Tampilkan di aplikasi

Buku Peneleh hanya dapat dibaca di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.

Teori Ketundukan

Gugatan Terhadap Agency Theory

1 Pembaca
Rp 118.500 15%
Rp 100.725

Patungan hingga 5 orang pembaca
Hemat beli buku bersama 2 atau dengan 4 teman lainnya. Pelajari pembelian patungan disini

3 Pembaca
Rp 302.175 13%
Rp 87.295 /orang
Rp 261.885

5 Pembaca
Rp 503.625 20%
Rp 80.580 /orang
Rp 402.900

Pembelian grup
Pembelian buku digital dilayani oleh penerbit untuk mendapatkan harga khusus.
Hubungi penerbit

Perpustakaan
Buku ini dapat dibeli sebagai koleksi perpustakaan digital. myedisi library

Buku ini mengajak kita untuk meletakkan tradisi, khususnya nilai-nilai yang melandasinya, sebagai dasar dan bahkan mahkota pembangunan ilmu. Agency Theory (AT), sebuah teori sosiologi yang menjadi landasan konstruksi relasi manusia, tak ubahnya teknologi serupa di atas.

Menariknya, nilai egoistis pada AT yang jelas-jelas tidak cocok dengan nilai-nilai Timur yang kita anut, justru menjadi arus utama diskursus, khususnya pada ilmu akuntansi. Melalui pendidikan, terjadi pergeseran yang berkesinambungan menuju modernitas. Buku ini mengajak kita untuk mempertanyakan kembali bagaimana masa depan peradaban Islam, bahkan bagaimana masa depan Tuhan sendiri, jika ini dibiarkan terus berlangsung.

Buku ini secara gamblang melakukan gugatan terhadap AT yang turut serta membentuk akuntansi modern. Positive accounting theory yang menjadi landasan pengembangan utama teori-teori akuntansi modern dikembangkan dari agency theory. Dengan kata lain, AT menjadi induk dari seluruh konsep dan teori akuntansi. Landasan fundamental dalam AT ini menegasikan Tuhan sebagai ultimate reality, nilai, etika serta moral.

Karena hal tersebut serta adanya konsekuensi logis di atas, maka AT perlu untuk digantikan dengan teori lain yang nantinya akan menjadi ruh akuntansi yang lebih baik dengan menengok kembali bagian dari “tradisionalitas” yang telah lama ditinggalkan. Gunungan wayang adalah warisan budaya yang digunakan untuk membangun suatu teori baru untuk menggantikan AT. Gunungan wayang memiliki pertalian yang erat dengan pengetahuan mengenai Esensi. Setiap gambar melukiskan sebuah perjalanan panjang dalam beberapa tingkatandalam rangka penelusuran jati diri manusia sebagai ciptaan dari Sang Pencipta.

Buku ini merupakan buku keempat yang diterbitkan oleh Yayasan Rumah Peneleh. Buku pertama adalah “HOS Tjokroaminoto: Jejak dan Perjuangan” yang diterbitkan bekerjasama dengan Galang Press; disusul oleh “Metodologi Penelitian Kualitatif: Pengantar Religiositas Keilmuan”, dan “Gula untuk Rakyat (?)”. Sejak 2016, Yayasan Rumah Peneleh telah secara mandiri menjadi penerbit resmi yang mempublikasikan bukubuku dengan semangat kebangsaan dan religiositas yang sama. Kita harus bangga akan jati diri kita. Local wisdom bukanlah local foolishness.

Ikhtisar Lengkap   
Penulis: Iwan Triyuwono / Amelia Indah Kusdewanti / Ali Djamhuri
Editor: Ari Kamayanti

Penerbit: Peneleh
ISBN: 9786027419728
Terbit: April 2016 , 273 Halaman

BUKU SERUPA










Ikhtisar

Buku ini mengajak kita untuk meletakkan tradisi, khususnya nilai-nilai yang melandasinya, sebagai dasar dan bahkan mahkota pembangunan ilmu. Agency Theory (AT), sebuah teori sosiologi yang menjadi landasan konstruksi relasi manusia, tak ubahnya teknologi serupa di atas.

