Tampilkan di aplikasi

Buku Pustaka Obor Indonesia hanya dapat dibaca di aplikasi myedisi reader pada Android smartphone, tablet, iPhone dan iPad.

Konflik Internal dan Kompleksitas Proxy War di Timur Tengah

1 Pembaca
Rp 145.000 30%
Rp 101.500

Patungan hingga 5 orang pembaca
Hemat beli buku bersama 2 atau dengan 4 teman lainnya. Pelajari pembelian patungan disini

3 Pembaca
Rp 304.500 13%
Rp 87.967 /orang
Rp 263.900

5 Pembaca
Rp 507.500 20%
Rp 81.200 /orang
Rp 406.000

Pembelian grup
Pembelian buku digital dilayani oleh penerbit untuk mendapatkan harga khusus.
Hubungi penerbit

Perpustakaan
Buku ini dapat dibeli sebagai koleksi perpustakaan digital. myedisi library

Timur Tengah adalah wilayah eks jajahan Inggris dan Prancis yang cukup luas dan terus bergolak hingga dewasa ini pasca-dekolonisasi setelah usai Perang Dunia II. Wilayah ini tidak pernah surut dari berbagai jenis konflik, dengan faktor penyebab dan pemicu yang beragam. Ia tidak pernah sepi dari berbagai konflik internal dan antarnegara, yang terus membara sejak berakhirnya kolonialisme Barat. Pemicu konflik di Timur Tengah bisa berbeda, namun akar konflik bisa sama, jika ditelusuri dan diteliti kaitannya dengan berbagai persoalan politik, ideologi dan kepentingan geostrategis yang melibatkan banyak pihak, khususnya kekuatan-kekuatan luar. Konflik-konflik internal yang terjadi berkembang semakin buruk di berbagai negara di kawasan ini, dengan keterlibatan aktor luar yang kian mendalam dan beragam, sehingga situasi kawasan dipenuhi anarki dan semakin runyam prospeknya. Situasi darurat kompleks melahirkan krisis kemanusiaan yang hebat, dengan mengalirnya gelombang migrasi masif ke benua Eropa.

Timur Tengah menjadi sumber sekaligus penyebar instabilitas ke berbagai penjuru dunia. Konflik-konflik dominan diwarnai pertentangan antara kelompok-kelompok agama dan etnik demi perebutan sumber daya alam dan penguasaan teritorial, yang tidak dapat dilepaskan dari sejarah kolonialisme di masa lalu dan juga respons dunia, terutama PBB, dan kekuatan-kekuatan kawasan dan global, dalam menyikapinya. Masa depan kawasan ini semakin runyam akibat aksi-aksi imperialisme dan pendudukan baru pasca-Perang Dunia II, termasuk yang dilakukan Israel dan didukung Barat pasca-invasi 1967.

Timur Tengah, pusat lahirnya agama-agama besar yang memengaruhi dunia, selain kaya dengan sumber daya alam minyak dan gas bumi, yang menyediakan sebagian besar kebutuhan energi dunia, semakin memanas akibat eskalasi ketegangan yang sulit diturunkan karena kepentingan tumpang-tindih berbagai kelompok dan negara yang terlibat konflik di dalamnya. Friksi dan perpecahan kelompok-kelompok kekuatan domestik yang kian meluas, dan masuknya kekuatan besar lain, seperti Rusia, dan juga Turki, menambah kompleks persoalan yang muncul, sehingga upaya mencari resolusi konflik semakin sulit. Bukan tidak mungkin, akibat perkembangannya yang terus memanas dan mengalami eskalasi, perang besar yang bersifat mondial dapat muncul dari konflik yang lama dan baru yang ada di kawasan ini.

