Tampilkan di aplikasi

Buku Risalah Nur Press hanya dapat dibaca di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.

Cahaya Iman dari Bilik Tahanan

1 Pembaca
Rp 32.500 65%
Rp 11.375

Patungan hingga 5 orang pembaca
Hemat beli buku bersama 2 atau dengan 4 teman lainnya. Pelajari pembelian patungan disini

3 Pembaca
Rp 34.125 13%
Rp 9.858 /orang
Rp 29.575

5 Pembaca
Rp 56.875 20%
Rp 9.100 /orang
Rp 45.500

Pembelian grup
Pembelian buku digital dilayani oleh penerbit untuk mendapatkan harga khusus.
Hubungi penerbit

Perpustakaan
Buku ini dapat dibeli sebagai koleksi perpustakaan digital. myedisi library

Buku ini merupakan karya Said Nursi yang di tulis di penjara. Ia berisi sejumlah persoalan iman yang sangat dibutuhkan oleh stiap orang, terutama para Narapidana yang sedang mendekam di balik jeruji besi. Menurut Nursi, jika hidup tidak didasari iman, maka hidup akan terasa sempit meski berada di dalam Istana, namun jika iman telah terpatri maka hidup akan terasa lapang meski berada dalam penjara. Harapan kami, semoga dengan hadirnya buku-buku terjemahan karya beliau dapat memperkaya khazanah keilmuan dan memperluas wawasan keislaman umat Islam di tanah air.

Ikhtisar Lengkap   
Penulis: Badiuzzaman Said Nursi
Editor: Irwandi

Penerbit: Risalah Nur Press
ISBN: 9786027381384
Terbit: Februari 2019 , 184 Halaman

BUKU SERUPA










Ikhtisar

Buku ini merupakan karya Said Nursi yang di tulis di penjara. Ia berisi sejumlah persoalan iman yang sangat dibutuhkan oleh stiap orang, terutama para Narapidana yang sedang mendekam di balik jeruji besi. Menurut Nursi, jika hidup tidak didasari iman, maka hidup akan terasa sempit meski berada di dalam Istana, namun jika iman telah terpatri maka hidup akan terasa lapang meski berada dalam penjara. Harapan kami, semoga dengan hadirnya buku-buku terjemahan karya beliau dapat memperkaya khazanah keilmuan dan memperluas wawasan keislaman umat Islam di tanah air.

Pendahuluan / Prolog

Pendahuluan
Risalah ini merupakan bentuk pembelaan Risalah Nur untuk menghadang kaum zindik dan kafir. Risalah ini juga merupakan pembelaan hakiki kami di penjara ini. Kami hanya berusaha dan berupaya untuk menegakkan iman. Risalah ini merupakan salah satu buah penjara Denizli, kenang-kenangan dan hasil dari penulisan satu pekan.

Penulis

Badiuzzaman Said Nursi - Ulama Turki yang hidup di masa akhir Turki Utsmani dan di awal republik Turki, Beliau adalah ulama yang berjuang untuk menguatkan iman dan akidah umat Islam di Turki. lewat karya beliau umat Islam seakan menemukan cahaya dalam kegelapan.

Editor

Irwandi - Penyunting buku karya Badiuzzaman Said Nursi, Beliau adalah lulusan dari Universitas Al-azhar Cairo Mesir yang pernah belajar langsung dengan ulama Turki

Daftar Isi

Sampul
Pedoman Transliterasi
Kata Pengantar
Daftar Isi
Pendahuluan
Persoalan Pertama: Satu Jam untuk Allah
Persoalan Kedua: Bagaimana Selamat dari Kematian?
Persoalan Ketiga: Di Depan Layar Imajiner
Persoalan Keempat: Kewajiban yang Paling Utama
Persoalan Kelima: Meraih Masa Muda yang Abadi
Persoalan Keenam: Ilmu Pengetahuan
Persoalan Ketujuh: Ajarkan Akhirat kepada Kami
Persoalan Kedelapan: Iman kepada Hari Akhir
     Buah Pertama
     Buah Kedua
     Buah Ketiga
     Buah Keempat
     Nuktah Pertama
     Nuktah Kedua
Persoalan Kesembilan: Iman Tidak Mungkin Terbagi
     Poin Pertama
     Poin Kedua
     Poin Ketiga
Persoalan Kesepuluh: Hikmah di Balik Pengulangan
     Penutup Persoalan Kesepuluh
Persoalan Kesebelas: Buah “Iman kepada Malaikat”
Profil Penulis

Kutipan

Persoalan Kedelapan
Sebagaimana manusia—berbeda dengan binatang—memiliki relasi dengan rumahnya, ia juga memiliki relasi yang kuat dengan dunia. Sebagaimana terpaut dengan karib kerabatnya dengan banyak ikatan, ia juga memiliki hubungan alamiah dengan jenis manusia. Sebagaimana mencintai keabadian di dunia yang fana, ia juga merindukan keabadian di negeri yang kekal. Sebagaimana selalu berusaha memenuhi hajat perutnya pada makanan, ia juga sesuai fitrahnya berusaha menghadirkan nutrisi bagi akal, kalbu, roh, dan rasa kemanusiaannya yang ia ambil dari hidangan yang terbentang pada luasnya dunia hingga alam keabadian. Pasalnya, ia memiliki sejumlah harapan dan keinginan yang hanya bisa dipenuhi oleh kebahagiaan abadi.

Aku telah berdialog dengan imajinasiku saat masih kecil sebagaimana kutegaskan dalam risalah kebangkitan: “Mana yang kau pilih? Menghabiskan usia yang bahagia selama satu juta tahun disertai kekuasaan dan gemerlap dunia, namun kemudian berakhir pada ketiadaan? Atau, abadi namun dengan kondisi kehidupan yang biasa dan sulit?” Ternyata ia memilih yang kedua dan menghindari yang pertama seraya berkata: “Aku tidak menginginkan ketiadaan. Yang kuinginkan adalah keabadian, meski berada di neraka jahanam.” Selama seluruh kenikmatan dunia tidak bisa memuaskan imajinasi yang merupakan salah satu pelayan esensi manusia, maka hakikat esensi manusia yang universal dan komprehensif terpaut secara fitrah dengan keabadian.Jadi, iman kepada akhirat merupakan kekayaan yang sangat agung dan memadai bagi manusia yang mempunyai hubungan kuat dengan berbagai keinginan dan impiannya yang tak terhingga. Sementara yang ia miliki hanya sebatas ikhtiar dan berkutat dalam kefakiran mutlak. Oleh karena itu, iman tersebut benar-benar menjadi sumber kebahagiaan dan kenikmatan yang ia impikan. Ia menjadi sandaran dan titik tambatan baginya dalam menghadapi kerisauan dunia yang tak terkira. Andaikan manusia mengorbankan seluruh kehidupan dunianya demi mendapatkan buah dan manfaat tersebut, tentu hal itu masih terhitung sangat murah.