Inilah Koran dapat dibaca gratis dalam masa terbatas di aplikasi smartphone & tablet Android.

Editorial

TENTU, bukan tak punya alasan, BNPB menyelenggarakan Hari Kesiapsiagaan Bencana 2019 di Lembang, Jawa Barat. Selain karena Lembang merupakan tempat yang asyik menggelar pertemuan dalam jumlah besar, terlebih lagi karena Jawa Barat adalah proivinsi dengan tingkat kerawanan bencana tertinggi di Tanah Air.

Sebutlah segala macam bencana, semuanya ada di Jawa Barat. Saat acara berlangsung, bahkan bencana terjadi di Kabupaten Bogor. Banjir menggerus dari kawasan Puncak hingga ke Babakan Madang yang berada di bawahnya.

Jabar, daerah yang konon diciptakan Tuhan ketika sedang tersenyum, memang indah karena alamnya. Tapi, alam Tanah Pasundan itu juga rentan. Di daerah dataran tinggi, longsor, pergerakan tanah, bahkan letusan gunung berapi jadi ancaman. Di daerah pantai, tsunami mengancam akibat gempa. Di daerah cekungan seperti Bandung Raya, banjir jadi langganan.

Kita paham, dalam penanganan bencana, pemerintah tak bisa jalan sendiri. Harus berkolaborasi dengan seluruh pihak. Cocok jargon kolaborasi yang dipasang Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Ulum, khususnya untuk ini.

Warga Jawa Barat, terutama dengan tradisi kebersamaan dan kegotongroyongannya, menunjukkan kolaborasi itu juga. Sekadar gambaran, salah satu pihak yang pertama membantu korban banjir bandang dan longsor di Puncak, adalah kelompok partai politik. Jangan sebut itu langkah politik karena pemilu sudah lewat.

Rasanya, yang masih perlu ditingkatkan pemerintah, utamanya pejabat-oejabat Jabar, dalam hal ini adalah soal empati kepada korban bencana. Bencana bukan hanya merugikan harta benda, tapi terlebih lagi adalah psikologis warga. Yang terakhir ini yang kurang terbina.

Kita sarankan agar para pejabat menunjukkan empati yang lebih agar bisa menguatkan rakyat yang sedang terkena bencana. Ya, sekadar setor muka pada kesempatan pertama bencana datang, sudah bisa mengurangi derita psikis warga. Akhir-akhir ini, hal tersebut kurang terlihat. Datang kerap terlambat ketika kondisi psikologis warga sudah kembali naik.

Itulah kolaborasi sesungguhnya itu. Sama-sama merasakan derita warga, tidak hanya sama-sama ketika berbahagia.

Tiga Wilayah Bencana Tertinggi di Jawa Barat INILAH, Bandung – Tiga daerah menjadi perhatian khusus dari Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil. Karena prestasinya? Bukan. Ketiganya, Cianjur, Sukabumi, dan Garut jadi atensi karena indeks kerawanan bencananya yang tinggi.

Tidak hanya di Jawa Barat, tiga kabupaten itu ternyata memiliki indeks kerawanan tertinggi di Indonesia. “Ketiganya kerap dilanda bencana dengan potensi longsor, banjir, gempa, pergerakan tanah dan tsunami,” kata Emil usai memperingati Hari Kesiapsiagaan Bencana 2019 di Sesko AU Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jumat. (26/4)  Untuk itu, dia menegaskan akan memberi perhatian lebih dalam upaya pencegahan dan penanganan termasuk bantuan keuangan yang akan diberikan.

“Indeks kerawanan bencana, tiga besarnya ada di Jabar, yaitu Cianjur, Garut dan Sukabumi. Ini karena seringnya kejadian dan tentu ini menjadi atensi kami,” kata Emil.

Dia menuturkan, kesiapsiagaan bencana tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah saja, tapi juga harus melibatkan masyarakat. Karenanya, dalam peringatan Hari Kesiapsiagaan ini, Pemprov Jabar bersama Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mengukuhkan ratusan relawan forum Pengurangan Risiko Bencana Jawa Barat.

Relawan ini akan difokuskan di tiga daerah tersebut dan mereka telah dilatih kebencanaan oleh BNPB. “Mereka sudah sangat serius berlatih dari hari Selasa karena kita melihat bahwa stakeholder kesiapsiagaan bencana ini tidak bisa hanya mengandalkan pemerintah tapi juga harus melibatkan masyarakat,” ujarnya.

Emil berharap, skill dan pengetahuan yang didapat para relawan ini ditularkan kepada masyarakat tempat tinggalnya masing-masing. Sebab dari hasil penelitian, hanya 30% masyarakat yang selamat dari bencana dengan cara menyelamatkan diri sendiri.

“Sisanya tidak ada pengetahuan sehingga harus ditolong oleh orang lain. Maka semakin banyak masyarakat yang punya skill dalam kesiapsiagaan bencana tentu semakin bagus,” katanya.

Di tempat yang sama, Kepala BNPB Doni Monardo mengapresiasi antusiasme relawan yang terlibat mengikuti pelatihan kesiapsiagaan bencana ini. Doni mengatakan, Indonesia termasuk negara yang menduduki peringkat paling tinggi kejadian bencana alam.

“Ada 11 potensi kebencanaan seperti gunung merapi, gempa, likuifaksi, tsunami, banjir, longsor, kebakaran hutan dan masih banyak lagi. Selama 19 tahun terakhir Indonesia di peringkat kedua terbanyak korban, tahun 2018 saja mencapai 4.814 jiwa meninggal,” katanya.

Doni mengajak semua pihak untuk memahami betul potensi bencana dengan mengenali ancaman dan menyiapkan strateginya. Menurutnya, setiap daerah memiliki karakter ancaman yang berbeda. “Lembang dengan daerah di Jabar Selatan tentu beda penanganannya,” kata Doni.

Dalam menyiapkan strategi, lanjut Doni, ada beberapa hal yang harus dilakukan yaitu pencegahan, mitigasi, kesiapsiagaan, peringatan dini dan peningkatan kapasitas baik SDM dan kelembagaan termasuk anggaran.  (rianto nurdiansyah/ing)

April 2019