Ikhtisar Lengkap   
Penulis: Poltak Partogi Nainggolan

Penerbit: Pustaka Obor Indonesia
ISBN: 9786233210355
Terbit: September 2021 , 346 Halaman










Ikhtisar

Timur Tengah adalah wilayah eks jajahan Inggris dan Prancis yang cukup luas dan terus bergolak hingga dewasa ini pasca-dekolonisasi setelah usai Perang Dunia II. Wilayah ini tidak pernah surut dari berbagai jenis konflik, dengan faktor penyebab dan pemicu yang beragam. Ia tidak pernah sepi dari berbagai konflik internal dan antarnegara, yang terus membara sejak berakhirnya kolonialisme Barat. Pemicu konflik di Timur Tengah bisa berbeda, namun akar konflik bisa sama, jika ditelusuri dan diteliti kaitannya dengan berbagai persoalan politik, ideologi dan kepentingan geostrategis yang melibatkan banyak pihak, khususnya kekuatan-kekuatan luar. Konflik-konflik internal yang terjadi berkembang semakin buruk di berbagai negara di kawasan ini, dengan keterlibatan aktor luar yang kian mendalam dan beragam, sehingga situasi kawasan dipenuhi anarki dan semakin runyam prospeknya. Situasi darurat kompleks melahirkan krisis kemanusiaan yang hebat, dengan mengalirnya gelombang migrasi masif ke benua Eropa.

Timur Tengah menjadi sumber sekaligus penyebar instabilitas ke berbagai penjuru dunia. Konflik-konflik dominan diwarnai pertentangan antara kelompok-kelompok agama dan etnik demi perebutan sumber daya alam dan penguasaan teritorial, yang tidak dapat dilepaskan dari sejarah kolonialisme di masa lalu dan juga respons dunia, terutama PBB, dan kekuatan-kekuatan kawasan dan global, dalam menyikapinya. Masa depan kawasan ini semakin runyam akibat aksi-aksi imperialisme dan pendudukan baru pasca-Perang Dunia II, termasuk yang dilakukan Israel dan didukung Barat pasca-invasi 1967.

Timur Tengah, pusat lahirnya agama-agama besar yang memengaruhi dunia, selain kaya dengan sumber daya alam minyak dan gas bumi, yang menyediakan sebagian besar kebutuhan energi dunia, semakin memanas akibat eskalasi ketegangan yang sulit diturunkan karena kepentingan tumpang-tindih berbagai kelompok dan negara yang terlibat konflik di dalamnya. Friksi dan perpecahan kelompok-kelompok kekuatan domestik yang kian meluas, dan masuknya kekuatan besar lain, seperti Rusia, dan juga Turki, menambah kompleks persoalan yang muncul, sehingga upaya mencari resolusi konflik semakin sulit. Bukan tidak mungkin, akibat perkembangannya yang terus memanas dan mengalami eskalasi, perang besar yang bersifat mondial dapat muncul dari konflik yang lama dan baru yang ada di kawasan ini.

Pendahuluan / Prolog

Kata Pengantar
Kawasan Timur Tengah selama ini, dari perspektif yang sempit, dilihat secara geografis sebagai wilayah yang hanya terdiri dari Israel dan Palestina serta beberapa negara Arab saja, seperti Saudi Arabia, Jordania, Irak, Iran dan negara-negara Teluk (Gulf States), seperti Kuwait, Oman, Qatar, Bahrain, Uni Emirat Arab (UEA) dan Yaman (Yemen). Sedangkan yang lain berusaha melihatnya secara lebih luas, dengan memasukkan Mesir di Afrika Utara (Maghribi), dan Afghanistan di (perbatasan) Asia Selatan sebagai bagian dari wilayah ini. Lebih dari itu, bahkan ada yang melihatnya lebih jauh lagi mencakup tidak hanya Mesir, melainkan juga Libya dan Aljazair sebagai bagian dari keseluruhan Margribi eks jajahan atau wilayah kolonialisme Prancis, dan Sudan di Afrika Utara, serta Azerbaijan eks bagian dari imperium Uni Soviet yang begitu luas di era Perang Dingin (Cold War). Jadi, kawasan Timur Tengah adalah eks jajahan silih berganti dari politik kolonialisme Prancis dan Inggris hingga proses dekolonisasinya baru selesai pasca-Perang Dunia II.

