Inilah Koran dapat dibaca gratis dalam masa terbatas di aplikasi smartphone & tablet Android.

Editorial

Lima anggota Dewan Pengawas Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mengucapkan sumpah di Istana Negara. Kini, mereka akat ikut menentukan arah pemberantasan korupsi empat tahun ke depan.

Pelantikan Dewas ini justru lebih menarik perhatian publik ketimbang pelantikan komisioner. Maklum, Dewas menjadi salah satu pokok persoalan yang memicu kontroversi dari undang-undang baru pemberantasan korupsi.

Dewas KPK agak berbeda dengan dewan pengawas di lembaga lain. Dia tak hanya memelototi soal etika, melainkan juga masuk ke wilayah-wilayah teknis. Misalnya, mereka yang memberikan izin penyadapan dan operasi tangkap tangan yang dilakukan penyidik.

Tentu saja, munculnya lima nama pengisi Dewas cukup memberikan harapan. Mereka adalah orang-orang yang jejak rekamnya memiliki integritas yang kuat. Ada Tumpak Hatorongan Panggabean, Artidjo Alkostar, Albertina Ho, Harjono, dan Syamsuddin Haris.

Setidaknya, tiga di antaranya sudah terbukti sebagai pendekar-pendekar antikorupsi. Tumpak adalah Wakil Ketua KPK periode pertama, lalu Albertina Ho adalah hakim yang menjatuhkan hukuman berat kepada koruptor semisal Gayus Tambunan, sementara Artidjo adalah hakim Mahkamah Agung yang membuat terpidana korupsi takut melanutkan perkaranya ke MA.

Jika ada respons positif terhadap KPK empat tahun ke depan dari publik, maka bisa kita pastikan karena nama-nama di Dewan Pengawas itu. Nyaris tanpa kontroversi, integritasnya sudah teruji. Kita sejauh ini belum pernah mendengar sepak terjang dua nama lainnya dalam perang melawan korupsi.

Bagaimana dengan komisioner KPK? Hingga saat ini, publik belum memiliki kepercayaan yang tinggi. Terlebih, ada satu-dua yang di mata pejuang antikorupsi justru dianggap bermasalah.

Waktu empat tahun ke depan adalah saat bagi mereka untuk menjawab keraguan masyarakat itu. Publik menunggu, apakah penekanan pada pencegahan betul-betul jadi jurus jitu pemberantasan korupsi, sesuatu yang belum bisa kita yakini melihat mentalitas sebagian besar bangsa ini, terutama kalangan pejabat dan penguasa.

Akan halnya Dewas, di samping memunculkan harapan, kelimanya juga sedang dalam ujian. Meski kita tak meragukan integritasnya, tentu masih boleh ditunggu, apakah mereka tidak akan ewuh-pakewuh terhadap penguasa yang memberikan mereka posisi tersebut.

Kita berharap mereka akan tetap seperti Tumpak selama ini, Artidjo selama ini, Albertina selama ini. Kalau tidak, tentu hal itu akan bisa merusak reputasi mereka. Kita meyakini, bagi orang-orang seperti mereka, reputasi adalah nomor satu, jauh di atas kekuasaan, apalagi harta. (*)

Desember 2019