi bahkan dibawa hingga ke level kawasan dan dunia hingga saat ini. Turki juga mati-matian membela Qatar yang diisolasi oleh kwartet pimpinan Arab Saudi. Tanpa kehadiran militer Turki di doha dalam waktu cepat dan dalam jumlah sangat besar waktu itu, Qatar hampir bisa dipastikan mengalami nasib tragis. di Sudan, Turki juga mendukung agar rezim “Islamis” Umar Al-Basyir mampu bertahan dari tekanan protes rakyatnya dan militer meskipun akhirnya juga gagal. Konsistensi Turki untuk pasang dada membela sekutu Islamisnya terlihat jelas, dan mungkin hanya bisa ditandingi oleh konsistensi Iran dalam membela kekuatan-kekuatan dalam orbit Syiahnya di Timur Tengah.

Namun demikian, kesimpulan bahwa Turki adalah negara yang sangat ideologis dalam hubungan internasionalnya itu tak sepenuhnya benar. Negara ini dalam hubungan internasionalnya juga sangat pragmatis sebagaimana negara-negara lain pada umumnya. Turki hadir secara powerfull di Suriah Utara dan Irak Utara dengan dalihuntuk operasi keamanan wilayah perbatasannya dan memburu kelompok teroris daisy (ISIS). Pada praktiknya tidak sepenuhnya demikian, bahkan perhatian utama kelompok ini kemudian ditujukan pada kelompok-kelompok kekuatan etnis Kurdi yang sedang bertumbuh baik itu di Suriah maupun di Irak. Tanpa ancaman dari Turki, Kurdistan Irak mungkin sudah mendeklarasikan kemerdekaannya setelah menyelenggarakan referendum itu. di Libya, Turki juga tampak menolak proses perubahan sebab hubungan ekonomi Turki dengan negara itu sangat kuat. Sikap ini berbeda dengan dukungannya yang kuat terhadap protes rakyat yang terjadi di Tunisia, Suriah, Mesir, dan lainnya hingga membuatnya sempat sangat popular di kalangan masyatakat Arab. Popularitas Turki khususnya sang pemimpin besar, Recep T. erdogan, di masyarakat Arab juga mengalami penurunan tajam seiring keberpihakan negeri itu terhadap kelompok-kelompok tersebut dalam konflik di dunia Arab, menurunnya kapasitas Turki terutama di bidang ekonomi, dan cara erdogan memerintah negeri itu akhir-akhir ini yang makin diktaktor.

Sepak terjang Turki itu bisa dipahami sebagai hasil dari proses yang terjadi di dalam negeri negara itu dan dinamika konstalasi di kawasan. AKP, kelas menengah Anatolia, dan pos-Islamisme adalah pembahasan inti dari buku ini sekaligus merupakan kata kunci yang dibutuhkan untuk memahami dinamika dalam negeri dan juga sepak terjang luar negeri Turki selama dua dekade ini. Penulis perlu menambahkan faktor erdogan dalam konteks ini. Prestasi ekonomi yang sempat menjulang, wajah Islamis tetapi dibarengi dengan wajah pragmatisme dan oportunisme, bahkan realisme yang telanjang merupakan konsep-konsep yang pada tingkat tertentu dapat diterima untuk menafsirkan dinamika Turki kontemporer. dan semua itu, sekali lagi, jadi pusat pembahasan dalam buku ini. Saya tidak memperpanjang diskusi ini, dan hanya bisa mengucapkan selamat membaca dan mendiskusikan isi buku penting ini.

Kendal, November 2019


Ibnu Burdah

Penulis

Firmanda Taufiq - Firmanda Taufiq, S.S., M.A. lahir di Banyuwangi, 3 oktober 1993. Ia menyelesaikan studi S1-nya di UIN Maulana Malik Ibrahim Malang pada tahun 2015. Ia juga pernah nyantri di Pondok Pesantren Anwarul Huda, Karangbesuki, Malang, di bawah asuhan KH. Baidhowi Muslich. Pada tahun 2016, ia meneruskan studi S2- nya di Pascasarjana UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta pada Program Studi Interdisciplinary Islamic Studies konsentrasi Kajian Timur Tengah dan lulus pada tahun 2018, dengan tesis “Pos-Islamisme di Turki: Telaah Partai AKP dan Kelas Menengah Anatolia”. Saat ini ia men jadi penulis dan peneliti di bidang Islamic Studies dan Kajian Timur Tengah.

Daftar Isi

Sampul
Prakata
Prakata
Kata Pengantar
Daftar Isi
Prolog
Islam dalam Dinamika Politik Turki
     A. Dinamika Islam dan Demokrasi di Turki
     B. Turki; Dari Kemalisme ke Pos-Islamisme
     C. Pos-Islamisme, Negara, dan Kuasa Pemerintah
     D. Politik Turki dalam Pandangan Pos-Islamisme
Dinamika dan Transformasi AKP (Adalet ve Kalkinma Partisi)
     A. Dinamika AKP dalam Perpolitikan Turki
     B. Strategi dan Kebijakan AKP
     C. AKP sebagai Basis Gerakan Pos-Islamisme
Demokrasi Deliberatif Kelas Menengah Anatolia
     A. AKP dan Peran Kelas Menengah Anatolia
     B. Kebangkitan Masyarakat Kelas Menengah
     C. Kelas Menengah Anatolia sebagai Kelompok Islamis “Baru” Turki
Epilog
Daftar Pustaka
Indeks
Tentang Penulis