Wilayah Timur Tengah, yang bisa saja berbeda cakupan geografisnya ini, hingga sekarang merupakan kawasan yang tidak pernah surut dari berbagai jenis konflik yang menyulutnya, dengan faktor penyebab dan pemicu yang beragam. Sebagai implikasinya, wilayah ini menjadi pembuat, sekaligus penyebar, instabilitas ke berbagai penjuru dunia. Konflik-konflik di sana yang dominan diwarnai pertentangan antara kelompok-kelompok agama, etnik dan juga perebutan sumber daya alam dan penguasaan teritorial, tidak dapat dilepaskan dari sejarah kolonialisme di masa lalu dan juga respons dunia, terutama PBB, dan kekuatan-kekuatan kawasan dan global,viii dalam menyikapinya. Wilayah Timur Tengah yang tidak pernah sepi dilanda konflik-konflik internal dan antarnegara, terus membara sejak berakhirnya kolonialisme Barat, dan semakin runyam dan kehilangan masa depan akibat aksi-aksi imperialisme dan pendudukan baru pasca-Perang Dunia II, termasuk yang dilakukan Israel dan didukung Barat pasca-invasi 1967.

Pemicu pecahnya konflik di kawasan Timur Tengah bisa berbeda, namun penyebab atau akar konflik dapat ditelusuri dan diteliti kaitannya dengan berbagai persoalan politik, ideologi dan kepentingan geostrategis yang melibatkan banyak pihak, khususnya kekuatan-kekuatan luar. Karena itulah, proxy war menjadi fokus perhatian utama buku ini, agar motif dan benturan kepentingan negara-negara yang terlibat dapat diurai dan diungkap. Buku ini adalah kelanjutan perluasan analisis dari karya penulis sebelumnya, Proxy War dan Konflik-konflik di Timur Tengah (2019).

Konflik-konflik internal yang berlanjut dan berkembang semakin buruk di berbagai di kawasan ini, dengan keterlibatan aktor luar yang kian mendalam dan beragam, membuat situasi Timur Tengah dipenuhi anarki dan semakin runyam prospeknya. Situasi darurat kompleks (complex emergency) yang diakibatkannya, yang melahirkan krisis kemanusiaan yang hebat, dengan mengalirnya gelombang migrasi masif ke benua Eropa, mendorong penulis untuk membahasnya dalam buku lanjutan yang lebih dalam pembahasannya.

Buku ini hadir di tengah-tengah kondisi Timur Tengah yang semakin memanas akibat eskalasi ketegangan yang sulit diturunkan karena kepentingan yang tumpang-tindih berbagai kelompok dan negara yang terlibat di dalamnya, terutama antara kekuatan regional setempat, yakni Arab Saudi versus Iran, dan mereka melawan kekuatan eksternal-global, seperti dalam kasus Amerika Serikat versus Iran.

Friksi dan perpecahan kelompok-kelompok kekuatan domestik yang kian meluas dan masuknya kekuatan besar lain, seperti Rusia, dan juga Turki, menambah kompleks permasalahan yang muncul, sehingga Poltak Partogi Nainggolanix langkah menemukan resolusi konflik semakin sulit. Timur Tengah adalah pusat lahirnya agama-agama besar yang memengaruhi dunia, selain kaya dengan sumber daya alam minyak dan gas bumi, yang menyediakan sebagian besar kebutuhan energi dunia. Jika dua perang dunia telah dipicu munculnya di Eropa, bukan tidak mungkin, akibat perkembangannya yang terus memanas atau mengalami eskalasi, perang besar yang bersifat mondial dapat muncul kembali, namun kali ini bisa dipicu dari konflik yang lama dan baru yang ada di kawasan ini.