Menariknya, nilai egoistis pada AT yang jelas-jelas tidak cocok dengan nilai-nilai Timur yang kita anut, justru menjadi arus utama diskursus, khususnya pada ilmu akuntansi. Melalui pendidikan, terjadi pergeseran yang berkesinambungan menuju modernitas. Buku ini mengajak kita untuk mempertanyakan kembali bagaimana masa depan peradaban Islam, bahkan bagaimana masa depan Tuhan sendiri, jika ini dibiarkan terus berlangsung.

Buku ini secara gamblang melakukan gugatan terhadap AT yang turut serta membentuk akuntansi modern. Positive accounting theory yang menjadi landasan pengembangan utama teori-teori akuntansi modern dikembangkan dari agency theory. Dengan kata lain, AT menjadi induk dari seluruh konsep dan teori akuntansi. Landasan fundamental dalam AT ini menegasikan Tuhan sebagai ultimate reality, nilai, etika serta moral.

Karena hal tersebut serta adanya konsekuensi logis di atas, maka AT perlu untuk digantikan dengan teori lain yang nantinya akan menjadi ruh akuntansi yang lebih baik dengan menengok kembali bagian dari “tradisionalitas” yang telah lama ditinggalkan. Gunungan wayang adalah warisan budaya yang digunakan untuk membangun suatu teori baru untuk menggantikan AT. Gunungan wayang memiliki pertalian yang erat dengan pengetahuan mengenai Esensi. Setiap gambar melukiskan sebuah perjalanan panjang dalam beberapa tingkatandalam rangka penelusuran jati diri manusia sebagai ciptaan dari Sang Pencipta.

Buku ini merupakan buku keempat yang diterbitkan oleh Yayasan Rumah Peneleh. Buku pertama adalah “HOS Tjokroaminoto: Jejak dan Perjuangan” yang diterbitkan bekerjasama dengan Galang Press; disusul oleh “Metodologi Penelitian Kualitatif: Pengantar Religiositas Keilmuan”, dan “Gula untuk Rakyat (?)”. Sejak 2016, Yayasan Rumah Peneleh telah secara mandiri menjadi penerbit resmi yang mempublikasikan bukubuku dengan semangat kebangsaan dan religiositas yang sama. Kita harus bangga akan jati diri kita. Local wisdom bukanlah local foolishness.

Pendahuluan / Prolog

Prawacana Penerbit
Apakah yang kita sebut modern dan apa yang tradisional? Dalam cara pandang Barat, modernitas adalah suatu progresivitas yang pasti benar, sedangkan tradisionalitas hanyalah kenangan indah yang cukup kita nikmati tapi perlu ditinggalkan; sesekali bolehlah dikunjungi untuk euforia akar-rumput sesaat. Jika mind-set seperti ini dimiliki oleh para pemuda penerus, maka jati diri bangsa dapat dipastikan akan segera musnah.

Apa pentingnya tradisionalitas? Sebuah tradisi jelas berawal dari nilai-nilai yang dianut dan diyakini benar. Di Indonesia, nilai-nilai ketimuran yang sangat sarat keakraban komunal, spiritualitas, dan kearifan, banyak mewarnai cara hidup termasuk cara memaknai dan membangun pengetahuan. Sayangnya, modernitas menggulung tradisi dengan melakukan by-pass atas telaah nilai, dan langsung mengerucut pada penggantian praktik-praktik yang bersifat teknis. Kemyamanan teknologi ini pulalah yang pada akhirnya melenakan dan semakin menjauhkan diri dari nilai asali, perlahan tergantikan oleh nilai egoistis yang terbungkus teknologi.

