Haluan dapat dibaca gratis dalam masa terbatas di aplikasi smartphone & tablet Android.

Editorial

Potensi Sumbar tak lepas dari potensi wisata alam yang terbentang dari berbagai penjuru negeri. Bicara soal pengelolaan, tentu belum semua optimal. Potensi wisata merupakan anugerah sang kuasa itu seperti sama-sama kita lihat, nyaris terabaikan,bahkan ada yang telah beralih fungsi, seperti Danau Maninjau.

Seperti tak kehilangan akal, program dan inovasi untuk pengembangan potensi bergeser dari potensi alam ke potensi komunal dengan memanfaatkan potensi desa yang kemudian dikenal dengan desa wisata. Istilah yang kian berkembang dalam tempo 10 tahun terakhir itu mendapat respon positif, kendati harus ada pematangan pemahaman dari seluruh komponen desa untuk mendukung program tersebut.

Di Sumbar, potensi ini tentunya sangat berpeluang untuk dikembangkan. Karenanya, Pemerintah Sumatera Barat (Sumbar) harus terus mendorong kabupaten dan kota di provinsi itu untuk mengembangkan desa wisata di daerahnya untuk dipromosikan kepada wisatawan dalam dan luar negeri.

Dinas terkait, mengakui memang pengembangan desa wisata di Sumbar tergolong masih sedikit. Untuk itu, daerah, baik di tingkat kabupaten maupun kota bisa berlomba-lomba melirik potensi tersebut untuk kemudian dikelola bersama masyarakat setempat dan masyarakat adat. Pengelolaan dengan memanfaatkan komponen lokal setidaknya bisa mendorong rasa tanggung jawab. Ini akan memudahkan tentunya dari pada memaksakan pola top down.

Ada beberapa daerah yang sedang menyiapkan desa wisata yaitu Padangpariaman, Agam, Padangpanjang, Sawahlunto, Pesisir Selatan, Tanah Datar, Solok Selatan. Konsep desa wisata yang sedang dibuat yaitu memanfaatkan rumah penduduk sebagai penginapan serta terdapat kerajinan, aktivitas kesenian, dan kebudayaan. Desa wisata itu memiliki berbagai kegiatan guna menarik pengunjung untuk datang.

Selain itu, di desa itu juga memiliki agro wisata yang dapat dijadikan tempat bertanam sehingga wisatawan dapat merasakan hidup di daerah pertanian. Selain itu, meminta masyarakat setempat memproduksi kerajinan yang dapat dijadikan souvenir dengan memanfaatkan sanggar seni yang ada di daerah itu.

Namun, perlu diingat ketika pengembangan potensi itu tak diiringi dengan upaya promosi yang gencar bisa saja upaya tersebut sia-sia. Perlu trik kekinian dengan memanfaatkan sarana media yang kini tengah berkembang. Tak kalah penting, adalah mengajak kaum milenal di desa tersebut untuk ikut menyebarluaskan keindahakan kampong mereka sebagai desa wisata sehingga mengundang penikmat wisata datang.

Cikal bakal pengembangan desa wisata di Sumbar ini bisa berkaca kepada pada promosi desa terindah di dunia yang ada di Priangan, Kabupaten Tanah Datar. Booming informasi ini tak lepas dari bagaimana memanfaatkan jaringan media internasional untuk ikut mempromosikan.

Tapi, yang penting adalah ciri khas. Ini akan menjadi nilai tambah sekaligus dengan mempertahankan nilai-nilai lokal. Jika budaya “asing” yang diadopsi oleh desa wisata, maka itu bukanlah daya tarik karena identitas lokal sebuah desa wisata menjadi bagian penting untuk memanfa¬atkan passion public yang ingin berkelana.

Desember 2019