Ikhtisar
Puisi yang baik akan selalu berhasil menciptakan kete gangan, semacam gangguan-gangguan terhadap realitas yang telah terlanjur dianggap mapan. Kita juga bisa mengatakan bahwa puisi seakan telah menanggung takdir untuk menjadi semacam subversi: ihwal yang selalu mengelak untuk mengatakan hal yang sama, konsep yang sama, cara pandang yang sama, sikap yang sama terhadap segala sesuatu yang umum, segala sesuatu yang ingin mengubah hidup menjadi begitu tertib, sistematik, dan definitif. Karena sifatnya itu, puisi yang baik kemudian dikenal dan memperkenalkan diri sebagai pemberontak.
Pendahuluan / Prolog
Pendahuluan
10 Gangguan awal yang diciptakan Iswadi Pratama melalui puisinya adalah gugatan terhadap konsep dan fungsi puisi itu sendiri. Seperti umum diketahui dan seakan sudah jadi semacam epidemi dalam tradisi puisi Indonesia modern, bahwa puisi seakan wajib membicarakan “konsep-konsep kehidupan yang besar”, bahwa puisi harus mengandung “wejangan, arahan-arahan tentang cara berkehidupan yang baik”, bahwa puisi harus berfungsi sebagai “suara kebenaran”, dan lain-lain.
Ada beban sosiologis yang berat pada fungsi puisi di sini. Belum cukup, melalui berbagai ‘kewajiban- kewajiban’ pada puisi di atas, puisi kemudian seakan hanya menjadi perpanjangan tangan dari celoteh moral, isme-isme politik, dan filsafat atau bahkan akrobatik estetika. Dalam sajaknya yang berjudul “Barangkali Puisi” Iswadi Pratama seakan menafikan, meski mungkin hanya untuk sementara, semua hal tersebut. Ia mengatakan hal yang berbeda.
Hal yang kemudian menyempal dari kecenderungan umum para penyair Indoensia “yang heroik” terhadap konsep dan fungsi puisinya. Ia berujar: “ barangkali puisi cuma sebuah taman di kota ini/di mana seseorang ingin pergi dan tak peduli//barangkali puisi cuma pertemuan singkat/ dengan segala yang lata dan berlalu cepat//barangkali puisi hanyalah pemabuk yang rindu masa muda/ terkapar di pintu kedai dihajar pemabuk lainnya//barangkali puisi juga sebuah siasat/untuk mengelak dari cemerlang terang// ke dalam gelap/ ke tulah kata.
Kita catat ada beberapa perumpamaan akan identitas puisi dalam sajak di atas: puisi sebagai 1) taman di sebuah kota, 2) pertemuan singkat dengan segala yang lata, 3) pemabuk, 4) sebuah siasat untuk mengelak dari cemerlang terang. Berarti ada dua perumpamaan terhadap definisi puisi, yaitu puisi sebagai ‘taman’ dan ‘pemabuk’. Juga dua peristiwa/kegiatan, yaitu ‘pertemuan singkat’ dan ‘siasat untuk mengelak dari terang’
Penulis
Iswadi Pratama - IswadiPratama , lahir di Tanjungkarang, 8 April 1971. Menulis puisi, prosa, esai, naskah drama juga aktif sebagai aktor dan sutradara sejak 1990. Tahun 1996 ia mendirikan Teater Satu Lampung bersama Imas Sobariah, dan telah mementaskan tidak kurang dari 50 naskah. Pernah mengikuti beberapa festival di dalam dan luar negeri untuk sastra dan teater, di antaranya Living Together (Teater Utan Kayu 2006), Wordstorm Festival (Darwin, 2007), Ubud Writer and Reader Festival’s 2008 (2012). Art Summit (2010).
Daftar Isi
Sampul
Daftar isi
Gangguan dan teguran lirih dari dunia iswadi sebuah pengantar
Dua seuntai
Selalu Kukatakan Padamu
Ritus
Perempuanku
Di Antara Suara Batuk
Melihat Pagi
Pertemuan
Di Ruang Tamu
Seorang yang Tergesa
Barangkali Puisi
Pulang
Misalnya Kita Bisa Menempuh Pagi
Lubuk Sajak
Laut
Cuaca
Amadeus: Lacrimossa
Sebuah Fantasi dari Modigliani
Lagu Pagi
Tak Ada Tatabahasa untuk Cinta
Ibu yang Berjanji
Alegori dan sejumlah percuma
Selalu Kukenang
Menantikanmu
Rumah
Sungai Silsilah
Fragmen
Selimut
Penjaga kebun
Penafsir
Hujan di Tanjungkarang
Asmara
Penyair
Gema
Dejavu
Menunggu kereta
Stanza
Ingatan
Fragmen-fragmen Tanjungkarang
Orangerie Theatre
Lanskap
Keledai
Kendi
Gunduk
Kurban
Hasrat
Jalan Setapak
Laut Pagi
Hermes
Variasi atas Dua Lanskap
Melankolia
Duka Cita Pagi Hari
Pohon Pohon Kersen
Ode bagi Sebuah Ilusi
Fraktal
Bapak
Pagi
Sore
Dongeng dan kisah-kisah yang menyempal
Dongeng Pepohonan
Hantu Pemangsa Kenangan
Kawan
Berlayar
Gadis Kecil dan Burung Biru
Drupadi
Madah
Kisah
Ucapan terimakasih
Tentang penyiar
Tentang Penulis Pengantar
Tentang Ilustrator/Pelukis