Buku ini mengajak kita untuk meletakkan tradisi, khususnya nilai-nilai yang melandasinya, sebagai dasar dan bahkan mahkota pembangunan ilmu. Agency Theory (AT), sebuah teori sosiologi yang menjadi landasan konstruksi relasi manusia, tak ubahnya teknologi serupa di atas. Menariknya, nilai egoistis pada AT yang jelas-jelas tidak cocok dengan nilai-nilai Timur yang kita anut, justru menjadi arus utama diskursus, khususnya pada ilmu akuntansi. Melalui pendidikan, terjadi pergeseran yang berkesinambungan menuju modernitas. Buku ini mengajak kita untuk mempertanyakan kembali bagaimana masa depan peradaban Islam, bahkan bagaimana masa depan Tuhan sendiri, jika ini dibiarkan terus berlangsung.

Buku ini secara gamblang melakukan gugatan terhadap AT yang turut serta membentuk akuntansi modern. Positive accounting theory yang menjadi landasan pengembangan utama teori-teori akuntansi modern dikembangkan dari agency theory. Dengan kata lain, AT menjadi induk dari seluruh konsep dan teori akuntansi. Landasan fundamental dalam AT ini menegasikan Tuhan sebagai ultimate reality, nilai, etika serta moral.

Karena hal tersebut serta adanya konsekuensi logis di atas, maka AT perlu untuk digantikan dengan teori lain yang nantinya akan menjadi ruh akuntansi yang lebih baik dengan menengok kembali bagian dari “tradisionalitas” yang telah lama ditinggalkan. Gunungan wayang adalah warisan budaya yang digunakan untuk membangun suatu teori baru untuk menggantikan AT. Gunungan wayang memiliki pertalian yang erat dengan pengetahuan mengenai Esensi. Setiap gambar melukiskan sebuah perjalanan panjang dalam beberapa tingkatandalam rangka penelusuran jati diri manusia sebagai ciptaan dari Sang Pencipta.

Gunungan tercipta dalam peradaban Jawa yang memiliki nilai religiositas yang amat tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa sebenarnya dalam pengetahuan Esensi yang terjawantahkan dalam gunungan, terkandung asal-muasal nilai sebagai sentrum utama dalam pembentukan, ide, serta simbol, dan menjadi budaya. Tatanan nilai yang melingkuinya berasal dari nilai ilahiah yang pada akhirnya menjadi antitesis dari materialisme modern yang dibawa oleh AT.

Teori Ketundukan yang ditawarkan penulis merupakan suatu jalan menuju tujuan utama, yakni beribadah, tunduk, serta kembali kepadaNya dengan kesadaran utuh yang muncul karena eksistensi kehadiranNya (sebagai ontologi). Oleh karena itulah buku ini adalah buku yang selaras dengan jiwa Yayasan Rumah Peneleh untuk selalu membangkitkan kesadaran kebangsaan dan religiositas.

Yayasan Rumah Peneleh Rumah Peneleh adalah rumah gerakan yang didedikasikan untuk penggodokan ide dan upaya-upaya perubahan sosial kebudayaan menuju peradaban nusantara yang berketuhanan, adil, makmur, dan sejahtera. Nama “Rumah Peneleh” merujuk pada rumah HOS Tjokroaminoto, raja Jawa tanpa mahkota, tokoh sentral Syarikat Islam (SI), di jalan Peneleh Surabaya. Di rumah tersebut berkumpul anak-anak muda dan tokoh-tokoh pergerakan, yang berdialektika dalam dialog keislaman dan kebangsaan dengan visi memerdekakan nusantara dari penjajahan dunia. Mereka adalah H. Agoes Salim, Abdoel Moeis, K.H. Wahab Hasbullah, K.H. Ahmad Dahlan, K.H Mas Mansoer, A.M. Sangaji, Abikoesno Tjokrosoejoso, Soerjo Pranoto, Soekarno, RM. Kartosoewirjo, HAMKA, Semaoen, dan lain-lain. Rumah Peneleh telah resmi berbadan hukum dengan akte Yayasan Rumah Peneleh, no 64, tanggal 26 Oktober 2015 (notaris Fauzi Agus SH) dan SK Menkunham nomor AHU-0021449.AH.01.04 (6 November 2015).

