Inilah Koran dapat dibaca gratis dalam masa terbatas di aplikasi smartphone & tablet Android.

Editorial

Pahlawan, bukan orang yang memberikan jasa besar bagi kekuasaan. Dia adalah orang yang betul-betul mengabdi dengan tulus, menjunjung nilai-nilai kemanusian universal keindonesiaan, dan berbuat banyak untuk masyarakat sekitarnya. Dia berbuat hal-hal yang besar untuk bangsa.

Yang berjasa besar untuk kekuasaan itu adalah pengabdi kuasa, bukan pahlawan. Namanya kuasa, apalagi di tengah gaduh demokrasi yang tak menentu, adalah pihak-pihak. Pihak-pihak tak layak jadi pahlawan karena keberpihakannya, apalagi hanya sekadar keberpihakan kepada kekuasaan.

Pahlawan itu bisa saja muncul di Sumedang, di Ciamis, atau di manapun juga. Dia bisa muncul di pelosok, di tengah hutan belantara Sumatera atau Kalimantan. Di pegunungan-pegunungan Papua.

Dia, bisa saja, hanya seorang guru, di kawasan pelosok, yang menghabiskan hari dan abdinya untuk terang-benderangnya kawasan tersebut. Dia, bisa saja hanya seorang guru, yang mengorbankan segalanya, termasuk kesehatan dan bahkan hidupnya, agar muncul generasi-generasi yang cerdas dan berbudi pekerti.

Dia, bisa pula, hanya seorang pemuda desa, yang tak tergiur gemerlap kota, dan berjuang habis-habisan untuk kemajuan petani di desa. Itu jauh lebih bermakna dibanding mereka yang hiruk-pikuk, memposisikan diri sebagai pahlawan, padahal hanya pengabdi kekuasaan.

Pahlawan adalah soal ketulusan. Dia adalah perbuatan baik yang bermanfaat besar bagi lingkungannya. Dia bahkan juga bisa orang yang betul-betul tulus melawan persekongkolan kapital dan kekuasaan yang merambah dan mengeksploitasi hutan semata-mata karena alasan ekonomi dengan cara yang patgulipat.

Dia, bisa pula, atlet-atlet yang berjuang tulus di gelanggang olahraga, seniman-seniman yang khusuk berkontemplasi di arena-arena kesenian, dengan hasil yang bermanfaat untuk masyarakat banyak.

Ya, merekalah pahlawan-pahlawan zaman sekarang. Sebab, jika sudah menyangut kekuasaan dan politik kekuasaan, maka yang muncul adalah pahlawan-pahlawan kontradiktif, ada yang menyetujui, tak sedikit pula yang antipati mati-matian. (*)

November 2019