Tampilkan di aplikasi

Buku Nuansa Cendekia hanya dapat dibaca di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.

Dari Pulau Buru Sampai ke Mekah

Sebuah Catatan Tragedi 1965

1 Pembaca
Rp 57.000 15%
Rp 48.450

Patungan hingga 5 orang pembaca
Hemat beli buku bersama 2 atau dengan 4 teman lainnya. Pelajari pembelian patungan disini

3 Pembaca
Rp 145.350 13%
Rp 41.990 /orang
Rp 125.970

5 Pembaca
Rp 242.250 20%
Rp 38.760 /orang
Rp 193.800

Perpustakaan
Buku ini dapat dibeli sebagai koleksi perpustakaan digital. myedisi library

Empat puluh tahun sudah berlalu sejak terjadinya Peristiwa 65 yang sangat mengerikan itu. Tetapi sampai sekarang masih belum ada penyelesaian terhadap orang-orang yang telah dikorbankan menjadi tumbal terbentuknya sistem ekonomi dunia baru, seperti yang sekarang kita kenal sebagai imperialisme global di bawah kepemimpinan tunggal Amerika Serikat.

Berbagai usaha dan berbagai perjuangan sudah dilakukan. Hampir semua kekuatan demokrasi di tanah air bekerja keras selama lebih dari delapan tahun untuk memperjuangkan adanya keadilanbagi penyelesaian apa yang disebut Peristiwa G-30-S. Seminar, simposium, class action bahkan sampai diundangkannya Undang-Undang KKR dan dipilihnya 42 calon anggota KKR.

Berbagai tulisan, artikel tentang peristiwa 65 itu sudah banyak diungkap di dalam berbagai media, baik cetak maupun elektronik dan bahkan buku yang mengangkat masalah yang sama sudah banyak beredar, termasuk hasil penelitian dan pembokaran kuburan massal korban “holocoust” yang dilakukan rezim Orde Baru, tetapi pemerintah bergeming dengan sikapnya yang seolah-olah mau melupakan Peristiwa G-30-S yang dahsyat itu. Bahkan pemerintah lebih mengutamakan penyelesaian damai dengan GAM yang sudah jelas melakukan pemberontakan terhadap pemerintah sah RI, selama belasan dan bahkan puluhan tahun.

Dari sekian banyak artikel, tulisan dan buku-buku yang sudah terbit tentang Peristiwa 65, penulis mencoba menambah khasanah sejarah Indonesia yang kelam ini dengan sebuah catatan tragedi 65 yang diberi judul Dari Pulau Buru Sampai ke Mekah, dengan harapan anak cucu penulis khususnya, dan generasi muda bangsa Indonesia pada umumnya, memahami tentang betapa dahsyatnya peristiwa tersebut terhadap manusia dan kemanusiaan.

Ikhtisar Lengkap   
Penulis: H. Suparman
Editor: Agus Salim

Penerbit: Nuansa Cendekia
ISBN: 9786023503209
Terbit: September 2006 , 345 Halaman

BUKU SERUPA










Ikhtisar

Empat puluh tahun sudah berlalu sejak terjadinya Peristiwa 65 yang sangat mengerikan itu. Tetapi sampai sekarang masih belum ada penyelesaian terhadap orang-orang yang telah dikorbankan menjadi tumbal terbentuknya sistem ekonomi dunia baru, seperti yang sekarang kita kenal sebagai imperialisme global di bawah kepemimpinan tunggal Amerika Serikat.

Berbagai usaha dan berbagai perjuangan sudah dilakukan. Hampir semua kekuatan demokrasi di tanah air bekerja keras selama lebih dari delapan tahun untuk memperjuangkan adanya keadilanbagi penyelesaian apa yang disebut Peristiwa G-30-S. Seminar, simposium, class action bahkan sampai diundangkannya Undang-Undang KKR dan dipilihnya 42 calon anggota KKR.

Berbagai tulisan, artikel tentang peristiwa 65 itu sudah banyak diungkap di dalam berbagai media, baik cetak maupun elektronik dan bahkan buku yang mengangkat masalah yang sama sudah banyak beredar, termasuk hasil penelitian dan pembokaran kuburan massal korban “holocoust” yang dilakukan rezim Orde Baru, tetapi pemerintah bergeming dengan sikapnya yang seolah-olah mau melupakan Peristiwa G-30-S yang dahsyat itu. Bahkan pemerintah lebih mengutamakan penyelesaian damai dengan GAM yang sudah jelas melakukan pemberontakan terhadap pemerintah sah RI, selama belasan dan bahkan puluhan tahun.