Buku ini merupakan buku keempat yang diterbitkan oleh Yayasan Rumah Peneleh. Buku pertama adalah “HOS Tjokroaminoto: Jejak dan Perjuangan” yang diterbitkan bekerjasama dengan Galang Press; disusul oleh “Metodologi Penelitian Kualitatif: Pengantar Religiositas Keilmuan”, dan “Gula untuk Rakyat (?)”. Sejak 2016, Yayasan Rumah Peneleh telah secara mandiri menjadi penerbit resmi yang mempublikasikan bukubuku dengan semangat kebangsaan dan religiositas yang sama. Kita harus bangga akan jati diri kita. Local wisdom bukanlah local foolishness.

Jika bukan kita, siapa lagi yang akan menghargai diri kita sendiri? Semoga buku ini mampu membakar kembali semangat “pulang ke rumah asali”, ke Indonesia dengan seluruh kekayaan ilmunya. Selamat membaca.

Penulis

Iwan Triyuwono - Iwan Triyuwono adalah Guru Besar di bidang akuntansi syariah serta perintis lahirnya akuntansi multiparadigma di Indonesia. Lahir di Bangkalan pada 30 Juni 1961, Iwan menyelesaikan pendidikan S1 di Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya, menempuh pendidikan Master of Economic (M.Com) di Macquarie University, serta program Doktor (Ph.D) di University of Wollongong, Australia, . Beberapa buku yang pernah ditulisnya antara lain Organisasi dan Akuntansi Syariah; Akuntansi Syariah: Memformulasikan Konsep Laba dalam Konteks Metafora Zakat (sebagai co-author); Akuntansi Ekuitas dalam Narasi Kapitalisme, Sosialisme, dan Islam (sebagai co-author); Laba Humanis (co-author), Akuntansi Syariah: Perspektif, Metodologi, dan Teori, Filsafat Akuntansi, serta menuliskan berbagai macam artikel ilmiah di jurnal nasional dan internasional. Penulis yang juga merupakan dosen tetap Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya ini juga menjabat sebagai pemimpin editor Jurnal Akuntansi Multiparadigma (JAMAL). Pengembangan keilmuan akuntansi multiparadiga di Indonesia beliau wujudkan dengan membentuk serta memimpin sebuah organisasi profesi yang memiliki komitmen mengangkat akuntansi dalam perspektif budaya, spiritual, dan religiositas yang bernama Masyarakat Akuntansi Multiparadigma Indonesia.
Amelia Indah Kusdewanti - Amelia Indah Kusdewanti lahir di Malang pada tanggal 15 Agustus 1989. Ia adalah seorang alumni Madrasah Aliyah Negeri 1 Malang pada tahun 2007. Ia menyelesaikan pendidikan sarjana (S1) jurusan akuntansi di Universitas Negeri Malang pada tahun 2011 dan menyelesaikan pendidikan Magister Sains Akuntansi (S2) pada tahun 2016 di Universitas Brawijaya. Ia aktif dalam berbagai kegiatan organisasi. Sejak tahun 2012 hingga sekarang ia aktif sebagai tim manajemen dalam pengelolaan Jurnal Akuntansi Multiparadigma yang diterbitkan oleh Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya dan Masyarakat Akuntansi Multiparadigma Indonesia serta terlibat dalam pengelolaan Jurnal IMANENSI (Ekonomi, Akuntansi, dan Manajemen Islam) yang diterbitkan oleh Forum Dosen Ekonomi dan Bisnis Islam. Ia tergabung pula sebagai Dewan Pengurus Wilayah Jawa Timur Forum Dosen Ekonomi dan Bisnis Islam (FORDEBI)serta Masyarakat Akuntansi Multiparadigma Indonesia.
Ali Djamhuri - Ali Djamhuri lahir di Pemalang, 20 Agustus 1958. Penulis menamatkan pendidikan S1 di Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi Universitas Gadjah Mada, Master of Commerce of Accounting di University of Wollongong,serta menyelesaikan program doktor (Ph.D) di University Sains Malaysia. Saat ini penulis aktif sebagai Dosen Jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Brawijaya. Ali juga aktif sebagai konsultan pada organisasi sektor publik di berbagai daerah, serta sebagai partner pada kantor akuntan publik. Penulis juga telah menulis artikel ilmiah di berbagai jurnal nasional dan internasional. Salah satu buku yang pernah dipublikasikan berjudul Indonesian Government Accounting Reform: A Case Study of Governmental Accounting and Budgeting Reform at Local Authority in Indonesia, diterbitkan oleh Lambert Publishing, Jerman.

