Inilah Koran dapat dibaca gratis dalam masa terbatas di aplikasi smartphone & tablet Android.

Editorial

TEWASNYA dua mahasiswa Universitas Halu Oleo di Kendari adalah pelajaran berharga buat kita. Jika tak ingin kepercayaan masyarakat terus menurun, satu-satunya jalan bagi kepolisian adalah mengungkap kasus ini sejernih-jernihnya dan transparan.

Saat ini, sehari setelah kematian Immawan Randi dan Muhammad Yusuf Kadari, informasi yang muncul simpang siur. Keduanya tewas diduga karena terkena peluru tajam. Lalu, polisi menyatakan tak ada aparat yang menggunakan peluru tajam.

Lalu, siapa yang menembak Randi dan Yusuf? Pernyataan polisi menyiratkan bukan aparat kepolisian. Lalu, siapa? Di luar aparat negara, hanya dua pihak lain yang mungkin punya senjata. Pertama, mereka yang dapat izin kepolisian menggunakan senjata. Kedua, pemilik senjata ilegal, bisa saja rakitan.

Maka polisi harus melakukan penyelidikan yang tuntas, memastikan siapa sesungguhnya yang menembak dua mahasiswa itu. Lakukan secara terbuka, jujur, dan transparan agar masyarakat percaya pada kesimpulan akhir penyelidikan.

Kenapa kita sampaikan seperti itu? Sejatinya karena kita kasihan melihat institusi kepolisian. Tingkat kepercayaan publik terhadap mereka menurun, terutama saat ada aksi-aksi seperti ini.

Sampai saat ini, sulit membantahkan kesan kurang netralnya polisi. Dalam kasus hoaks soal ambulans Pemprov DKI bermuatan batu, misalnya, publik ingin melihat netralitas itu. Tapi, hoaks itu berlalu tanpa ada apa-apa. Malah, kemudian polisi mentersangkakan pihak lain, Dandhy Laksono, misalnya.

Untuk meningkatkan trust publik, satu-satunya cara yang dilakukan polisi adalah mendongkrak netralitas mereka. Menyatakan yang salah itu salah, tak peduli siapa pelakunya, atau sebaliknya. Bahkan jika pelaku yang salah itu adalah aparat kepolisian sekalipun.

Tak perlu polisi membela oknum-oknum mereka yang berbuat salah. Sebab, kesalahan itu manusiawi adanya. Tapi, sungguhpun manusiawi, ada ukuran-ukuran yang membuat sesuatu kesalahan patut mendapatkan ganjaran. Jika pembelaan itu yang dilakukan, percayalah, kepercayaan publik akan kian tergerus.

Satu langkah sudah dilakukan polisi, dalam hal ini Kapolri. Dia mencopot Kapolda Sulawesi Tenggara. Polisi menyebutnya tour of duty, tapi sulit bagi polisi meyakinkan publik itu pergantian biasa saja.

Langkah itu patut kita apresiasi. Kita yakini, itu bisa menaikkan kembali kepercayaan publik, meski tak besar. Tingkat kepercayaan itu akan berbalik kuat jika polisi mampu membeberkan apa sesungguhnya yang terjadi di Kendari. Sejujur-jujurnya. (*)

September 2019