Tampilkan di aplikasi

Buku Jejak Pustaka hanya dapat dibaca di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.

Toleransi Antarumat Beragama di Papua

Pendidikan Karakter pada Peserta Didik di SDN Inpres 6.88 Perumnas 2 Kota Jayapura

1 Pembaca
Rp 70.000 16%
Rp 59.000

Patungan hingga 5 orang pembaca
Hemat beli buku bersama 2 atau dengan 4 teman lainnya. Pelajari pembelian patungan disini

3 Pembaca
Rp 177.000 13%
Rp 51.133 /orang
Rp 153.400

5 Pembaca
Rp 295.000 20%
Rp 47.200 /orang
Rp 236.000

Pembelian grup
Pembelian buku digital dilayani oleh penerbit untuk mendapatkan harga khusus.
Hubungi penerbit

Perpustakaan
Buku ini dapat dibeli sebagai koleksi perpustakaan digital. myedisi library

Toleransi merupakan karakter bangsa yang sangat berharga. la harus terus dipupuk ke dalam diri masyarakat Indonesia, terlebih pada masa sekarang. Toleransi antar umat beragama terjalin dengan baik di tengah pluralitas agama masyarakat Papua. Mereka hidup rukun meskipun berbeda agama. Belum pernah ditemukan insiden yang menunjukkan perilaku intoleransi antar umat beragama. Pembelajaran karakter toleransi penting dibiasakan sejak pendidikan dasar. Lembaga pendidikan merupakan sarana yang efektif dalam internalisasi nilai karakter toleransi antar umat beragama di kalangan peserta didik. Perbedaan agama di antara peserta didik bukanlah penghalang terciptanya harmonisasi dalam pergaulan dan sosialisasi sehari-seharl. Lembaga pendidikan berperan dalam penggalian dan penemuan nilai-nilai keagamaan setiap agama untuk dinternalisasikan ke dalam diri peserta didik agar mereka dapat saling mengenal tradisi agama orang lain.

Ikhtisar Lengkap   
Penulis: A. Arif Rofiki

Penerbit: Jejak Pustaka
ISBN: 9786235287119
Terbit: Januari 2022 , 172 Halaman

BUKU SERUPA













Ikhtisar

Toleransi merupakan karakter bangsa yang sangat berharga. la harus terus dipupuk ke dalam diri masyarakat Indonesia, terlebih pada masa sekarang. Toleransi antar umat beragama terjalin dengan baik di tengah pluralitas agama masyarakat Papua. Mereka hidup rukun meskipun berbeda agama. Belum pernah ditemukan insiden yang menunjukkan perilaku intoleransi antar umat beragama. Pembelajaran karakter toleransi penting dibiasakan sejak pendidikan dasar. Lembaga pendidikan merupakan sarana yang efektif dalam internalisasi nilai karakter toleransi antar umat beragama di kalangan peserta didik. Perbedaan agama di antara peserta didik bukanlah penghalang terciptanya harmonisasi dalam pergaulan dan sosialisasi sehari-seharl. Lembaga pendidikan berperan dalam penggalian dan penemuan nilai-nilai keagamaan setiap agama untuk dinternalisasikan ke dalam diri peserta didik agar mereka dapat saling mengenal tradisi agama orang lain.

Pendahuluan / Prolog

Kata Pengantar
Puji dan syukur ke hadirat Allah swt., karena berkat taufik dan hidayah-Nya, akhirnya penulisan buku Toleransi antarumat Beragama di Papua (Pendidikan Karakter pada Peserta Didik di SDN Inpres 6.88 Perumnas 2 Kota Jayapura) ini dapat segera dibaca dan ditelaah oleh para pemikir, pemerhati, pengembang, dan pelaksanaan pendidikan di sekolah, madrasah, maupun pendidikan tinggi. Sholawat dan salam semoga tercurahkan kepada Nabi Muhammad saw. beserta seluruh keluarga, sahabatnya yang telah menyampaikan petunjuk bagi umat manusia dengan ajaran demi tegaknya keadilan dan perdamaian di muka bumi ini.

Toleransi merupakan karakter bangsa yang sangat berharga. Ia harus terus dipupuk ke dalam diri masyarakat Indonesia, terlebih pada masa sekarang. Berbagai peristiwa yang terjadi di berbagai daerah karena faktor perbedaan suku, agama, ras, dan antargolongan menunjukkan semakin terkikisnya karakter toleransi di tengah masyarakat. Karakter toleransi dapat terkikis karena adanya sikap saling curiga di antara sesama anak bangsa. Pengikisan tersebut menyebabkan perilaku intoleransi yang ditandai oleh tidak adanya sikap saling menghargai satu dengan lainnya.

