Inilah Koran dapat dibaca gratis dalam masa terbatas di aplikasi smartphone & tablet Android.

Editorial

APA yang akan kita lakukan jika jadi suami atau setidaknya anggota keluarga SM? Setelah menjalani pemeriksaan polisi, hal pertama yang sepatutnya dilakukan adalah mendatangi Masjid Al Munawaroh, Sentul City, dan menyampaikan permintaan maaf. Kalau rasa-rasanya agak takut, ya minta dilindungi aparat kepolisian.

Sedikitnya ada dua hal yang bisa diredam jika sang suami datang melakukan silaturahmi dengan pengurus masjid. Pertama menjelaskan dengan sejelas-jelasnya fakta bahwa SM adalah pengidap gangguan jiwa. Kedua, sebagai suami yang bertanggung jawab terhadap istrinya, meminta maaf sesungguh-sungguhnya kepada pengurus masjid.

Tetapi, itu yang tak terlihat oleh publik. Entah dilakukan suami, atau anak-anaknya, atau anggota keluarganya. Hal itulah yang sedikit banyaknya akan mengurangi syakwasangka di antara kita sesama umat beragama. Bertanggung jawab secara personal, bertanggung jawab sebagai kepala keluarga, menghadapi risiko yang kita pahami akan berat, tapi insya Allah akan bisa dilalui dengan kepala tenang.

Apa yang dilakukan SM, setidaknya berkaca dari rekaman yang beredar di media sosial, adalah sebuah kesalahan. Patut mencederai perasaan pihak lain. Tapi, kita meyakini, permintaan maaf pada kesempatan pertama, adalah obat penenang yang bisa mengobati perasaan orang lain.

Kita sayangkan, itu tidak dilakukan keluarga SM. Kita sayangkan, itu tidak dilakukan SM. Sebab, peristiwa seperti ini, bukanlah kali pertama terjadi. Dia terjadi dan melanda umat beragama apapun. Belum sebulan lalu, seorang pendeta di Kalimantan, ditusuk pria yang belakangan juga diketahui sedang mengidap paranoid dan gangguan jiwa. Sang pelaku, saat sedang dibujuk polisi untuk menyerah, malah terjun ke sungai dan meninggal. Orang tuanya pasrah dan meminta maaf. Selesai.

Kadang-kadang, dalam kehidupan kita bernegara dengan beragam corak latar belakang warganya, hal-hal seperti itu yang tidak ada. Saling merasa, saling pengertian. Aneh buat kita, pekerjaan meminta maaf secara tulus dan sungguh-sungguh itu seperti sebuah beban yang tak terpikul.

Setelah peristiwa politik yang nyaris mencabik-cabik persatuan, peristiwa seperti yang dilakukan SM hendaknya jadi pelajaran berharga buat kita. Belajar bagaimana saling menghormati dan menghargai, tipa selira, dan punya keberanian mengakui kesalahan serta minta maaf.

Itulah pribadi yang baik. Itulah pribadi yang jantan. Itulah pribadi yang elegan. Sayangnya, kita kian kehilangan orang-orang sengan sifat dan sikap seperti itu.

Juli 2019