Ikhtisar
Buku ini memuat untaian nasihat yang sarat dengan nilai-nilai spritual. Nasihat tersebut disajikan dalam bentuk cerita imajiner yang terinsfirasi dari pemaknaan ayat al-Quran dan hadits Nabi saw.
Dengan cerdik Said Nursi merangkai cerita sederhana namun penuh makna sebagai cara terbaik untuk mengungkap inti pemahaman, sehingga membuat kita lebih menghayati sebuah nash yang menjadi pondasi akidah dan pemberi motivasi untuk beribadah. Semoga buku ini dapat mengispirasi para pembaca untuk lebih memantapkan akidah dan lebih giat beribadah amin.
Pendahuluan / Prolog
Pendahuluan
Wahai saudaraku! Engkau telah memintaku untuk memberikan beberapa nasihat. Sekarang aku persembahkan beberapa hakikat sebagai nasihat dalam delapan cerita pendek. Simaklah ia bersama diriku yang kurasa lebih membutuhkan nasihat.
Cerita tersebut akan kusajikan dalam bentuk perumpamaan militer, mengingat engkau seorang tentara. Dulu nasihat ini pernah kuutarakan secara panjang lebar kepada diriku dalam delapan “Kalimat” yang kusarikan dari delapan ayat al-Qur’an. Kini aku akan mengutarakannya kepada diriku secara singkat dan dengan bahasa yang sederhana. Siapa yang berminat, mari sama-sama kita menyimaknya!
Penulis
Badiuzzaman Said Nursi - Ulama Turki yang hidup di masa akhir Turki Utsmani dan di awal republik Turki, Beliau adalah ulama yang berjuang untuk menguatkan iman dan akidah umat Islam di Turki. lewat karya beliau umat Islam seakan menemukan cahaya dalam kegelapan.
Editor
Irwandi - Penyunting buku karya Badiuzzaman Said Nursi, Beliau adalah lulusan dari Universitas Al-azhar Cairo Mesir yang pernah belajar langsung dengan ulama Turki
Daftar Isi
Sampul
Pedoman Transliterasi
Kata Pengantar
Daftar Isi
Pendahuluan
Kalimat Pertama: Kekuatan dan Keberkahan Bismillâh
Kalimat Kedua: Pandangan Mukmin dan Kafir terhadap
Kalimat Ketiga: Ibadah Merupakan Kebahagian,
Kalimat Keempat: Shalat adalah Tiang Agama
Kalimat Kelima: Tugas Hakiki Manusia
Kalimat Keenam: Bisnis yang Menguntungkan, dan
Kalimat Ketujuh: Iman kepada Allah dan Hari Akhir
Kalimat Kedelapan: Dunia dalam Pandangan Mukmin
Kalimat Kesembilan: Hikmah Penetapan Waktu Shalat
Kalimat Kedua Puluh Satu: Kedudukan Pertama (Nasihat bagi Orang yang Malas Shalat)
Kedudukan Kedua (Penyakit Waswas dan Obatnya)
Aspek Pertama
Aspek Kedua
Aspek Ketiga
Aspek Keempat
Aspek Kelima
Pelajaran dan Tamparan Keras Bagi Orang Lalai
Rahasia Ibadah
Ibadah sebagai Sarana Menggapai Kebahagiaan:
Ibadah sebagai Sarana Mencapai Kesempurnaan:
Profil Penulis
Kutipan
Kalimat kesembilan
Ya, sebagaimana waktu setiap shalat merupakan awal perubahan masa yang demikian penting, ia juga merupakan cermin kehendak Ilahi yang agung di mana ia memantulkan sejumlah karunia-Nya yang komprehensif di waktu tersebut.Karena itu, pada waktu-waktu tersebut shalat diperintahkan.
Yaitu dengan memperbanyak tasbih dan penghormatan kepada Dzat Mahakuasa Yang Mahaagung, serta memperbanyak pujian dan rasa syukur atas nikmat-nikmat-Nya yang tak terhitung di mana ia terkumpul antara dua waktu tersebut. Agar makna yang mendalam ini dapat dipahami, mari kita sama-sama memperhatikan lima nuktah berikut:
Nuktah Pertama Makna shalat adalah mensucikan, mengagungkan, dan bersyukur kepada Allah. Yakni, mensucikan-Nya dengan mengucap subhânallâh dalam bentuk ucapan dan perbuatan terhadap kemuliaan-Nya. Mengagungkan-Nya dengan mengucap Allâhu Akbar dalam bentuk ucapan dan perbuatan terhadap kesempurnaan-Nya. Serta, bersyukur dengan mengucap alhamdulillâh dalam kalbu, lisan, dan fisik terhadap keindahan-Nya.
Dengan kata lain, tasbih, takbir, dan tahmid laksana benih shalat sehingga ia terdapat pada seluruh gerakan shalat dan zikirnya. Oleh karena itu pula, ketiga kalimat baik tersebut diucapkan secara berulang sebanyak tiga puluh tiga kali seusai shalat. Hal itu untuk menguatkan dan mengokohkan makna shalat. Pasalnya, dengan kalimat singkat tersebut, makna dan esensi shalat menjadi kuat.