Daftar Isi

Sampul
Prawacana Penerbit
Daftar Isi
Bab I Penjara Agency Theory
     1.1. Pengantar
     1.2. Penjara Kesadaran
     1.3. Penjara (Keter)Hubungan
     1.4. Penjara Ilmiah
     1.5. Jalan Pembebasan
     1.6. Motivasi Penelitian
Bab II Mengembalikan Ilmu Sebagai Jalan Cinta-Nya
     2.1. Pengantar
     2.2. Seni dan Keindahan yang Melampaui
     2.3. Pendekatan Penelitian
     2.4. Wayang dan Gunungan Wayang
     2.5. Jalan Pencarian “Kesempurnaan” Gunungan Wayang
     2.6. Esensi dan Realitas pada Gunungan Wayang (Medan Ontologis)
     2.7. Perenungan Kosmologi
     2.8. Perjalanan Ruhaniah (Jalan Kematian) Pembuka Tabir
     2.9. Ringkasan
Bab III Diskursus, Retorika, Dan Pembentukan Realitas
     3.1. Pengantar
     3.2. Diskursus dan Retorika Kontraktual(isme)
     3.3. Diskursus dan Retorika Ekuilibrium
     3.4. Pembentukan Kesadaran dan Realitas oleh Agency Theory
     3.5. Kritik atas Pembentukan Realitas dan Kesadaran
     3.6. Ringkasan
Bab IV Fase Pertama, Fana
     4.1. Kematian Jiwa Akuntansi
     4.2. Mengganti Dimensi Ontologi dalam Pancaran Realitas Tertinggi
     4.3. “Kematian” Diri
     4.4. Ringkasan
Bab V Fase Kedua, Menapak Jalan “Kematian”
     5.1 Menapak Jalan “Kematian”
     5.2 Eksistensi “Gunung” dan “Pohon”
     5.3 Jiwa “keterhubungan
     5.4 Jiwa Akuntansi dalam Keterhubungan
     5.5 Eksistensi Akuntansi dalam “Jiwa Keterhubungan.”
     5.6 Ringkasan
Bab VI Mematikan “Diri”
     6.1 Sebuah “Perjalanan”
     6.2 Makna “kematian”
     6.3 Metode “Bunuh Diri”
     6.4 Mematikan Jiwa Akuntansi
     6.5 Ringkasan
Bab VII Ketiadaan Yang Sebenar Benarnya Ada
     7.1 Makna Ketiadaan dalam Ada
     7.2 Ketiadaan Jiwa dalam Bingkai Ontologis
     7.3 Jiwa Akuntansi dalam “Ketiadaan”
     7.4 Ringkasan
Bab VIII Jiwa Akuntansi Dalam Cinta Dan Keindahan
     8.1 Keindahan yang Melampaui
     8.2 Asumsi Ketundukan
     8.3 Teori Ketundukan: State of the Art
     8.4 Penjelasan Prinsip-prinsip Teori Ketundukan
     8.5 Agency Theory vis a vis Teori Ketundukan
     8.6 Ringkasan
Bab IX Menapak Jalan Baru
     9.1. Kesimpulan
     9.2. Agenda ke Depan
Daftar Pustaka
Tentang Penulis