Inilah Koran dapat dibaca gratis dalam masa terbatas di aplikasi smartphone & tablet Android.

Editorial

Banyak yang kaget ketika Wakil Presiden Jusuf Kalla membuka sepenuhnya sejarah kepemilikan lahan yang dikuasai perusahaan Prabowo Subianto di Kalimantan Timur dan Aceh. Tapi, bagi siapapun yang mengikuti jejak Kalla, hal tersebut tak seharusnya kaget.

Sebab apa? Begitulah Kalla. Dia tak diam bila ada kekeliruan, bahkan jika kekeliruan itu terjadi pada dirinya, apalagi pada pihaknya. Terlebih karena dia adalah pelaku sejarah itu sendiri. Mengkritik pemerintahan, meski dia ada di dalamnya, bukanlah hal yang tabu baginya.

Banyak yang kaget saat dia mengkritik mahalnya pembangunan LRT. Tapi ini bukan kali pertama dia lakukan. Dia melakukan hal yang sama ketika menjadi wakil presiden di era Susilo Bambang Yudhoyono.

Kembali pada penjelasan soal lahan Prabowo, pernyataan Kalla terbukti membungkam semua isu-isu yang berputar di sekitar persoalan itu. Kita tak bisa membayangkan, bagaimana persoalan ini bisa jadi gorengan sana-sini jika Kalla tidak mengungkapkan apa yang sesungguhnya terjadi.

Jika Kalla mementingkan keberpihakan politiknya, sudah pasti dia tak melakukan itu. Sebab, selain pendamping Jokowi saat ini, dia adalah bagian dari Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Maruf. Tapi, kita melihat Kalla lebih mementingkan kebenaran ketimbang kepentingan politiknya.

Hal-hal semacam inilah yang kita lihat sangat jarang dimiliki politisi-politisi saat ini. Kebanyakan politisi lebih mementingkan diri sendiri dan karena itu tak mau tahu dengan cara pandang orang lain, meski kebenaran ada di pihak lain. Kejujuran seorang politisi sangat jarang kita lihat. Salah satunya dimiliki Kalla.

Kita menempatkan Kalla sebagai politisi kesatria. Dia menempatkan kebenaran di atas segalanya. Bahkan di atas kepentingan diri dan kelompoknya. Kita berharap bisa memiliki politisi-politisi seperti itu, bukan politisi yang lebih mementingkan diri dan kelompoknya ketimbang kepentingan masyarakat, apalagi kepentingan kebenaran.

Februari 2019