Ikhtisar
Wahai umat Islam dan kaum mukmin! Mengabdi pada "kebenaran" bukanlah sesuatu yang ringan dan mudah. Ia bagikan memikul dan menjaga kekayaan yang banyak dan berat. Orang-orang yang memikul kekayaan tersebut tentunya merasa gembira dan sangat senang manakala ada orang-orang kuat yang mau membantu. Maka, yang harus dilakukan adalah menyambut mereka dengan cinta yang tulus, lebih melihat pada kekuatan, pengaruh, dan bantuan mereka ketimbang pribadi mereka, serta menerima mereka dengan kebanggaan yang selayaknya. Mereka adalah para saudara yang hakiki serta para pendukung yang rela berkorban. jika demikian, mengapa mereka masih dipandang dengan pandangan kedengkian, persaingan, dan kecemburuan yang merusak keikhlasan dan membuat amal dan misi kalian selalu dipojokan oleh kaum sesat? Oleh karena itu, janganlah kalian berambisi untuk menunaikan tugas tersebut sendirian. Tetapi usahakan untuk bergembira dan merasa lapang karena ia terlaksana berkat yang lain. Hal itu agar keikhlasan dan persaudaraan tetap terjaga
Pendahuluan / Prolog
Risalah Ikhls & Ukhuwah
Wahai umat Islam dan kaum mukmin! Mengabdi pada "kebenaran" bukanlah sesuatu yang ringan dan mudah. Ia bagikan memikul dan menjaga kekayaan yang banyak dan berat. Orang-orang yang memikul kekayaan tersebut tentunya merasa gembira dan sangat senang manakala ada orang-orang kuat yang mau membantu. Maka, yang harus dilakukan adalah menyambut mereka dengan cinta yang tulus, lebih melihat pada kekuatan, pengaruh, dan bantuan mereka ketimbang pribadi mereka, serta menerima mereka dengan kebanggaan yang selayaknya. Mereka adalah para saudara yang hakiki serta para pendukung yang rela berkorban. jika demikian, mengapa mereka masih dipandang dengan pandangan kedengkian, persaingan, dan kecemburuan yang merusak keikhlasan dan membuat amal dan misi kalian selalu dipojokan oleh kaum sesat? Oleh karena itu, janganlah kalian berambisi untuk menunaikan tugas tersebut sendirian. Tetapi usahakan untuk bergembira dan merasa lapang karena ia terlaksana berkat yang lain. Hal itu agar keikhlasan dan persaudaraan tetap terjaga kerena Allah, bukan karena manusia atau embel-embel yang selain-Nya
Penulis
Badiuzzaman Said Nursi - Ulama Turki yang hidup di masa akhir Turki Utsmani dan di awal republik Turki, Beliau adalah ulama yang berjuang untuk menguatkan iman dan akidah umat Islam di Turki. lewat karya beliau umat Islam seakan menemukan cahaya dalam kegelapan.
Editor
Badiuzzaman Said Nursi - Ulama Turki yang hidup di masa akhir Turki Utsmani dan di awal republik Turki, Beliau adalah ulama yang berjuang untuk menguatkan iman dan akidah umat Islam di Turki. lewat karya beliau umat Islam seakan menemukan cahaya dalam kegelapan.
Daftar Isi
Sampul
Kata Pengantar
Daftar Isi
Risalah Ikhlas I
Poin Pertama
Faktor Pertama
Faktor Kedua
Faktor Ketiga
Faktor Keempat
Faktor Kelima
Faktor Keenam
Faktor Ketujuh
Risalah Ikhlas II
Penghalang Keikhlasan
Pertama: Persaingan yang Disebabkan oleh Keuntungan Material
Kedua: Cinta Kedudukan
Ketiga: Takut dan Tamak
Sarana Meraih Keikhlasan
Pertama: Râbithatul Maut
Kedua: Tafakkur Imani
Pentingnya Keikhlasan
Prinsip Pertama
Prinsip Kedua
Prinsip Ketiga
Prinsip Keempat
Nafsu Ammarah
Risalah Ukhuwah
Pembahasan Pertama
Aspek Pertama: Permusuhan adalah Suatu Kezaliman dalam Pandangan Hakikat
Aspek Kedua: Permusuhan adalah Kezaliman dalam Pandangan Hikmah
Aspek Ketiga: Permusuhan adalah Kezaliman dalam Pandangan al-Qur’an
Aspek Keempat: Permusuhan adalah Kezaliman Dilihat dari
Aspek Kelima: Permusuhan dan Perpecahan Membahayakan Kehidupan Sosial
Aspek Keenam: Permusuhan dan sifat keras kepala merusak
Pembahasan Kedua
Gibah
Balasan Kontan Terhadap Kebaikan dan Keburukan
Persaudaraan Adalah Ikatan Agama Islam
Bisikan Setan yang Merusak Tatanan Kehidupan
Rasa Persaudaraan
Profil Penulis
Kutipan
GIBAH
Dari ayat yang mulia ini dan petunjuk-petunjuk yang terdapat pada setiap kata dalam ayat tersebut, bisa dipahami bahwa gibah adalah perbuatan yang tercela dilihat dari sudut pandang akal, kalbu, rasa kemanusiaan, hati nurani, fit rah, dan hubungan sosial.
Renungkanlah makna ayat yang mulia ini dan lihatlah bahwa ayat tersebut mengutuk pergunjingan dalam enam tingkatan dengan bahasa yang penuh mukjizat dan sangat ringkas.
Benar, gibah adalah senjata hina yang umumnya digunakan oleh orang-orang yang memiliki rasa permusuhan, kedengkian dan keras kepala. Orang yang terhormat tidakakan mau menggunakan senjata yang sangat hina ini.
Seorang penyair ternama pernah mengatakan:Gibah adalah membicarakan orang lain mengenai sesuatu yang tidak ia senangi. Jika kata-kata yang engkau sampaikan itu benar, berarti engkau telah menggunjingnya. Jika tidak benar, berarti engkau telah memfitnahnya. Artinya, engkau melakukan dosa yang berlipat ganda.
eskipun pada dasarnya diharamkan, gibah dibenarkan dalam sejumlah kondisi tertentu.