Inilah Koran dapat dibaca gratis dalam masa terbatas di aplikasi smartphone & tablet Android.

Editorial

Hari-hari ini, mungkin banyak masyarakat yang muak membicarakan politik. Sebab, politik dibangun secara tidak beradab. Ruang publik tak hanya dipenuhi kabar bohong, kabar tak terkonfirmasi, tetapi juga pernyataan-pernyataan yang jauh dari akhlak dan adab yang baik.

Jika masyarakat membaca media, misalnya, kesan bahwa politik tak beradab itu sengaja diciptakan sulit untuk ditolak.

Bagaimana tidak jika setiap hari selalu saja ada saling tuduh, saling tuding, saling menjelekkan, dan tak membangun hal-hal positif. Semua digelar dengan cara yang vulgar.

Kesan yang terlihat adalah dua kubu yang saling bersaing di kontestasi Pilpres itu sengaja menempatkan orang-orang dengan mulut (baca: congor) yang berlepotan.

Pokoknya, apa saja yang dilakukan kubu lawan, selalu salah di hadapan mereka. Tidak hanya kubu A, juga kubu B. Yang muncul dengan congor-congor sadis di berbagai media itu, ya itu-itu saja orangnya.

Bagaimana masyarakat bisa percaya kepada elit politik jika sehari-hari kerjanya hanya mencaci, memaki, menjelek-jelekkan lawan? Padahal, dengan kemajuan teknologi, masyarakat tak sulit melacak jejak rekam mereka para pencaci dan pemaki itu. Mereka pun bukan politisi bersih, tapi politisi yang punya jejak bercak, salah, dan keliru.

Jika congor-congor ngawur dan tak beradab itu yang setiap hari muncul ke depan publik, maka yakinlah takkan menghasilkan kebaikan apa-apa.

Warga akan makin enggan terlibat dalam kontestasi demokrasi, termasuk menggunakan hak pilihnya. Sebab, siapa yang akan mereka pilih jika rerata politisi bersikap sama seperti itu?

Maka, sikap kita adalah, kita memberi saran kepada politisi pemilik congor tak santun itu untuk segera saja menjahit mulutnya.

Sudahlah, tak usah bicara lagi. Takkan membawa kebaikan juga bagi pasangan capres dukungan, apalagi pada pendidikan politik anak negeri ini. Jadi, berhentilah menciracau karena itu hanya akan melahirkan antipati publik, para pemilik suara di negeri ini.

Februari 2019