Usia SD (sekitar umur 6-12 tahun) merupakan tahap penting bagi pelaksanaan pendidikan karakter yang fundamental bagi kesuksesan perkembangan karakter peserta didik. Lingkungan pendidikan formal pertama yang dialami oleh anak adalah SD. Anak dikenalkan dan ditanamkan pertama kali secara formal nilainilai karakter bangsa agar menjadi pondasi kuat atas karakternya di masa mendatang. Pondasi kuat inilah yang menjadikan anak tumbuh, berkembang, dan memiliki kecerdasan otak, kebeningan hati, dan keterampilan anggota tubuh, atau diistilahkan lain dengan kecerdasan kognitif, afektif, dan psikomotoriknya.

Sekolah dapat berperan strategis dalam implementasi pendidikan nilai. Sebagai satuan pendidikan formal, sekolah berperan dalam internalisasi pengetahuan, nilai, dan keterampilan peserta didik agar memiliki kesadaran penuh pada pentingnya toleransi antarumat beragama demi terpeliharanya kerukunan dalam berbangsa dan beragama.

Pemerintah sudah selayaknya memberikan perhatian yang lebih dalam upaya penanaman nilai-nilai tersebut melalui jenjang pendidikan. Jenjang pendidikan yang dimaksudkan tidak hanya pada jenjang pendidikan tinggi, namun akan lebih maksimal manakala sudah dimulai sejak jenjang pendidikan dasar. Definisi pendidikan dasar disebutkan dalam Peraturan Pemerintah Nomor 17 Tahun 2010 pasal 1 ayat 7, bahwa:

Pendidikan dasar adalah jenjang pendidikan pada jalur pendidikan formal yang melandasi jenjang pendidikan menengah, yang diselenggarakan pada satuan pendidikan berbentuk Sekolah Dasar dan Madrasah Ibtidaiyah atau bentuk lain yang sederajat serta menjadi satu kesatuan kelanjutan pendidikan pada satuan pendidikan yang berbentuk Sekolah Menengah Pertama dan Madrasah Tsanawiyah, atau bentuk lain yang sederajat.

Peraturan pemerintah tersebut menunjukkan urgensi kedudukan pendidikan di SD, yakni menjadi dasar atau landasan bagi jenjang pendidikan formal selanjutnya. Kualitas nilai karakter peserta didik pada pendidikan menengah dan tinggi akan bergantung pada kemampuan dan keterampilan dasar yang dikembangkan di tingkat SD. Oleh karena itu, proses pendidikan nilai yang dilaksanakan harus bermakna untuk pembangunan karakter peserta didik.

Pembiasaan merupakan faktor penting dalam pendidikan karakter bertoleransi antarumat beragama peserta didik. Terma karakter diidentikkan oleh beberapa ahli dengan akhlak. Akhlak dapat dibentuk melalui pembiasaan agar terinternalisasi pengetahuan, tumbuhnya kesadaran, dan pelaksanaannya dalam bentuk tindakan peserta didik di kehidupan kesehariannya.

Pembiasaan tetap harus dilakukan, meskipun ada penolakan dan keterpaksaan peserta didik untuk melakukan perbuatan atau akhlak yang baik. Pembiasaan toleransi antarumat beragama yang terus menerus dilakukan akan berdampak positif pada diri peserta didik, yakni pemahaman tentang pentingnya hidup toleran di tengah keberagaman agama, sehingga akan tertanam kuam karakter toleransi antarumat beragama dalam dirinya.

Pembiasaan didasari oleh teori perubahan perilaku pengondisian klasik (classical conditioning) Ivan Pavlov, seorang tokoh aliran behaviorisme. Pembentukan reflek baru oleh peserta didik dapat terjadi dengan cara pemberian stimulus sebelum terjadinya reflek baru tersebut. Jadi pada dasarnya perilaku peserta didik dapat dibentuk dari respon-respon tertentu terhadap stimulus-stimulus tertentu yang berimplikasi pada peniruan peserta didik. Apabila diberi latihan-latihan, maka koneksi tersebut menjadi semakin kuat terinternalisasi ke dalam diri peserta didik. Untuk itu guru harus memberi keteladanan yang baik pada peserta didiknya.

Pembiasaan didasari pula oleh teori koneksionisme Thorndike. Teori ini berprinsip bahwa, pemberian stimulus akan berdampak pada reaksi individu berupa respon. Koneksi antara stimulus dengan respon akan menimbulkan kebiasaan-kebiasaan otomatis dalam belajar. Jadi pada dasarnya, perilaku peserta didik dapat dibentuk dari respon-respon tertentu terhadap stimulusstimulus tertentu yang berimplikasi pada peniruan peserta didik. Apabila pemberian latihan dilakukan terus menerus, maka koneksi tersebut menjadi semakin kuat terinternalisasi ke dalam diri peserta didik.

Anak di usia tersebut memiliki “rekaman” ingatan yang kuat dan kondisi kepribadian yang belum matang, sehingga rutinitas kebiasaan sehari-hari akan mudah terinternalisasi dalam karakter diri mereka. Oleh karena itu, pembiasaan merupakan metode yang efektif untuk diimplementasikan dalam pendidikan karakter bertoleransi antarumat beragama di fase awal proses pendidikan mereka (pendidikan dasar), sebelum berlanjut ke jenjang pendidikan selanjutnya.

