Haluan dapat dibaca gratis dalam masa terbatas di aplikasi smartphone & tablet Android.

Editorial

Menyambut tahun baru 2020, public tentu berharap mengalami berbagai peningkatan- dalam kehidupannya. Orang tidak ingin di tahun 2020 kelak, sama saja capaiannya dengan apa yang telah dilaluinya di tahun tahun sebelumnya.

Agar keinginan itu dapat terwujud, tentu perlu dilakukan berbagai langkah atau resolusi yang terencana dan terukur dengan baik.

Tahun 2019 akan segera berlalu dan 2020 akan datang dengan segudang asa dan harapan. Pergantian tahun selalu diperingati dengan berbagai cara. Namun secara umum, peringatan pergantian tahun baru mesehi, selalu identik dengan kegembiraan dan bahkan cenderung hura-hura. Pesta kembang api, mercon, api unggun dan pesta spesial di diskotek serta di berbagai tempat hiburan lainnya.

Begitulah rutinitas setiap tahun. Di Sumatera Barat, pesta-pesta tahun baru seperti di atas, juga ramai digelar.

Meskipun Majelis Ulama Indonesia (MUI), para ustadz dan sebagian pemerintah daerah dari jauh-jauh hari, memberikan peringatan dan larangan agar jangan memperingati tahun baru masehi dengan hura-hura, tapi tetap saja mayoritas masyarakat mengabaikan imbauan tersebut.

Makin melebarnya upaya dari penguasa di daerah ini “menghadang” langkah perayaan malam pergantian tahun tersebut merupakan sebuah langkah baik, kendati hasil tahun lalu belum menampakkan hasil yang signifikan. Tapi, “tekanan” tersebut setidaknya cukup memberikan warning pada publik bahwa upaya dari banyak kalangan mensiarkan pesta itu tak akan selalu mulus.

Setidaknya lagi, ini akan menjadi budaya baru yang semangatnya bisa terus dikembangkan. Bandingkan dengan masa-masa sebelumnya. Saat masih ada kepala daerah yang malah ikut-ikutan berpesta pora menikmati malam pergantian tahun ini. Kendati masih belum massif tekanan yang diberikan saat ini mestinya dievaluasi lagi agar saat pelaksanaan di tahun mendatang, bisa memberikan dampak yang lebih luas.

Sayangnya, selebaran kertas larangan itu tak sejalan dengan fakta di lapangan.

Di beberapa tempat di Padang pestapesta seperti ini tak terhadang. Ada apa gerangan? Mungkinkah sikap menolak arus global itu tak teriringi dengan kebutuhan kegiatan hedonis di sebuah kota yang mulai beranjak ke metropolitan ini? Harusnya, ini jadi catatan sekaligus evaluasi agar lembaran kertas larangan yang bersifat himbauan itu tak sekedar jadi pemenuh tong sampah.

Yang tak kalah pentingnya di balik itu semua adalah pentingnya bagi masingmasing pribadi untuk melakukan refleksi dan evaluasi atas apa-apa yang telah dilaksanakan di tahun 2019. Sejauh mana capaiancapaian atas target atau rencana di tahun 2019.

Tentulah ada yang berhasil dan ada pula yang gagal atau yang masih tertunggak.

Perlu tentunya mengetahui dan memahami di mana letak masalah dan apa penyebab kegagalan yang dihadapi di 2019.

Jika telah diketahui dan dipahami penyebabnya, tentu hal itu akan menjadi pengalaman berharga. Sehingga bisa menjadi pelajaran dan petunjuk untuk tidak gagal lagi di tahun baru yang akan disonsong.

Desember 2019