Buku ini diharapkan dapat menjelaskan secara lebih komprehensif dan maksimal proxy war di kawasan Timur Tengah. Kehadirannya diharapkan dapat membantu kesulitan mahasiswa dan pembaca secara luas mencari peneliti dan penulis yang mumpuni di bidangnya, khususnya mengenai konflik-konflik regional dan internasional, serta mereka yang konsentrasi pada masalah kawasan tertentu, Timur Tengah dalam hal ini, untuk mau ‘menggauli’ kembali konflik-konflik di wilayah ini, yang sangat rawan dan berdampak global. Yang juga menjadi penting artinya, penulisan buku dari hasil studi dan riset yang menyertainya dapat mengisi kebutuhan kalangan akademik, khususnya para mahasiswa, yang tengah haus data atau informasi kajian dan analisis serta mencari literatur dan pustaka untuk dijadikan referensi mengenai proxy war yang terjadi di Timur Tengah dewasa ini.

Di samping melakukan pembahasan secara umum dan komprehensif kasus-kasus yang telah dan tengah terjadi di negaranegara di Timur Tengah, secara khusus tulisan dalam buku ini juga melakukan pembahasan lebih mendalam kasus yang terjadi di negara tertentu, yakni Lebanon dan Yaman. Juga, di sisi lain, buku ini memberi ruang bagi pembahasan dan analisis atas kebijakan politik dan intervensi militer yang dijalankan kekuatan menengah (Middle Power), yang muncul belakangan dan semakin mengemuka perannya.

Kehadiran kekuatan regional baru ini berimplikasi luas akibat sepakKonflik Internal dan Kompleksitas Proxy War di Timur Tengahx terjang pemimpin dan negaranya yang tampak agresif, seperti yang diperlihatkan Presiden Erdogan dan negaranya, Turki, dewasa ini. Secara khusus, kehadiran buku ini diharapkan dapat mengisi kekosongan buku ajar dan referensi yang dibutuhkan para mahasiswa di kampus-kampus, yang kian langka dalam beberapa tahun terakhir.

Karena, para dosen dan pengajar semakin disibukkan oleh kewajiban memberi prioritas untuk mengirimkan karya-karya riset mereka untuk dipublikasikan di jurnal-jurnal internasional dengan kategori atau standar tertentu. Amat disayangkan tentu jika dunia pengajaran tinggi sangat tergantung pada ketersediaan buku-buku ajar dari mancanegara yang tentu harus memerlukan waktu dan menunggu lama untuk diterjemahkan dulu. Dalam monograph ini, yang berbeda dengan sebelumnya, penulis secara pribadi dengan leluasa menuliskan pembahasan dan analisis-analisisnya, tanpa kehadiran penulis lain, yang memang memiliki keterbatasan waktu, selain tenaga, dan telah kehilangan prioritas dan minat untuk terlibat untuk alasan masingmasing yang subjektif.


Jakarta, 23 November 2020
Poltak Partogi Nainggolan

Penulis

Poltak Partogi Nainggolan - Adalah research professor untuk masalah-masalah politik, keamanan dan hubungan internasional di Pusat Penelitian Badan Keahlian DPRRI. Menyelesaikan program Master Politik dan Hubungan Internasional (Studi Keamanan) di University of Birmingham, Inggris, dengan beasiswa dari Foreign Commonwealth Office (Chevening Scholarship), pada tahun 1999. Menyelesaikan program doktoral ilmu politik dan studi kawasan (Asia Tenggara) di Albert-Ludwigs-Universitaet Freiburg, Jerman, dengan beasiswa dari Hanns Seidel Stiftung (HSS) pada tahun 2011.

Publikasi buku terkini antara lain Ancaman ISIS di Indonesia, Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2017; Indonesia dan Rivalitas China, Jepang dan India, Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2018; Kekhalifahan ISIS di Asia Tenggara, Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2018; Diplomasi Parlemen, Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2020; Masalah Keamanan Abad ke-21, Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2020; Konflik Internal dan Kompleksitas Proxy War di Timur Tengah, Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2020; Indonesia sebagai Poros Maritim Dunia, Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2020, dan ASEAN: Quo Vadis, Jakarta, Yayasan Pustaka Obor Indonesia: 2021. Transisi dan Gagalnya Transisi Demokratis PascaSoeharto, Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2021; DPR dan Defisit Demokratis, Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia, 2021.

