Inilah Koran dapat dibaca gratis dalam masa terbatas di aplikasi smartphone & tablet Android.

Editorial

Maka, kini kita sampai pada kesimpulan, PSSI harus dibersihkan secara keseluruhan. Tak ada gunanya lagi orang-orang yang bertahan di rezim saat ini dipertahankan. Semua harus dibuang.

Skandal pengaturan skor hanyalah salah satu penyebab. Tapi, buat kita, ada sebab yang lebih krusial. Apa itu? PSSI dan pengurusnya kini sudah tak punya integritas. Kasus boleh merusak sebagian, tapi integritas sudah meluluhlantakkan semuanya.

Kenapa kita sampai pada kesimpulan tak ada lagi integritas? Karena mereka berani memenggal sebuah turnamen di tengah jalan. Ini pelanggaran berat dan tak pernah terjadi sepanjang sejarah sepak bola kita dan dunia.

Bagaimana mereka punya integritas kalau di tengah jalan, saat berlangsung turnamen Piala Indonesia, mereka membiarkan Piala Presiden sekonyong-konyong menyodok. Hebatnya, Piala Presiden membuat jalan Piala Indonesia terpotong. Ini sudah tidak pada tempatnya lagi. Perlu dibongkar habis.

Kenapa? Karena ini merusak sistem. Klub tiba-tiba mengalihkan target yang sudah dipasang. Dalam konteks sepakbola, perubahan target adalah “dosa” karena faktor eksternal. Ada klub yang sejak awal memasang target mejuarai Piala Indonesia, kini harus beralih konsentrasi ke Piala Presiden.

Dalam dunia politik ibaratnya seperti ini: ada pilkada yang sudah memasuki masa kampanye, kemudian tertunda karena tiba-tiba ada pemilihan presiden. Itu sudah tidak benar. Ngaco. Karena ngaco, ya seluruh pengurus PSSI harus mempertanggungjawabkannya.

Tetapi, tidak hanya PSSI yang patut dikecam karena labil ini. Pihak penyelenggara Piala Presiden juga layak dikritik habis. Bagaimana mungkin, turnamen tahun lalu yang berakhir pada 17 Februari 2018, tiba-tiba bisa menyodok Piala Indonesia. Mudah-mudahan karena bukan namanya Piala Presiden. Mereka tak tertib, tak tertib terhadap jadwal dan kalender, tapi kemudian dipaksakan penyelenggaraannya.

Tak pernah ada di dunia hal semacam ini. Karena itu, siapapun yang memenggal Piala Indonesia di tengah jalan, tak layak mengurus sepak bola Indonesia.

Februari 2019