Inilah Koran dapat dibaca gratis dalam masa terbatas di aplikasi smartphone & tablet Android.

Editorial

Awaluddin Djamin pergi untuk selamanya. Setelah Hoegeng, dialah polisi yang patut diikuti jejaknya oleh para anggota kepolisian saat ini.

Sekali waktu, Gus Dur pernah berkelakar. Katanya, hanya ada tiga polisi yang jujur. Pertama, patung polisi, kedua polisi tidur, ketiga Hoegeng. Mungkin, nama Awaluddin Djamin juga bisa masuk ke dalamnya. Awaluddin salah satu tangan kanan Hoegeng ketika jadi Kapolri.

Tapi, kalaupun tidak, Awaluddin pantas ditempatkan pada deretan polisi yang paling bermanfaat untuk institusi kepolisian itu sendiri. Dia polisi pengabdi. Mengabdi untuk institusi kepolisian, mengabdi untuk negara yang dia cintai.

Unggung Cahyono, polisi berpangkat Komjen, setahun lalu, saat ulang tahun ke-90 Awaluddin, menyebut Kapolri tahun 1978-1982 itu sebagai peletak konsep modern kepolisian, pembenah Polri. Jusuf Kalla, di kesempatan yang sama, menaruh hormat karena Awaluddin mengabdikan diri sebagai polisi, pemerintahan (dia pernah jadi menteri di era Soekarno dan Soeharto), diplomat, dan pendidik.

Sebagian jenderal polisi saat ini, lahir karena sentuhan Awaluddin. Sebab, setelah tak jadi Kapolri, dia tetap mengabdi sebagai dosen dan kemudian Dekan PTIK. Beda dengan tak sedikit polisi yang terjun ke dunia usaha setelah pensiun, Awaluddin memilih menyiapkan polisi-polisi yang baik.

Kini, tepatnya kemarin, dia sudah pergi untuk selamanya. Publik, masyarakat ini, rindu polisi-polisi seperti Awaluddin. Yang pengabdiannya tulus kepada negara, entah dalam posisi apapun dia.

Publik tak ingin melihat oknum-oknum polisi bermental rendah, yang terlibat kasus narkoba, suap, perambahan hutan, atau hanya peduli pada yang menguntungkan mereka. Publik merindukan polisi yang berintegritas, bersikap sederhana, seperti Hoegeng dan Awaluddin. Selamat beristirahat Jenderal!

Februari 2019