Daftar Isi

Sampul
Kata pengantar penulis
Daftar isi
Bab 1 Pendahuluan
     A. Latar Belakang
     B. Perspektif Metodologi
Bab 2 Mengenai proxy war
     A. Pemahaman Konsep dan Terminologi
     B. Bentuk Intervensi
     C. Aktor yang Terlibat
Bab 3 Latar belakang poxy war di timur tengah
     A. Perspektif Geografis
     B. Perspektif Demografis dan Rezim
Bab 4 Afganistan: AS Versus Pakistan
     A. Taliban sebagai Pengganggu Stabilitas
     B. Tawaran Opsi Damai
     C. Perundingan Loya Jirga dan Peran Qatar
     D. Silent Diplomacy dan Inkonistensi Taliban
     E. Konflik Baru: Hasil Pemilu
     F. Diplomasi AS dan Absennya Ghani dan Exit Strategy
     G. Destabilisasi dan Pandemi Covid-19 dan Prospek Perdamaian
     H. Ghani, Abdullah dan Taliban
     I. Babak Baru Diplomasi dan Eskalasi Kekerasan
Bab 5 Irak pasca ISIS: AS versus Iran
     A. Invasi AS dan Menguatnya Pengaruh Iran
     B. Naik dan Dominannya Peran Syiah dan Implikasinya
     C. Bad Governance dan Meluasnya Anarkisme
     D. Nasib Kurdi dan Meningkatnya Ancaman ISIS dan Syiah
     E. Kematian Jenderal Soleimani dan Eskalasi Konflik
     F. Pandemi Covid-19, Ofensif Turki dan Keterlibatan Rusia
     G. Pendekatan PM Al-Khadimi dengan Trump
Bab 6 Suriah: Aliansi AS Versus Aliansi Rusia
     A. Intervensi AS di Suriah
     B. Kepentingan Sekutu Lama, Rusia
     C. Eksistensi Iran di Suriah
     D. Kurdi, Turki, Israel dan Konspirasi Anti-Iran
     E. Politik Ekspansi Netanyahu dan Implikasinya
     F. Diplomasi dan Absennya Peran AS
     G. Agresivitas Erdogan dan Nasib Kurdi
     H. Antara Trump, Erdogan, Kurdi, Rusia dan Suriah
     I. Konflik Turki versus Suriah dan Krisis Kemanusiaan
     J. AS dan Koalisi Barat versus Suriah dan Rusia
     K. Merebaknya Covid-19 dan Implikasinya
     L. Tekanan AS dan PBB dan Implikasinya
     M. Serangan Udara Israel dan Collateral Damage
Bab 7 Lebanon: Iran - Suriah Versus Israel
     A. Kepentingan Iran, Suriah, dan Barat
     B. Serangan dan Invasi Israel
     C. Hezbollah dan ‘Proyek Bulan Sabit’ Syiah
     D. Peningkatan Pengaruh Iran-Suriah dan Respons Israel dan Barat
     E. Duel Israel versus Hezbollah
     F. Memburuknya Kinerja Rezim Hezbollah
     G. Nasib Hariri dan Konflik Sunni versus Syiah
     H. Pandemi Covid-19 dan Bom Beirut
Bab 8 Palestina: Israel - AS - Arab Versus Iran
     A. Trump dan Palestina
     B. Politik Bisu Negara-negara Arab dan Represi Israel
     C. Langkah AS Merespons Agresivitas Iran dan Turki
     D. Pemilu Israel dan Nasib Palestina
     E. Perlawanan Hamas terhadap Ekspansi Israel
     F. Eskalasi Konflik Pasca-Pemilu dan Ekspansi Israel
     G. Reaksi dan Respons atas ‘Transaksi Abad Ini
     H. Ambivalensi Sikap AS dan Implikasinya
     I. Politik Aneksasi Israel dan Respons Mahmoud Abbas
     J. Ekspansi Israel dan Perubahan Koalisi Pendukung Palestina
     K. AS dan Perubahan Sikap Drastis Negara Teluk
     L. Aneksasi Palestina dan Bersatunya Hamas dan Hezbollah
Bab 9 Yaman: Arab Saudi Versus Iran
