Inilah Koran dapat dibaca gratis dalam masa terbatas di aplikasi smartphone & tablet Android.

Editorial

Menebar janji itu gampang. Yang susah itu adalah memenuhinya. Karena itu, debat publik Pilpres 2019 jangan hanya disimak dari janji-janji, tapi harus ditelaah apakah janji itu memungkinkan atau tidak.

Janji itu kita yakini akan bertebaran sepanjang malam ini. Baik dari pasangan Joko Widodo-Maruf Amin maupun Prabowo Subianto-Sandiaga Uno pada debat perdana Pilpres 2019. Debat akan bertemakan soal hukum, hak asasi manusia, dan pertahanankeamanan.

Janji dalam debat itu bisa ditebar semuluk mungkin. Sudah biasa kita dengar dalam setiap debat kandidat tersebut. Ada yang bisa terpenuhi, tapi tak sedikit pula yang janji tinggal janji.

Dalam konteks debat calon presiden, salah satu janji fenomenal yang masih ingat dalam benak seluruh masyarakat antara lain soal pembelian kembali Indosat. Sampai sekarang, jangankan bisa dikembalikan ke Ibu Pertiwi, tersentuh saja tidak.

Karena itulah, kita mengingatkan publik, jangan hanya tergiur janji-janji manis. Kadang-kadang, janji manis itu palsu. Karena itu, debat harus dipandang secara positif pula. Tak perlu termakan janji, tapi cernalah janji-janji yang muncul. Jika menurut akal sehat tak mungkin bisa diwujudkan, untuk apa mendengar janji-janji.

Hal itu perlu kita ingatkan agar janjijanji ini tak membebani kita sebagai anak bangsa. Betapa banyaknya waktu kita terbuang percuma karena kita hanya menanti perwujudan janji-janji.

Pun, kepada kedua calon presiden-wakil presiden, kita berharap sudahilah janji-janji muluk. Tak perlu menyampaikan seribu janji, cukup dua atau tiga asal bisa terpenuhi.

Cukup beberapa saja asal realistis dan mungkin diwujudkan. Bukankah janji itu adalah utang yang akan ditagih kapan pun juga? Tak baik jika kita terus menumpuk utang.

Januari 2019