Peserta didik tidak hanya sekedar belajar untuk mengetahui benar dan salah saja (moral knowing) melalui pembiasaan, akan tetapi mereka juga dapat merasakan (moral feeling) dan membedakan nilai baik dan buruk, serta bersedia untuk melakukannya (moral action). Perilaku karakter toleransi antarumat beragama yang tertanam melalui pembiasaan sulit untuk dihilangkan atau diubah dari diri peserta didik.

Tak lupa kami mengucapkan terima kasih kepada Editor yang telah mengkoreksi ulang hasil penelitian ini, sehingga menjadi buku yang layak terbit. Mudah-mudahan buku ini menjadi bahan pembelajaran yang berharga bagi para guru di sekolah/madrasah, pemerhati, pengembang, dan pelaksana pendidikan, serta peneliti toleransi antarumat beragama di Indonesia khususnya dan pembaca pada umumnya.

Demi sempurnanya buku ini, kami dengan senang hati akan menerima masukan dan kritik dari pembaca sekalian. Semoga Allah selalu memberikan taufiq dan hidayah-Nya kepada kita sekalian. Aamiin.

Jayapura, 13 Januari 2022
Penulis,

Dr. A. Arif Rofiki, M.Pd.I.

Penulis

A. Arif Rofiki - A. Arif Rofiki. Lahir di Ponorogo pada tanggal 1 Februari 1985 dari pasangan Abdul Azhar dan Pujiati. Menikah dengan Ana Faizati pada tanggal 28 Desember 2008. Menamatkan sekolah di SD Ma’arif tahun 1997. MTs. Al-Islam Joresan Ponorogo tahun 2000. MAK AlIslam Joresan Ponorogo tahun 2003. Melanjutkan pendidikan ke UIN Malang pada Fakultas Tarbiyah program studi Pendidikan Agama Islam dan lulus tahun 2007, program pascasarjana IAIN Sunan Ampel Surabaya pada program studi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah dan lulus tahun 2010, dan melanjutkan pendidikan di UIN Alauddin Makassar tahun 2017 sampai sekarang pada program studi Dirasah Islamiyah konsentrasi Pendidikan dan Keguruan.

Diangkat menjadi dosen tetap STAIN Al-Fatah Jayapura (sekarang IAIN Fattahul Muluk Papua) terhitung mulai tanggal 1 Januari 2011 sampai sekarang. Jabatan yang pernah dimanatkan di antaranya: Sekretaris Pusat Penjaminan Mutu (PPM) STAIN Al-Fatah Jayapura tahun 2014 sampai 2015, Kaprodi Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) STAIN Al-Fatah Jayapura tahun 2015 sampai 2018, Wakil Dekan Bidang Administrasi Umum, Perencanaan, dan Keuangan Fakultas Tarbiyah IAIN Fattahul Muluk Papua tahun 2019 sampai 2021, dan Wakil Dekan Bidang Akademik, Kemahasiswaan, dan Kerjasama Fakultas Tarbiyah IAIN Fattahul Muluk Papua tahun 2021 sampai sekarang.

Daftar Isi

Sampul Depan
Kata Pengantar
Daftar Isi
Relasi Antarumat Beragama Di Papua
     A. Kondisi Toleransi Antarumat Beragama
     B. Toleransi Antarumat Beragama di Lingkungan Sekolah
     C. Pentingnya Pendidikan Karakter Toleransi Antarumat Beragama pada Generasi Muda
Konsep Dan Pendidikan Karakter Toleransi
     A. Konsep Toleransi Antarumat Beragama
     B. Membentuk Karakter Toleransi
     C. Toleransi Beragama dalam Masyarakat Multikultural
     D. Pendidikan Karakter Bertoleransi Antarumat Beragama
Studi Kasus Pendidikan Karakter Toleransi Antarumat Beragama Di Sdn Inpres 6.88 Perumnas 2 Kota Jayapura
     A. Gambaran Umum SDN Inpres 6.88 Perumnas 2 Kota Jayapura
     B. Realitas Keragaman Karakter Peserta Didik di SDN Inpres 6.88 Perumnas 2 Kota Jayapura
     C. Ragam Strategi Pendidikan Karakter Bertoleransi antarumat Beragama pada Peserta Didik di SDN Inpres 6.88 Perumnas 2 Kota Jayapura
     D. Bentuk Implementasi Pendidikan Karakter Bertoleransi antarumat Beragama pada Peserta Didik melalui Kegiatan Sekolah di SDN Inpres 6.88 Perumnas 2 Kota Jayapura
     E. Hasil Implementasi Pendidikan Karakter Bertoleransi antarumat Beragama pada Peserta Didik di SDN Inpres 6.88 Perumnas 2 Kota Jayapura.
Daftar Pustaka
Daftar Riwayat Hidup Penulis
Sampul Belakang