Haluan dapat dibaca gratis dalam masa terbatas di aplikasi smartphone & tablet Android.

Editorial

PT Bank Pembangunan Daerah Sumatera Barat atau Bank Nagari akhirnya resmi melakukan konversi dari bank konvensional menjadi bank syariah.

Hal itu sesuai hasil Rapat Umum Pemegang saham (RUPS) Luar Biasa (RUPS-LB) dan Rapat Pemegang Saham A Bank Nagari di Rocky Plasa Hotel, Sabtu (30/11).

Setelah ditunggu sekian waktu, akhirnya Bank Nagari menyusul langkah Bank Aceh, yang menjadi BPD pertama yang melakukan kon¬versi ke syariah secara menyeluruh.

Sebagai daerah dengan mayoritas masyarakat muslim, tentu hal ini disambut baik. Apalagi Sumbar dengan filosofi Adat Basandi Syarak-Syarak Basandi Kitabullah (ABS-SBK).

ABS-SBK akan menjadi nilai tambah bagi Bank Nagari Syariah untuk lebih maju dan berkembang di Sumbar karena identitas masyarakatnya yang mendukung. Dengan lebih dari 90 persen masyarakatnya muslim, akan menjadi pasar yang potensial untuk perbankan syariah terutama Bank Nagari Syariah.

Tetapi yang tak kalah penting, dengan menjadi bank syariah, maka Bank Nagari sudah menjadi lembaga perwujudan dari filosofi ABS-SBK tersebut.

Tak hanya itu, Bank syariah dengan prinsip bebas riba,juga sangat potensial dalam mendorong ekonomi kerakyatan sehingga masyakat bisa lebih berdaya.

Beberapa pemerakarsa Bank Islam mengatakan ”Don’t Call Islamic Banking, If Don’t Touch The Grass Roots” yang artinya jangan sebut Bank Islam (syariah), jika tidak menyentuh lapisan bawah.

Hal ini merupakan sebuah anjuran sekaligus prinsip yang harus dilaksanakan oleh semua Bank Islam (syariah) yaitu lebih menyentuh lapisan bawah.

Sebagian besar usaha di Sumbar adalah Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Jumlahnya bahkan mendominasi perekonomian Sumbar yakni lebih dari 80 persen.

Persoalan klasik, mereka terkendala mendapatkan pinjaman modal untuk mengembangkan usahanya. Mereka sulit mengakses perbankan dan akhirnya memilih jalan pintas memperoleh modal dari pihak renternir dengan bunga yang mencekik leher. Kehadiran Bank Syariah di tengah-tengah lingkungan masyarakat tersebut akan menjadi suatu penawar yang lebih humanis bagi masyarakat lapisan bawah.

Desember 2019