Inilah Koran dapat dibaca gratis dalam masa terbatas di aplikasi smartphone & tablet Android.

Editorial

Apa yang bisa kita pelajari dari perjalanan anak manusia bernama Wahid Husein? Bahwa kehormatan itu tak bisa dibeli. Dia tak bisa lahir dari tindak seolah-olah seperti pencitraan. Kehormatan adalah akibat dari tindak-tanduk yang secara naluriah baik dan dilakukan secara terus-menerus.

Wahid pernah dalam posisi terhormat. Dia dipercaya memimpin Lapas Sukamiskin. Tapi, di sana dia tergelincir. Apakah sebelumnya dia pernah menghadapi jalan licin, kita tak pernah tahu. Yang kita tahu, dia terpeleset di lapas untuk para koruptor itu.

Semoha Wahid tabah dengan ancaman derita dunia yang akan dia hadapi. Bayangkan, jika dia ditempatkan di Lapas Sukamiskin, betapa dirinya secara psikologis akan hancur. Dari seorang penentu kuasa di lapas tersebut dan kini jadi salah satu di antara pesakitan. Dunia yang terbalik.

Jika dia diputuskan mendekam di Lapas Sukamiskin, hanya dua hal yang bisa menyelamatkannya dari tekanan psikologis. Pertama, berserah diri sepenuhnya pada yang kuasa. Kedua, mengikuti jejak kebanyakan penghuni Lapas Sukamiskin lainnya yang masih bisa ber-haha-hihi meski sudah terbukti menyolong duit negara.

Apapun yang jadi pilihan Wahid, dia kian menegaskan apa yang pernah disampaikan bakal kawannya: Romahumurziy. Mantan Ketua Umum DPP PPP itu menyatakan beda pejabat dan penjahat itu sangat tipis, hari ini pejabat, besok bisa jadi penjahat.

Apa yang dialami Wahid bisa seperti itu. Tapi, sepenuhnya kita tidak sepakat dengan pernyataan seperti itu. Pernyataan semacam itu seolah-olah seseorang tidak bisa memastikan dirinya jadi pejabat atau penjahat. Konyol menurut kita.

Pejabat tetap akan menjadi orang hebat bila dia bisa menjaga marwah dirinya, bukan nafsunya. Yang kita lihat, sangat sedikit yang bisa menjaga marwah itu. Rerata pejabat memang lebih banyak memenuhi hawa nafsu dengan cara-cara tak terhormat. Konyol jika kita mengatakan nasib tergantung lingkungan. Harusnya, nasib lebih banyak tergantung pada diri sendiri.

Integritas seseorang tergantung pada diri sendiri, bukan pada siapa di kanan-kiri. Jika bisa disenggol orang lain, maka itu bermakna integritasnya berkurang. Wahid Husein pernah mengalami itu dan kini menghadapi sanksi fisik dan moral yang membuat kita ngeri.

April 2019