Inilah Koran dapat dibaca gratis dalam masa terbatas di aplikasi smartphone & tablet Android.

Editorial

MENTERI Koordinator Bidang Polhukam, Wiranto, mendapat dua tusukan saat berkunjung ke Pandeglang. Selain mengusut kasus itu dengan seadil-adilnya, maka saran yang kita sampaikan adalah perlunya rekonsiliasi nasional.

Rekonsiliasi ini bukan karena Wiranto tertusuk. Apa yang dialami mantan Panglima ABRI itu hanyalah gambaran betapa ancaman perpecahan di negeri tercinta ini bukan isapan jempol semata.

Pengkotak-kotakan di antara warga negara, faktanya, sangat terasa dalam lima tahun terakhir. Karena pilihan politik? Mungkin saja. Tapi, tanpa kita sadari, perbedaan politik itu telah menjalar pada perbedaan pada berbagai ladang kehidupan lain. Terlebih, perbedaan sudut pandang itu tak betul-betul tertuntaskan selama ini.

Kita mengapresiasi misalnya pertemuan Joko Widodo dan Prabowo Subianto setelah Pilpres lalu. Tapi itu tidak cukup. Tak beres perbedaan itu hanya dengan kedua tokoh itu mengimbau menghilangkan sebutan cebong dan kampret.

Perbedaan itu, dari politik telah menjalar kepada cara pandang hidup. Karena itu, penyelesaiannya adalah rekonsiliasi nasional. Mengatasi hingga pada faktor kultur dan sosial.

Rekonsiliasi harus dilakukan dengan melibatkan tokoh-tokoh yang dihargai di negeri ini. Bukan dengan politisi, apalagi politisi di DPR itu. Mereka sebagian besar bukan wakil rakyat, melainkan wakil partai politik. Kuping mereka budeg terhadap kepentingan rakyat jika berbeda dengan kepentingan politik mereka.

Selain rekonsiliasi nasional, maka pemerintah harus menjamin pelaksanaan hukum yang seadil-adilnya. Sebab, apa yang terjadi selama ini, salah satu pemicunya adalah jauhnya keadilan di tangan para penegak hukum kita. Hukum, pada beberapa titik, berbaur dengan kepentingan politik. Itu tidak akan mencapai keadilan yang hakiki.

Harus ada perbaikan dari pemerintah, sebagaimana juga penerimaan dari masyarakat. Aparatur adalah pengabdi negara, bukan penguasa. Sebab, jika mengabdi kepada penguasa, maka keadilan akan menjadi semu.

Sambil berdoa agar Menteri Wiranto diberikan kesembuhan, mari kita ajak pemerintah menyatukan kembali bangsa ini, menghilangkan sekat-sekat itu dengan sungguh-sungguh, agar ancaman perpecahan tidak kian menganga di hadapan kita. (*)

Oktober 2019