Haluan dapat dibaca gratis dalam masa terbatas di aplikasi smartphone & tablet Android.

Editorial

Peradaban manusia berkembang sesuai masanya. Setiap peradaban, menghasilkan karya yang mengusung nilai-nilai yang berkembang saat itu.

Peradaban dari masa ke masa tak semuanya bisa dipertahankan. Ada yang lenyap karena ditelan waktu dan ada juga yang hilang karena ulah tangan kotor manusia yang lahir di peradapan berikutnya.

Begitu juga dengan pencak silat yang baru saja diakui sebagai warisan dunia Upaya pemerintah yang melestarikan peninggalan bersejarah di Sawahlunto, terutama soal tambang batu bara di kota arang itu tentu harus didukung dan dijadikan pelajaran bersama untuk pihak terkait lainnya di Sumbar. Sebenarnya, warisan budaya, terutama heritage tak sekedar di Sawahlunto. Ada beberapa daerah lainnya yang sebenarnya bisa didorong untuk diupayakan dijaga dan dilestarikan, seperti Pelabuhan Air Bangis di Pasaman Barat, Kota Tua di Padang, hingga tempat bersejarah lainnya di Bukittinggi dan lainnya.

Tentunya, indikator sebagai warisan budaya dunia yang dilindungi Unesco (Badan PBB yang menangani persoalan budaya) ada di pihak terkait. Tapi, setidaknya, merawat dan menjaga kondisi fisik bangunan bersejarah peninggalan kolonial. Tak sekedar prestise dan branded sebagai warisan budaya dunia, menjaga kondisi fisik bangunan masa kolonial juga menjadi bagian untuk merawat bukti sejarah untuk generasi berikutnya yang tentunya juga akan memiliki peradabannya sendiri.

Untuk melestarikan bangunan bersejarah, selain peremajaan secara fisik, juga perlu adanya fungsi baru. Fungsi baru bangunan bersejarah sebaiknya memerhatikan aspek-aspek tata kota (lokasi bangunan dan lingkungan sekitar), fisik bangunan (arsitektural, konstruksi, organisasi ruang, dan fisika bangunan), ekonomi (potensi untuk memobilisasi pendapatan), dan sosial (potensi untuk kesejahteraan dan kebanggaan masyarakat).

Bagaimana menentukan fungsi baru yang sesuai untuk lahan pusaka sarat polusi dengan banyak bangunan bersejarah di atasnya? Strategi yang dipilih adalah mengombinasikan fungsi baru yang sifatnya sementara, yaitu sebagai tempat berbagai pertunjukan dengan rencana pelestarian jangka panjang sebagai taman budaya dan sarana rekreasi dan olahraga.

Lahan pusaka ini harus dibersihkan dulu, bangunan-bangunannya harus direnovasi, tim kerja harus dibentuk, dana harus dicari, dan semua itu merupakan suatu proses panjang yang kompleks selama hampir 15 tahun. Motor dan inisiatornya adalah pemerintah lokal yang menunjuk seorang pejabat sebagai penanggung jawab seluruh proyek.

Salah satu contoh pelestarian pusaka yang mendekati keseimbangan nilai sosial dan nilai ekonomi adalah Westergasfabriek di Amsterdam. Westergasfabriek adalah pabrik batu bara yang dibangun tahun 1885 dan berhenti berproduksi tahun 1967.

Sejak itu, kompleks bangunan seluas 14 hektar ini berfungsi sebagai garasi dan bengkel. Sebagian bangunan dihancurkan dan yang tersisa adalah 13 bangunan bergaya Neo-Renaisan yang seluruhnya berstatus bangunan bersejarah yang dilindungi. Lalu, soal fungsi wisata, tentunya itu menjadi rangkaian yang tak akan terpisahkan.

Desember 2019