Inilah Koran dapat dibaca gratis dalam masa terbatas di aplikasi smartphone & tablet Android.

Editorial

Gedung DPR RI yang belakangan jadi sasaran aksi demo, sejak 1 Oktober 2019, memiliki penghuni baru. Ada 575 orang yang dilantik dan diambil sumpahnya sebagai anggota DPR periode 2019-2024.

Beda dengan periode sebelumnya, kali ini ada 575 anggota DPR. Istimewanya lagi, 51% di antaranya adalah wajah-wajah baru.

Sejak kemarin, dari sejumlah wawancara dengan media, legislator-legislator baru itu memberikan pernyataan-pernyataan yang bagus. Penuh idealisme. Mereka pun bicara tentang isu terhangat saat ini: UU KPK, RUU KUHP, dan sejumlah RUU bermasalah lainnya.

Pernyataan-pernyataan mereka memberi harapan. Bahwa sebagai anggota DPR, mereka akan menunjukkan kinerja yang lebih sesuai harapan masyarakat. Bahkan, ada di antaranya yang mengkritik cara kerja DPR lalu.

Kita patut apresiasi itu. Tapi, terlalu pagi kalau kita menaruh harapan berlebihan. Bolehlah kita berharap, namun harus tetap realistis. Harus mempertimbangkan hal-hal yang bersifat dinamis, sebagaimana politik itu sendiri.

Sebab, dari yang terlihat, kebanyakan anggota-anggota baru juga tidak terlepas dari afiliasi politik masa lalu. Artinya apa? Untuk bisa menunjukkan diri sebagai politisi berintegritas tinggi, maka dia harus berlawanan dengan praktik-praktik politik yang sudah lama berlangsung selama ini.

Jika pun integritasnya yang tinggi, maka dia harus berhadapan pula dengan sistem dan budaya politik lama. Budaya politik lama di DPR itu, sejauh ini, membuat masyarakat kecewa. Selain cukup banyaknya anggota DPR yang terkena kasus korupsi, juga rata-rata malas memenuhi kewajiban mengikuti rapat. Rapat DPR dikourumkan dengan tanda tangan, bukan dengan kehadiran fisik.

Tantangan mendasarnya, barangkali itu dulu. Tidak perlu muluk-muluk, karena itu penyakit utama DPR periode lalu. Itu pula salah satu yang membuat kepercayaan masyarakat terhadap DPR menjadi rendah.

Tantangan sederhana lainnya adalah bagaimana mereka memosisikan diri sebagai wakil rakyat di atas utusan partai politik. Kita tidak menafikan, parpol adalah jembatan mereka menuju Senayan. Tapi, yang mengantarkan mereka ke sana adalah rakyat.

Jika dua tantangan itu bisa mereka atasi, maka bolehlah kita percaya dengan pernyataan-pernyataan kuat di awal pelantikan ini. Jika tidak, maka tak banyak juga harapan yang kita miliki terhadap anggota DPRD 2019-2024, termasuk kepada anggota-anggota baru, yang sebagian di antaranya kaum muda itu. (*)

Oktober 2019