Haluan dapat dibaca gratis dalam masa terbatas di aplikasi smartphone & tablet Android.

Editorial

Hari ini, adalah hari terakhir dalam sistem penanggalan Masehi di tahun 2019. Sepanjang tahun ini, tentunya banyak momentum dan kegiatan yang mengisi keseharian kita, baik sebagai pribadi maupun sebagai bagian dari lingkungan, mulai dari lingkungan terkecil di keluarga hingga lingkungan sosial masyarakat dan sebagai warga negara.

Tahun baru memiliki makna dan arti berbeda bagi setiap orang, tergantung bagaimana mereka akan mengisi tahun yang akan segera dihadapi, Namun banyak juga yang apatis dan tidak mau ambil pusing dengan urusan pergantian tahun, bahkan kebanyakan dari mereka sama sekali tidak pernah memikirkan rencana apa yang akan dilakukan pada tahun yang akan datang.

Hanya saja perayaan pergantian tahun, sudah menjadi tradisi disambut dengan meriah, meluapkan kegembiraan dengan berbagai cara terutama oleh mereka yang hidup di perkotaan, di pelosok sekalipun.

Momen pergantian tahun yang biasanya disambut dengan meriah dengan berbagai cara dan telah menjadi budaya bagi sebagian besar negara di dunia termasuk di Indonesia.

Perayaan ini diperingati untuk menandai berakhirnya tahun sekaligus menyambut datangnya tahun selanjutnya, kendati di sebagian wilayah di Sumbar sudah mulai menunjukkan sikap berbeda dengan meminimalisir kegiatan yang bersifat huru hara atau sekedar berhibur diri. Sebagian pemerintah tersebut tak memfasilitasi momen itu.

Kalaupun ada, itu dilakukan oleh sekelompok warga atau komunitas yang menyesuaikan dengan maksud dan tujuan masing-masing.

Bagi sebagian orang tahun baru dijadikan sebagai moment penting untuk memulai atau mengenang sesuatu yang akan dimulai dan pernah dikerjakan dalam kehidupan.

Namun demikian banyak juga yang menganggap bahwa pergantian tahun itu hanya hari biasa yang tidak perlu di istimewakan dan tidak perlu berlebihan dalam menyambut datangnya pergantian tahun.

Manfaat merayakan tahun baru secara umum tergantung pada masing-masing pribadi, bagi mereka yang meyakini bahwa pergantian tahun dinilai penting untuk membuat komitmen dalam kehidupan yang akan dilalui tidak ada salah salahnya jika menjadikan tahun baru sebagai awal untuk memulai sesuatu lebih baik sekaligus sebagai hari untuk mengevaluasi semua hal yang pernah dilalui.

Namun, hal yang paling penting pada momentum pergantian tahun kali ini bisa mendorong diri pribadi publik untuk meresolusi diri dalam hal perubahan atas daerah. Perlu dicatat, di Sumbar ada 13 Pilkada bupati/walikota dan 1 Pilgub di tahun 2020 ini. Sejak awal tahun, publik bisa lah kiranya mulai memahami siapa calon yang akan mereka pilih untuk keberlangsungan pembangunan daerah di periode berikutnya.

Momentum 2020 itu, publik Sumbar harus paham siapa kepala daerah yang sekedar bernafsu atas kekuasaan, mana yang berpikir untuk daerahnya, pembangunan kampung halaman yang realitasnya disebut sebagian kalangan sudah tertinggal jauh dibanding daerah lain di Sumatera khususnya dan Indonesia pada umumnya.

Tak saatnya lagi, publik dilenakan oleh pencitraan lewat baliho, ceramah-ceramah di masjid untuk menarik simpati. Tak saatnya lagi publik harus terkesima ketika si calon kepala daerah sekedar mentraktir kopi saat duduak basamo di lapau atau sekedar memberikan bantuan sembako, baju kaos atau sekedar di tepuk-tepuk punggung sok akrab. Pastikan program yang mereka usung dan sejauh mana rasionalnya program itu.

Jadi, momentum pergantian tahun 2020 ini bisa disebut momen untuk berbenah menjadi pemilih yang kritis dan cerdas.

Desember 2019