Tampilkan di aplikasi

Buku Nuansa Cendekia hanya dapat dibaca di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.

Harakah Haru

Sehimpun Puisi (1998 - 2015)

1 Pembaca
Rp 45.000

Patungan hingga 5 orang pembaca
Hemat beli buku bersama 2 atau dengan 4 teman lainnya. Pelajari pembelian patungan disini

3 Pembaca
Rp 135.000 13%
Rp 39.000 /orang
Rp 117.000

5 Pembaca
Rp 225.000 20%
Rp 36.000 /orang
Rp 180.000

Perpustakaan
Buku ini dapat dibeli sebagai koleksi perpustakaan digital. myedisi library

Puisi yang baik akan selalu berhasil menciptakan kete gangan, semacam gangguan-gangguan terhadap realitas yang telah terlanjur dianggap mapan. Kita juga bisa mengatakan bahwa puisi seakan telah menanggung takdir untuk menjadi semacam subversi: ihwal yang selalu mengelak untuk mengatakan hal yang sama, konsep yang sama, cara pandang yang sama, sikap yang sama terhadap segala sesuatu yang umum, segala sesuatu yang ingin mengubah hidup menjadi begitu tertib, sistematik, dan definitif. Karena sifatnya itu, puisi yang baik kemudian dikenal dan memperkenalkan diri sebagai pemberontak.

Ikhtisar Lengkap   
Penulis: Iswadi Pratama
Editor: Mathori A Elwa

Penerbit: Nuansa Cendekia
ISBN: 9786023502646
Terbit: Januari 2015 , 128 Halaman

BUKU SERUPA










Ikhtisar

Puisi yang baik akan selalu berhasil menciptakan kete gangan, semacam gangguan-gangguan terhadap realitas yang telah terlanjur dianggap mapan. Kita juga bisa mengatakan bahwa puisi seakan telah menanggung takdir untuk menjadi semacam subversi: ihwal yang selalu mengelak untuk mengatakan hal yang sama, konsep yang sama, cara pandang yang sama, sikap yang sama terhadap segala sesuatu yang umum, segala sesuatu yang ingin mengubah hidup menjadi begitu tertib, sistematik, dan definitif. Karena sifatnya itu, puisi yang baik kemudian dikenal dan memperkenalkan diri sebagai pemberontak.

Pendahuluan / Prolog

Pendahuluan
10 Gangguan awal yang diciptakan Iswadi Pratama melalui puisinya adalah gugatan terhadap konsep dan fungsi puisi itu sendiri. Seperti umum diketahui dan seakan sudah jadi semacam epidemi dalam tradisi puisi Indonesia modern, bahwa puisi seakan wajib membicarakan “konsep-konsep kehidupan yang besar”, bahwa puisi harus mengandung “wejangan, arahan-arahan tentang cara berkehidupan yang baik”, bahwa puisi harus berfungsi sebagai “suara kebenaran”, dan lain-lain.

Ada beban sosiologis yang berat pada fungsi puisi di sini. Belum cukup, melalui berbagai ‘kewajiban- kewajiban’ pada puisi di atas, puisi kemudian seakan hanya menjadi perpanjangan tangan dari celoteh moral, isme-isme politik, dan filsafat atau bahkan akrobatik estetika. Dalam sajaknya yang berjudul “Barangkali Puisi” Iswadi Pratama seakan menafikan, meski mungkin hanya untuk sementara, semua hal tersebut. Ia mengatakan hal yang berbeda.

Hal yang kemudian menyempal dari kecenderungan umum para penyair Indoensia “yang heroik” terhadap konsep dan fungsi puisinya. Ia berujar: “ barangkali puisi cuma sebuah taman di kota ini/di mana seseorang ingin pergi dan tak peduli//barangkali puisi cuma pertemuan singkat/ dengan segala yang lata dan berlalu cepat//barangkali puisi hanyalah pemabuk yang rindu masa muda/ terkapar di pintu kedai dihajar pemabuk lainnya//barangkali puisi juga sebuah siasat/untuk mengelak dari cemerlang terang// ke dalam gelap/ ke tulah kata.

Kita catat ada beberapa perumpamaan akan identitas puisi dalam sajak di atas: puisi sebagai 1) taman di sebuah kota, 2) pertemuan singkat dengan segala yang lata, 3) pemabuk, 4) sebuah siasat untuk mengelak dari cemerlang terang. Berarti ada dua perumpamaan terhadap definisi puisi, yaitu puisi sebagai ‘taman’ dan ‘pemabuk’. Juga dua peristiwa/kegiatan, yaitu ‘pertemuan singkat’ dan ‘siasat untuk mengelak dari terang’

Penulis

Iswadi Pratama - IswadiPratama , lahir di Tanjungkarang, 8 April 1971. Menulis puisi, prosa, esai, naskah drama juga aktif sebagai aktor dan sutradara sejak 1990. Tahun 1996 ia mendirikan Teater Satu Lampung bersama Imas Sobariah, dan telah mementaskan tidak kurang dari 50 naskah. Pernah mengikuti beberapa festival di dalam dan luar negeri untuk sastra dan teater, di antaranya Living Together (Teater Utan Kayu 2006), Wordstorm Festival (Darwin, 2007), Ubud Writer and Reader Festival’s 2008 (2012). Art Summit (2010).

Daftar Isi

Sampul
Daftar isi
Gangguan dan teguran lirih dari dunia iswadi sebuah pengantar
Dua seuntai
     Selalu Kukatakan Padamu
     Ritus
     Perempuanku
     Di Antara Suara Batuk
     Melihat Pagi
     Pertemuan
     Di Ruang Tamu
     Seorang yang Tergesa
     Barangkali Puisi
     Pulang
     Misalnya Kita Bisa Menempuh Pagi
     Lubuk Sajak
     Laut
     Cuaca
     Amadeus: Lacrimossa
     Sebuah Fantasi dari Modigliani
     Lagu Pagi
     Tak Ada Tatabahasa untuk Cinta
     Ibu yang Berjanji
Alegori dan sejumlah percuma
     Selalu Kukenang
     Menantikanmu
     Rumah
     Sungai Silsilah
     Fragmen
     Selimut
     Penjaga kebun
     Penafsir
     Hujan di Tanjungkarang
     Asmara
     Penyair
     Gema
     Dejavu
     Menunggu kereta
     Stanza
     Ingatan
     Fragmen-fragmen Tanjungkarang
     Orangerie Theatre
     Lanskap
     Keledai
     Kendi
     Gunduk
     Kurban
     Hasrat
     Jalan Setapak
     Laut Pagi
     Hermes
     Variasi atas Dua Lanskap
     Melankolia
     Duka Cita Pagi Hari
     Pohon Pohon Kersen
     Ode bagi Sebuah Ilusi
     Fraktal
     Bapak
     Pagi
     Sore
Dongeng dan kisah-kisah yang menyempal
     Dongeng Pepohonan
     Hantu Pemangsa Kenangan
     Kawan
     Berlayar
     Gadis Kecil dan Burung Biru
     Drupadi
     Madah
     Kisah
Ucapan terimakasih
Tentang penyiar
Tentang Penulis Pengantar
Tentang Ilustrator/Pelukis