Dari sekian banyak artikel, tulisan dan buku-buku yang sudah terbit tentang Peristiwa 65, penulis mencoba menambah khasanah sejarah Indonesia yang kelam ini dengan sebuah catatan tragedi 65 yang diberi judul Dari Pulau Buru Sampai ke Mekah, dengan harapan anak cucu penulis khususnya, dan generasi muda bangsa Indonesia pada umumnya, memahami tentang betapa dahsyatnya peristiwa tersebut terhadap manusia dan kemanusiaan.

Pendahuluan / Prolog

Pengantar
Empat puluh tahun sudah berlalu sejak terjadinya Peristiwa 65 yang sangat mengerikan itu. Tetapi sampai sekarang masih belum ada penyelesaian terhadap orang-orang yang telah dikorbankan menjadi tumbal terbentuknya sistem ekonomi dunia baru, seperti yang sekarang kita kenal sebagai imperialisme global di bawah kepemimpinan tunggal Amerika Serikat.

Berbagai usaha dan berbagai perjuangan sudah dilakukan. Hampir semua kekuatan demokrasi di tanah air bekerja keras selama lebih dari delapan tahun untuk memperjuangkan adanya keadilan bagi penyelesaian apa yang disebut Peristiwa G-30-S. Seminar, simposium, class action bahkan sampai diundangkannya Undang- Undang KKR dan dipilihnya 42 calon anggota KKR.

Berbagai tulisan, artikel tentang peristiwa 65 itu sudah banyak diungkap di dalam berbagai media, baik cetak maupun elektronik dan bahkan buku yang mengangkat masalah yang sama sudah banyak beredar, termasuk hasil penelitian dan pembokaran kuburan massal korban “holocoust” yang dilakukan rezim Orde Baru, tetapi pemerintah bergeming dengan sikapnya yang seolah-olah mau melupakan Peristiwa G-30-S yang dahsyat itu.

Bahkan pemerintah lebih mengutamakan penyelesaian damai dengan GAM yang sudah jelas melakukan pemberontakan terhadap pemerintah sah RI, selama belasan dan bahkan puluhan tahun. Dari sekian banyak artikel, tulisan dan buku-buku yang sudah terbit tentang Peristiwa 65, penulis mencoba menambah khasanah sejarah Indonesia yang kelam ini dengan sebuah catatan tragedi 65 yang diberi judul Dari Pulau Buru Sampai ke Mekah, dengan harapan anak cucu penulis khususnya, dan generasi muda bangsa Indonesia pada umumnya, memahami tentang betapa dahsyatnya peristiwa tersebut terhadap manusia dan kemanusiaan.

Tidak sedikit para korban, atau barangkali lebih tepatnya, para survivor , yang sampai hari ini masih tetap bertahan dalam penderitaan hidup, memikul beban stigma G-30-S, masih mengharapkan adanya penyelesaian politik dalam bentuk rehabilitasi dan kompensasi seperti juga yang diperoleh oleh bekas-bekas anggota GAM. Terbitnya buku ini melalui pergulatan batin penulis yang panjang. Sebenarnya naskah ini sudah ditulis sejak mulai bergulirnya gerakan reformasi tahun 1998.

Tapi penulis masih tetap ragu antara ya dan tidak. Antara diterbitan dan tidak diterbitkan. Tetapi berkat dorongan sahabat-sahabat dekat yang pernah membaca naskah awal buku ini, terutama Ramadhan K.H., selalu mendesak agar naskah ini segera diterbitkan. Untuk itu saya mengucapkan beribu-ribu terimaskasih kepada beliau yang telah memberi semangat kepada saya untuk menerbitkan buku ini. Hanya sayangnya pada saat buku ini menjelang cetak, beliau telah meninggalkan kita untuk selama- lamanya pada hari Kamis, tanggal 16 Maret 2006, di Cape Town Afrika Selatan, inalillâhi wa inâ illaihi râji‘ûn . Kita berasal dari Allah dan kepada Allah-lah kita akan dikembalikan.” Semoga arwah beliau men dapat tempat yang layak di sisi Allah subhânahu wa ta‘âlâ.

