Inilah Koran dapat dibaca gratis dalam masa terbatas di aplikasi smartphone & tablet Android.

Editorial

Sidang perkara suap yang mendera mantan Kepala Lapas Sukamiskin, Wahid Husein, memberi gambaran kepada kita tentang kondisi lembaga pemasyarakatan.

Pertama, memang banyak pelanggaran terjadi di sana. Kedua, kalau tak terungkap pelanggaran, maka ada dua kemungkinannya: pelanggaran tersimpan rapi atau belum terbongkar.

Kesimpulan itu mungkin subjektif. Tapi, tengoklah kabar dan peristiwa miring di depan mata kita tentang lapas-lapas kita. Terlalu ramai desas-desus soal tip, terlalu ramai berita soal pengendalian perdagangan narkoba dari penjara, dan menjadi pemandangan biasa jika kita melihat banyak fasilitas aneh-aneh di dalamnya.

Salah satunya, misalnya, soal kehadiran alat telekomunikasi yang digunakan narapidana. Setiap razia, pasti selalu ada temuan. Selain itu, jika sekali waktu kita berkunjung ke penjara, barang seperti telepon genggam itu bukan hal aneh dimiliki narapidana. Padahal itu terlarang.

Jika kita menyimak persidangan Wahid Husein dengan saksi Tubagus Chaeri Wardhana di Pengadilan Tipikor Bandung, Rabu (30/1), betapa mengelus dadanya kita. Bagaimana mungkin seorang kepala lapas sampai mau-maunya minta bantuan kepada warga binaan karena mobilnya mogok di luar kota?

Permintaannya tak tanggung-tanggung, Rp15 juta. Memangnya mobil kepala lapas jenis mobil apa sehingga begitu mahal untuk memperbaikinya? Dalam berbagai kesempatan, Wahid Husein menyebut dirinya khilaf. Sama sekali kita tidak percaya soal kekhilafan ini.

Khilaf itu hanya terjadi sekali-dua. Tapi, kepala lapas ini tidak. Dia asyik dalam perbuatannya. Wawan, Fuad Amin, Fahmi Darmawansyah mungkin hanya sebagian kolaboratornya. Mungkin ada kolaborator-kolaborator lain. Dan itu berulang-ulang dalam masa jabatannya yang masih singkat.

Sukamiskin memang lapas untuk orang-orang berduit. Tapi, kita meyakini peristiwa serupa, dengan nilai yang tentu jauh di bawahnya, terjadi di lapas-lapas lainnya.

Bagaimana membina warga jika kelakuan pembinanya seperti itu? Kita sepakat, reformasi lapas sangat dibutuhkan. Bukan hanya sekadar reformasi fisik, tapi yang lebih wajib lagi adalah reformasi mental mereka.

Januari 2019