Inilah Koran dapat dibaca gratis dalam masa terbatas di aplikasi smartphone & tablet Android.

Editorial

Apa yang dihadapi Papua saat ini sebenarnya sudah bisa diprediksi jauh-jauh hari. Pemerintah mestinya menjadikan sebagai pelajaran berharga.

Papua, di saat-saat terakhir, mengundurkan diri sebagai tuan rumah Pekan Olahraga Pelajar Nasional (Popnas). Alasan yang mengemuka adalah kondisi keamanan yang kurang menguntungkan.

Benarkah karena faktor keamanan domestik? Ah, rasanya itu hanya sekadar untuk ngeles saja. Sebab, kemudian diketahui juga, Papua juga tak mengundurkan diri sebagai tuan rumah Peparnas 2020, pesta olahraga bagi atlet-atlet berkebutuhan khusus.

Cukup? Jika alasan bahwa Popnas batal di Papua karena tidak siapnya tuan rumah adalah munculnya wacana untuk mengurangi cabang-cabang olahraga yang akan dipertandingkan pada Pekan Olahraga Nasional (PON) 2020. Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) kini sedang mengkajinya.

Sejak awal, ketika Musornas memutuskan Papua sebagai tuan rumah PON 2020, kita sudah memiliki kekhawatiran. Betulkah Papua sanggup menyelenggarakan PON? Banyak soal yang dihadapi Papua. Menyelenggarakan PON butuh sumber daya yang luar biasa. Beban Papua jauh lebih berat dibandingkan Jawa Barat, tuan rumah PON 2016.

Ketika jadi tuan rumah PON 2016, Jabar sudah memiliki cukup banyak venue yang layak jadi arena pertandingan. Banyak arena yang tinggal renovasi dan beberapa di antaranya dibangun baru.

Papua? Tentu ibarat bumi dan langit membandingkan fasilitas olahraga Papua dengan Jabar. Jika pun Papua memiliki sumber daya keuangan yang kuat, membangun sarana dan prasarana itu pun butuh waktu lama.

Apa boleh buat, nasi sudah jadi bubur. Papua tinggal sanggup menyelenggarakan PON 2020, tidak yang lain-lainnya. Kita sarankan, mereka pun rela memindahkan penyelenggaraan Porwanas 2020 ke daerah lain karena hanya akan memberatkan keuangan daerah saja.

Kecuali itu, batalnya Popnas, Peparnas, dan kemungkinan berkurangnya cabang PON 2020, sepatutnya juga jadi pintu masuk bagi Kemenpora dan KONI untuk mengurangi cabang olahraga yang dipertandingkan di PON. Ini konsern kita sejak awal. Kita melihat PON bukan lagi ajang jembatan prestasi, melainkan pesta olahraga. Olahraga tak butuh pesta, olahraga hanya butuh prestasi.

Cukup, misalnya, PON mempertandingkan cabang-cabang yang juga dilombakan di Olimpiade. Sebab, itulah tujuan akhir PON, menyiapkan atlet ke pentas dunia. Untuk apa cabang-cabang yang tak dipertandingan di Olimpiade, justru jadi marak diselenggarakan pada PON. (*)

Agustus 2019