Inilah Koran dapat dibaca gratis dalam masa terbatas di aplikasi smartphone & tablet Android.

Editorial

Ada dua pukulan yang dihadapi warga setiap ada bencana. Pukulan finansial, pukulan emosional. Pemimpin yang baik adalah yang paham terhadap kebutuhan warga tersebut.

Patut kita berterima kasih jika pemimpin memberikan bantuan terhadap warga korban bencana. Sudah jelas, itu bisa meringankan sedikit beban para korban. Apalagi, kemudian ada janji-janji bantuan rehabilitasi. Warga akan menyambutnya.

Tapi, itu saja sebenarnya tidak cukup. Yang dibutuhkan warga dari pemimpinnya adalah empati. Hanya itu yang bisa mengobati jiwa mereka yang sedang terpukul. Hanya itu yang membantu warga untuk tetap optimistis menghadapi kehidupan selanjutnya. Mereka akan merasakan pemimpin bersama mereka di kala senang dan susah.

Indonesia ini, termasuk Jawa Barat, adalah ladang bencana alam. Apa saja bisa terjadi. Sudah sering terjadi. Tahun lalu saja, tsunami setidaknya terjadi sampai tiga kali. Di Jawa Barat, setiap hari kabarnya terjadi tiga bencana.

Mulai dari banjir, longsor, puting beliung, dan sebagainya. Terakhir, bencana puting beliung melanda sejumlah daerah, dari Kabupaten Bandung, Karawang, hingga Sukabumi.

Begitu bencana terjadi, saat itu pulalah warga membutuhkan pemimpinnya. Kehadiran pemimpin secara psikologis akan membesarkan hati mereka.

Hari-hari ini, makin banyak saja pemimpin yang tak memiliki empati seperti itu. Datang ke lokasi bencana ketika suasana sudah sedikit tenang. Berdialog saat rintihan warga sudah mengendur. Berfoto, bahkan ikut menyertakan pewarta, agar menjadi berita.

Itulah sejatinya pemimpin yang tak menyelami rasa warganya. Pemimpin sejati adalah mereka yang berani meninggalkan beragam agenda dan mendatangi warga yang terkena bencana. Bukankah bencana sebuah kejadian luar biasa yang tak teragenda? Kita berharap negeri ini, termasuk juga Jawa Barat dan kabupaten/kotanya, memiliki pemimpin seperti itu. Pemimpin yang punya empati besar terhadap korban bencana.

Januari 2019