Inilah Koran dapat dibaca gratis dalam masa terbatas di aplikasi smartphone & tablet Android.

Editorial

APA yang salah dengan Persib? Hampir semuanya salah. Evaluasi harus segera dilakukan. Mutlak ada keputusan jangka pendek, keputusan jangka menengah, dan keputusan jangka panjang yang harus diambil. Itu jika Persib ingin selamat.

Kesalahan pertama Persib adalah saat pembentukan tim. Persib terlalu lamban dalam pembelian pemain. Tak hanya itu, pembelian pemain juga tak strategis.

Ada dua lini vital dalam sepak bola. Lini tengah itu vital untuk penguasaan permainan. Tapi dalam hal persoalan menang-kalah, lini yang paling berperan adalah depan dan belakang. Justru di kedua lini ini Persib lemah. Tak hanya lemah dalam permainan, juga dalam perencanaan.

Aneh, ketika dua pemain vital musim lalu, Victor Igbonefo dan Jonathan Bauman hengkang, Persib justru asyik mencari pemain gelandang. Akibatnya, saat lini gelandang kaya materi pemain, dia kedua lini sangat penting, Persib amburadul.

Di jantung pertahanan, hanya Bojan Malisic dan Achmad Jufriyanto yang berkualitas. Di lini depan malah hanya Ezechiel N’Douassel. Padahal, musim lalu ada pelajaran, temperamen tinggi N’Douassel membuatnya sering kena kartu. Bisakah dibayangkan bagaimana lini depan Persib tanpa Eze? Pelatih Robert Rene Alberts sudah sepantasnya dievaluasi. Boleh saja dia berdalih menerima pemain yang sudah ada. Tapi, ketika menerima pinangan Persib, seharusnya dia tahu risiko yang dia hadapi dengan materi pemain seperti itu.

Alberts boleh saja bilang Persib tak beruntung. Menguasai permainan, tapi tak menang. Tapi, justru kemenangan itu yang jadi poin penting dalam sebuah kompetisi. Sebagus Brasil, sebagus Barcelona, jika tak menang, juga tak penting.

Karena kompetisi adalah urusan teknis, maka yang paling bertanggung jawab atas hasil buruk Persib saat ini adalah pelatih Belanda itu. Dia tak bisa cuci tangan. Strateginya menguasai permainan boleh jalan, tapi tidak untuk strategi memenangkan laga. Padahal, hal utama dalam pertandingan adalah kemenangan.

Dalam jangka menengah dan panjang, pemilik Persib tentu patut pula mengevaluasi orang-orang yang ada di luar hal teknis. Dari direksi hingga manajemen tim. Yang benar harus dipertahankan, tapi yang keliru tentu patut dievaluasi.

Persib memang punya PT Persib Bandung Bermartabat. Tapi, dia adalah entitas Bandung, entitas Jawa Barat, entitas bobotoh. Bayangkan, apa jadinya Persib kalau tanpa bobotoh? Karena itu, dia harus dikelola tak hanya mempertimbangkan pemilik, melainkan juga entitas yang melingkupnya. (*)

Juli 2019