     A. Perluasan Konflik Sunni versus Syiah
     B. Perang Rudal dan Drone
     C. Perubahan Sikap UEA
     D. Konflik dan Collateral Damage
     E. Keterlibatan Al-Qaeda dan Eskalasi Konflik
     F. Pandemi Covid-19, Friksi STC dan Konsekuensi Katastropik
Bab 10 Libya pasca - gaddafi: Terciptanya proxy war baru
     A. Jatuhnya Qaddafi dan Pemberontakan Militer
     B. Al-Sarraj, Jenderal Haftar dan Pendukung Internasionalnya
     C. Solusi Damai Masyarakat Internasional
     D. Eskalasi Konflik, Merebaknya Pandemi dan Dampaknya
     E. Keterlibatan Rusia, AS, dan Mesir
     F. Intervensi Turki dan Barat dan Kepentingan Mereka
     G. Ambisi Erdogan dan Reaksi UE
Bab 11 Ancaman langsung AS Versus Iran
     A. Peran Artificial Intelligence dalam Proxy War
     B. Posisi Turki dan Qatar dalam the Arab Spring
     C. Konflik Terbuka Barat versus Iran
     D. Friksi Hawkist Bolton dan T
     E. ‘Enemy Conspiracy’ dan Instabilitas Domestik Iran
     F. Terbunuhnya Jenderal Soleimani dan Eskalasi Konflik
     G. Konflik, Pandemi Covid-19 dan Embargo Ekonomi
Bab 12 Serangan rudal AS dan eskalasi konflik Suriah
     A. Kemungkinan Pecahnya Perang Besar
     B. Perubahan Sikap Trump
     C. Konflik Skala Rendah atau Tinggi?
     D. Respons Indonesia
Bab 13 Kudeta di Libya: Awal ataukah akhir the Arab spring?
     A. Transisi Politik yang Kacau
     B. Fase Baru Perang Saudara
     C. ‘Volcano of Anger’ dan Fase Baru Perang Saudara
     D. Makna Internasional Stabilitas Libya
     E. Libya dan Prospek the Arab Spring
Bab 14 Perang drone dan ancaman atas tanker di Timur Tengah
     A. Risiko di Teluk Oman, Teluk Persia dan Selat Hormuz
     B. Penyebab Eskalasi Ketegangan
     C. Implikasi Perang Drone
     D. Terobosan Diplomatik Jerman dan UEA
Bab 15 Pembunuhan jenderal soleimani dan eskalasi konflik AS-Iran
     A. Arti Jenderal Soleimani bagi Iran
     B. Implikasi Politik Kematian Jenderal Soleimani
     C. Imbas Ekonomi Kematian Jenderal Soleimani
     D. Harga Keamanan Terbunuhnya Jenderal Soleimani
     E. Absennya Grand Strategy AS dan Konsekuensinya
Bab 16 Babak baru konflik di Libya
     A. Masuknya Turki dan Kepentingan Al-Sarraj
     B. Respons PBB dan Rusia
     C. Inisiatif Berlin dan ‘Suriah Kedua’
     D. Nasib Gencatan Senjata PBB
Bab 17 Konflik Palestina dan usaha perdamaian Trump
     A. Proposal Baru ‘Transaksi Abad Ini’
     B. Penolakan Abbas dan Respons Israel
     C. Agresivitas Israel Pasca-Abraham Accord
Bab 18 Turki sebagai kekuatan baru di Timur Tengah
     A. Erdogan dan Munculnya Kepemimpinan Turki
     B. Keterlibatan Turki dalam Konflik Internal di Kawasan
     C. Plus-Minus Erdogan dan Prospek Peran Turki
Bab 19 Pembukaan hubungan diplomatik RI-Israel dan perebutan pengaruh global
     A. Ofensif Diplomasi Israel dan AS atas Masalah Timur Tengah
     B. Inisiatif Pembukaan Hubungan Diplomatik
     C. Dampak Negatif bagi Indonesia
     D. Bagaimana Seharusnya Respons Indonesia
Penutup
Binliografi
Indeks
Tentang penulis