Inilah Koran dapat dibaca gratis dalam masa terbatas di aplikasi smartphone & tablet Android.

Editorial

SEPEKAN ini, Jawa Barat dipukul peristiwa-peristiwa yang memalukan. Di tengah arus keterbukaan dan kebebasan informasi, kita memandang pendidikan adab dan adat berbasis nilai-nilai agama, mutlak diperkuat. Jika tidak, jangan harap Jabar Juara Lahir dan Batin akan tercapai.

Rentetan kejadian yang memalukan kita itu adalah apa yang terjadi di Kabupaten Tasikmalaya dan Kota Cimahi. Di Tasikmalaya, sepasang suami-istri “mengundang” sejumlah anak kecil menyaksikan hubungan badan mereka dengan hanya membayar kopi dan rokok. Di Cimahi, seorang aparatur sipil negara (ASN) bahkan tega melecehkan anak di bawah umur, penyandang disabilitas pula.

Perbuatan-perbuatan tersebut adalah lambang rendahnya moralitas sebagian masyarakat kita saat ini. Sebagian mereka menganggap adab dan adat bukan lagi landasan kehidupan bermasyarakat. Padahal, selama ini, adab dan adat Sunda sedemikian rigid-nya mengatur tata kelola kehidupan berkeluarga dan bermasyarakat.

Bagi banyak kalangan, adab dan adat memang kurang begitu diminati. Sebab, dia dipenuhi batasan dan larangan. Kebebasan hidup dan cara hidup kini jadi pujaan bagi sebagian orang tanpa sadar bahwa mereka hidup di negeri berkeadaban dan beradat.

Tentu saja, ini bukan hanya urusan pemerintah. Terjadinya dekadensi moral semacam itu adalah tanggung jawab semua pihak. Dia jadi tanggung jawab guru dan suhu. Dia tanggung jawab pengawal penyelenggaraan pemerintahan, pengawal kehidupan bermasyarakat.

Kita mendukung langkah-langkah yang dilakukan Pemerintah Provinsi Jawa Barat dalam upaya menebalkan kembali akhlak, adab, dan adat itu. Beberapa program yang dijalankan pemerintah ditujukan untuk memperbaiki kondisi buruk itu.

Mungkin yang perlu kita ingatkan adalah bagaimana pendidikan soal akhlak, adab, dan adat itu, bisa dilakukan dengan intensitas dan kontinuitas yang lebih kuat. Kenapa kita bilang begitu? Karena pada beberapa titik, akhlak, adab, dan adat berkehidupan kita sudah sampai pada titik nadir terendah.

Kita memberikan dukungan jika Pemprov Jabar, termasuk lembaga-lembaga pendidikan dan pengajarannya, memberi ruang yang lebih luas untuk itu. Kalau tidak, percayalah, nantinya mungkin yang akan terwujud adalah Jabar Juara Lahir, bukan Jabar Juara Lahir dan Batin.

Juni 2019