Inilah Koran dapat dibaca gratis dalam masa terbatas di aplikasi smartphone & tablet Android.

Editorial

BADANNYA tidaklah sintal. Tapi, soal langkah politik, tampaknya tak ada yang segesit Surya Paloh. Kerap tak terduga. Sering mengejutkan publik.

Tatkala PDIP masih meraba-raba, dia langsung memproklamirkan Partai Nasdem sebagai pengusung Ridwan Kamil di Pilkada Jabar lalu. Saat Jokowi menghadiri agenda Partai Nasdem, pekan lalu, dia pun menyebut pria Solo itu lebih pas jadi anggota Nasdem ketimbang parpol lain.

Tapi, langkahnya yang paling mengejutkan, adalah bertemu Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan di Gondangdia Lama, Jakarta. Pertemuan itu masih hangat jadi pembicaraan publik. Maklum, di Pilkada Jakarta, Nasdem adalah pendukung utama Basuki Tjahaja Purnama, rival Anies.

Meski dibungkus kamuflase bahwa Anies adalah deklarator Ormas Nasdem, sulit dipungkiri, bahwa itu bukan pertemuan politis. Apalagi, SP, sapaan akrabnya, mendukung Anies sebagai Gubernur DKI Jakarta dan tak menutup peluang mengusungnya di Pilpres 2024 mendatang.

Nasdem memang parpol baru. Tapi jangan salah, periode mendatang mereka menguasai 59 kursi DPR. Mereka naik paling tajam. Nasdem punya nilai tawar yang tinggi di Pilpres 2024. Dengan menggandeng dua parpol tengah saja, mereka bisa maju.

Lalu, bagaimana dengan Ridwan Kamil? Tak bisa dipungkiri, sejak Pilkada Jabar lalu, Emil, sapaan akrabnya, sebagai figur harapan SP. Penerawangan SP yang tajam, 90% menempatkan Ridwan Kamil dalam posisi front runner untuk Pilpres 2024.

Tetapi, pertemuan SP dan Anies, mengubah peta politik Nasdem seketika. Ada apa? Apakah SP begitu kepincut Anies? Atau, apakah ada sesuatu yang kurang harmonis dalam relasi RK dan SP? Hanya mereka yang tahu.

Emil, belum setahun memimpin Jawa Barat, memang menghadapi dinamika yang tidak ringan. Ada organ relawan yang menarik dukungan dan menyatakan oposisi. Salah satunya, sejumlah pentolan relawan Gurka. Selain sulit berkomunikasi, mereka menyebut program Emil lebih banyak pencitraan.

Sejumlah kebijakan Emil memang memunculkan kontroversi: pro-kontra. Salah satunya pembentukan TAP yang mendapat reaksi negatif dari ASN. Besarnya pengaruh orang-orang sekelilingnya juga membuat Emil seperti di menara gading saja.

Adakah itu yang memicu pertemuan SP, salah satu mentor RK, dengan Anies, dan memberi harapan kepada Gubernur DKI Jakarta itu? Waktu yang akan menjawabnya. (*)

Juli 2019