Inilah Koran dapat dibaca gratis dalam masa terbatas di aplikasi smartphone & tablet Android.

Editorial

Jika target Persib Bandung musim ini adalah juara, maka situasi yang dihadapi sekarang sudah memasuki lampu merah. Sudah layak mengibarkan bendera SOS, pertanda bahaya.

Persoalan Persib bukan hanya semata selisih jarak yang makin jauh dibanding klub-klub pemuncak klasemen. Masalah utamanya adalah permainan Persib tak juga membaik, jauh dari efektif, dan nyaris tak memberi harapan sama sekali.

Dari sisi prestasi, bayangkan saja dari lima pertandingan terakhir, Persib hanya meraih dua poin! Klub berkualitas juara mana yang punya prestasi sejeblok itu. Dalam performa akhir-akhir ini tersebut, Persib hanya unggul tipis dari Semen Padang, penghuni dasar klasemen.

Bandingkan dengan tetangga baru, PS Tira Persikabo. Di lima laga terakhir itu, koleksi poin mereka bertambah 13 poin. Hanya hilang dua, sementara Persib kehilangan 13.

Sudahlah. Sudahilah mencari kambing hitam terhadap kegagalan-kegagalan ini. Tak pada tempatnya menyalahkan wasit, misalnya. Tak masuk akal juga jika keputusan wasit selama ini hanya merugikan Persib, tak merugikan klub-klub lain. Tak perlu didramatisir misalnya kualitas wasit terkait dengan kasus mafia wasit yang sudah menelan korban.

Persoalan Persib sesungguhnya ada di tubuh Persib sendiri. Apakah itu pergantian mendadak pelatih menjelang kompetisi, hengkangnya sejumlah pemain bintang, atau komposisi pemain tak seperti yang diharapkan. Seusai ditahan imbang Borneo FC, Pelatih Robert Rene Alberts sendiri mengaku jujur, persoalan mendasar timnya adalah tak mampu mempertahankan keunggulan. Itu pernyataan yang lebih fair.

Sudah saatnya Persib melakukan evaluasi yang sejujur-jujurnya terhadap kinerja semua pihak: direksi, manajemen, pelatih, hingga pemain. Hanya dengan evaluasi yang jujur itu, penyakit sesungguhnya di tubuh Persib akan diketahui dan lebih gampang ditemukan obatnya.

Evaluasi jujur dan komprehensif itu, tentu saja, akan disambut bobotoh dengan lapang dada pula. Sebab, meskipun berkali-kali bereaksi negatif terhadap penampilan tim musim ini, ketahuilah bahwa kecintaan bobotoh terhadap Persib tak berkurang segaris pun.

Petinggi Persib perlu mendengarkan suara bobotoh. Sebab, meskipun bukan pemilik saham, mereka adalah “modal” sesungguhnya PT Persib Bandung Bermartabat. Harus diperhatikan, harus diberi ruang dalam koridor yang normal. Agar, tak hanya mencintai Persib, mungkin saja mereka juga punya cara pandang bagaimana mengangkat Persib dari keterpurukan. Agar tak terus-menerus berada dalam posisi SOS. (*)

Agustus 2019