Inilah Koran dapat dibaca gratis dalam masa terbatas di aplikasi smartphone & tablet Android.

Editorial

AKHIRNYA, kita sepakat pemilu kali ini adalah yang terburuk penyelenggaraannya sejak Orde Reformasi. Karena itu, kita mendukung usulan-usulan atas perbaikan sistem penyelenggaraannya.

Sejak awal, pemilu serentak ini, termasuk pilpres, melukai akal sehat kita. Sejumlah kalangan sudah mengkritik, bahkan membawanya ke Mahkamah Konstitusi. Tapi, kritikan demi mendapatkan pemilu dan pilpres yang lebih baik, kandas.

Soal yang sudah diduga banyak orang sejak awal adalah soal presidential treshold. PT sebesar 20% terbukti membuat polarisasi politik makin tajam dan kita rasakan entah sampai kapan. Sialnya, PT tersebut berasal dari hasil Pemilu 2014. Artinya, parpol-parpol yang berada di DPR sekarang punya peran menentukan capres untuk dua pilpres sekaligus: 2014 dan 2019.

Persoalan lain adalah karena begitu banyaknya kontestasi yang berlangsung dalam sehari. Ada lima: Pemilu DPR, DPRD I, DPRD II, DPD, dan Pilpres. Bahwa KPU akan kedodoran dalam penyelenggaraannya, itu sudah diperkirakan banyak pihak sebelumnya, termasuk Bawaslu.

Akibatnya apa yang sudah terlihat sekarang. Banyak korban berjatuhan. Bukan hanya sekadar pingsan atau cedera, tetapi nyawa melayang. Di Jawa Barat saja, data terakhir menunjukkan 31 orang meninggal dunia akibat pemilu.

Sialnya lagi, KPU cenderung kurang profesional dalam penyelenggaraan, terutama saat proses penghitungan suara. Banyaknya data yang keliru pada Situng KPU menunjukkan profesionalisme penyelenggara buruk. Hampir tiap hari kesalahan terjadi. Meskipun situng bukan hitungan resmi, tapi tetap memberi dampak psikologis massa yang hebat bagi publik. Pertanyaan kenapa hanya capres tertentu yang secara “human error” mengalami penambahan suara melampui C1 adalah gejala psikologis itu. Jangan salahkan publik, KPU yang salah, jika kemudian muncul kecurigaan itu sebagai “human error” yang disengaja.

Kita tidak patut membusungkan dada menyaksikan kekaguman dunia soal pemilu maraton ini. Sebab, di balik kekaguman itu muncul banyak korban. Karena itu, kita mendukung usulan perubahan format pemilu di masa mendatang agar tidak lagi terasa sangat berat membebani seperti saat ini. Kita tak ingin ada korban warga di saat mereka sedang memilih pemimpinnya, memilih perwakilannya. Cukup sekali ini saja.

April 2019