Juga tidak lupa kepada Mas Harsutejo, seorang spesialis penulis Peristiwa G-30-S, yang telah membantu mencarikan penerbit dan memberi alamat Penerbit Nuansa Cendekia Bandung. Saya meng ucapkan banyak terimakasih atas segala bantuan dan jerih payahnya. Pada awalnya buku ini diberi judul “Saksi Bisu dari Pulau Buru”. Tapi setelah Dr. Asvi Warman Adam, seorang peneliti utama LIPI membaca naskah buku ini, beliau menyarankan agar naskah tersebut dilanjutkan dengan pengalaman batin hidup penulis sesudah dibebaskan, maka buku ini akhirnya diberi judul Dari Pulau Buru Sampai ke Mekah, sesuai dengan anjuran dan saran beliau.

Atas segala jerih payah beliau yang telah meluangkan waktu, di tengah-tengah kesibukannya yang begitu padat. Melalui beberapa E-mail, beliau memberikan masukan amat berharga di tengah proses editing buku ini. Penulis mengucapkan terimakasih sebesar- besarnya kepada Dr. Asvi Warman Adam yang telah mem perkuat spirit perjuangan hidup saya untuk memanfaatkan sisa hidup ini bagi kepentingan generasi muda dan bangsa Indonesia yang kita cintai ini.

Kepada al-mukarram Bapak Asep Zamzam Noor, seorang pelukis, seniman, dan budayawan terkemuka, yang lahir dan dibesarkan dari lingkungan Pondok Pesantren Cipasung, Tasikmalaya, yang sangat terkenal di tanah air kita, saya meng ucapkan terimakasih atas sambutannya. Membaca naskah beliau, perasaan saya menjadi galau, bersatu menjadi saatu, antara ter sanjung, rasa terimakasih, malu dan rasa haru yang tak terperikan. Apakah pantas saya ini, sebagai manusia yang bukan apa-apa dan bukan siapa-siapa memperoleh apresiasi yang begitu tinggi? Kepada penerbit juga tidak lupa saya mengucapkan terimaksih sebesar-besarnya, karena ternyata untuk menerbitkan buku yang berkaitan dengan G-30-S tidak semudah membalikkan tangan.

Sebelumnya, penulis sudah berkeliling dari satu penerbit ke penerbit lain, tapi hanya Penerbit Nuasa Cendekia-lah yang dengan spontan menerima naskah tersebut untuk diterbitkan. Sekali lagi saya meng - ucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada penerbit Nuansa Cendikia, khususnya kepada Bapak Mathori dan Bapak Taufan Hidayat.

Dan last but not least, buku ini tentu saja jauh daripada sempurna. Masih banyak kekurangan dan kelemahan, baik dari segi teknis redaksionalnya maupun dari segi bobot isinya. Dan yang pasti buku ini akan berbeda dari versi buku-buku sejenis lainnya, karena buku ini merupakan catatan batin penulis, yang tentu saja akan berbeda pengalaman dan persespsinya terhadap setiap masalah yang dialaminya. Untuk itu penulis mohon maaf sebesar-besarnya.

Sekian dan terimakasih

Daftar Isi

Sampul
Pak Haji dari Pulau Buru
Sejarah dan RekonsiliasiKultural: Pandangan Pesantren
Pengantar Penulis
Daftar Isi
Prolog
Misteri Bulan Oktober
Sel Denpom
Kamsing Kebon Waru
11 Maret 1966
Santiaji
Perselingkuhan
Perceraian
Nusakambangan
Selamat Tinggal Kelaparan
Pulau Buru
Unit 4 Savanajaya
Kerja Paksa dan Kematian
Kuli Pelabuhan
Si Kancil
Menu Makanan Tapol
Keluarga Tapol
“Pemberontakan?”
Palang Merah Internasional
Coro Alias Cecunguk
Operasi Mental
Klangenan
Selamat Tinggal Pulau Buru
Merapat di Tanjung Priok
“Your are Smarterthen You Think”
Masalah Keluarga
Hijrah ke Tasikmalaya
Menuju Tanah Suci
Indeks